Tujuan Group

Semperfy:

Grup ini didirikan sebagai ajang sharing antarsesama muslim yang memiliki masalah yang sama (meskipun tidak menutup diri bagi nonmuslim) dalam memperkuat diri dalam menghadapi orientasi homoseksual sebagai cobaan dalam meningkatkan keimanan.

Banyak masalah yang bisa diagendakan sebagai topik diskusi, misalnya:
* Sikap kita terhadap menguatnya gerakan pro-gay, beserta interpretasi mereka terhadap ayat-2 suci;
* Berbagai etika islami dalam pergaulan, dengan konteks homoseksual, misalnya "Apakah aturan yang menentukan bahwa pria tidak boleh bersentuhan dan menatap wanita juga berlaku bagi kita?"
* Solusi-2 yang tersedia bagi beberapa permasalahan ini, misalnya dalam hal pernikahan, kerahasiaan, privacy, persahabatan, asmara, dll.

Mungkin tidak sempurna, namun sebaiknya kita berharap, semoga grup ini menjadi jalan yang terbaik bagi kita dan bermanfaat bagi masyarakat. Amien.

Jejak71:

Saya pikir group seperti ini baik sekali untuk orang-orang yang masih galau akan ke-gay-annya. Dan, mudah-mudahan tujuan awal group ini tidak melenceng di dalam pelaksanaannya sehari-hari.

Semperfy:

Mengenai nama hijrah_euy, itu juga karena kesalahan eknis. Waktu itu warnet langganan saya sulit mengakses yahoo, sehingga registrasi grop anya terlaksana sebagian saja. Tentu saja saya jadi ingung, karena ketika diulangi dengan nama saya, ternyata ditolak (katanya, nama itu sudah ada). Jadi ya, saya ulangi dengan nama-nama yang lain (HIJRAH, hijrah_bo, muhajir, muhajirin, h_i_j_r_a_h, dll), akhirnya yang nyantol cuma hijrah_euy. Daripada kenapa-2, ya lebih baik saya terima saja nama yang rada aneh ini...

Tujuan simpang siur? Ada benarnya. Bukannya kita cuma mau ngobrol ngalor ngidul, tapi (seperti tertulis dalam imel saya yang entah bagaimana nasibnya sekarang) minimal sebagai cahaya peluru suar di langit, di atas laut yang kelam, degan pesan singkat: "Anda tidak sedirian". 'Anda' tidak harus sendirian, kini ada 'saya' dan 'yang lainnya', dan alangkah baiknya apabila semuanya bisa bersinergi menjadi 'kita'. Tentu, harus ada satu tujuan yang bisa menyatukan kita, harus ada yang dicapai: Sesuatu yang selama ini kita cari. Apa-2 kira?

Ada perbedaan besar antara 'gay' dan 'muhajir' (kalo saya menggunakan istilah 'muslim yang sedang menghadapi dorongan homoseksualnya' kayaknya terllau panjang), yaitu keberartian, kebermaknaan agama dalam hidupnya. Bagi gay, agama bisa jadi merupakan doktrin purba yang memasung kebebasan manusia untuk mengaktualisasikan potensi manusia dalam mencapai kebahagiaannya, atau ladang kreativitas keisengan manusia dalam memelintir nash-nash demi mencari pembenaran (alih-2 kebenaran).

Bagi muhajir, agama merupakan penarik dan pengarah menuju apa yang ada di balik agama itu, dengan menggunakan keadaan pergolakan antara hati nurani dan hati zhulmany sebagai pendorongnya. Singkatnya, group ini didirikan sebagai ajang diskusi dan curhat, mencari umpan balik, hikmah, dan mencurahkan beban perasaan akibat pertentangan antara dorongan homoseksual dan panggilan Allah SWT.

Kadang, berbicara dgn diri sendiri tidak cukup, kita butuh dorongan dan semangat dari org lain. Nah utuk itulah group ini berdiri. Memang ada keinginan untuk lebih konkrit lagi, misalnya fungsi pelayanan dan riset (mis. pelayanan terapi reorientasi), advokasi dan propaganda (mis. kampanye agar masyarakat lebih arif dalam bersikap), hingga da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar (tentu saja, berkenaan erat dengan Islam). Masalahnya, sudah sanggupkah kita? Kita perlu mengukur sumber daya yang kita miliki saat ini.

Mqzf:

Thanks, sekarang saya mengerti tujuan anda membuat group ini. Lebih baik lagi kalau penjelasan ini anda buat sebagai salam pembuka bagi setiap member baru agar tidak tersesat, dan agar tujuan anda yang mulia tsb tetap terjaga. Salam pembuka yang pernah saya terima rasanya terlalu berbunga-bunga dan kurang konkrit.

Tujuan anda memang mulia, dan anda sudah tahu kesulitan yang ada untuk bisa mewujudkannya. Mungkin akan lebih baik kalau anda membuat web site yang berisi artikel-artikel yang bisa mengarahkan para gay menjadi 'muhajir' sehingga bisa dibaca oleh siapa saja dan kapan saja. Dan milis sebagai pelengkap ajang komunikasinya. Karena kalau anda membuat tulisan dan mengirimkan ke milis, tulisan anda hanya dibaca oleh anggota milis pada saat itu saja, itupun yang peduli. Akan lebih baik lagi kalau ada artikel dari pihak-pihak yang bisa mendukung misalnya psikolog / psikiater, alim-ulama, bukan hanya sesama 'muhajir'.

Sebagai langkah awal mungkin anda atau yang lain bisa membuat tulisan dan di-upload ke section "Files" yang disediakan oleh yahoogroups untuk group kita ini. Atau anda bisa membuat semacam FAQs (Frequently Asked Questions) yang menjawab pertanyaan-pertanyaan umum mengenai gay, 'muhajir', dan seputarnya.

Semperfy:

Sebenarnya soal website itu sudah lama terbayang, bahkan jauh sebelum saya mengenal, memahami, dan menikmati kegunaan milis. Tepatnya kira-kira pertengahan 1999, saya baru mengenal internet dan mencoba membuat website. Hasilnya? Benar juga, yang jelek aja susah, apalagi yang bagus... hehehe... Dan saya juga merasa kurang puas, karena layout sudah ditata dari sononya dan gambar-2nya comot sana-sini, rasanya kok jadi pembajak. Mau nggambar sendiri? Belum menguasai dan memiliki softwarenya. Kalau soal lokasi dan nama sih, sempat mesen, tapi berhubung begitu banyak kesibukan (dan begitu sedikit duit ;)) jadinya terbengkalai; Bahkan saya sudah lupa dulu lokasinya dimana...;)

Soal artikel, insya allah; Tapi tentunya akhi sekalian harus bantu juga dong. File yang bisa dikirim tentu saja tidak harus artikel ilmiah atau agama. Bisa juga berupa renungan pribadi yang menurut anda menarik, kutipan kisah mengandung hikmah, diskusi atau komentar atas artikel yang dikutip, kisah pribadi selama menghadapi dorongan ini, tips dan tricks, dll. Kalau saya sendirian, wah... mana mampu

Mqzf:

Memang untuk mewujudkan tujuan-tujuan rekan semperfy dalam membentuk grup ini, tidak cukup hanya dengan grup email seperti ini. Perlu adanya komunitas yang nyata yang bisa menyatukan ide.

Komunitas dari orang-orang seperti kita, yang bertujuan ingin tetap berada di jalan-Nya, jelas banyak godaannya. Terutama malah dari kita sendiri. Tapi di tengah lingkungan yang homophobic, komunitas yang bisa dibentuk ya memang dari kita sendiri. Tinggal bagaimana kita bisa saling menjaga.

Semperfy:

Untuk tujuan jangka panjang, memang tidak cukup. Memang perlu dikonkritkan lagi, namun harus ada persiapannya. Misalnya:

1. Apa wujudnya? LSM? Klub? Majelis taklim?

2. Apa tujuannya, sehingga perlu dimunculkan dalam bentuk yang lebih 'nampak'? Ini tentu terkait dengan nomor selanjutnya;

3. Bagaimana menjalankannya? Tentu harus ada dukungan sarana-prasarana.

Yang paling penting, jika ini mau di'nyata'kan adalah: Siapa yang akan muncul? Ada yang mau menunjukkan jatidirinya? Atau kita perlu wakil yang tidak berada dalam masalah ini, minimal sebagai PR? Bagaimana menghimpun anggota, karena kelompok minoritas dari minoritas seperti kita ini tentu sangat terpencar, sedangkan sebuah organisasi butuh koordinasi para pengurusnya agar bisa berjalan baik?

Ini tidak bermaksud menjatuhkan cita-2, semoga pertanyaan-2 ini bisa dianggap sebagai tantangan untuk dipecahkan bersama. Kayaknya pertanyaan-2 ini dulu juga pernah saya lontarkan, namun sayangnya, kok belum ada tanggapan konkrit.

Bentuk paling sederhana yang bisa saya pikirkan adalah sebuah kelompok bantu-diri (self-help group). Saya pikir, kalau alcoholics anonymous yang besar saja bisa berdiri dari awal seperti ini, kenapa kita tidak? Modalnya juga tidak besar; Godaan insya allah bisa diantisipasi dengan beberapa metode, misalnya menetapkan aturan, keterbukaan emosi, dll. Untuk awalnya, minimal 5 orang di satu area bisa memulainya, dan menetapkan jadwalnya. 7 adalah optimal, 11 maksimal. Lebih baik jumlahnya ganjil, kalau enggak bisa-2 jadi ajang kontak jodoh (hehehe...).

Apakah bertemu muka beresiko? Saya jawab sejujurnya: YA. Ini pengalaman pribadi, jadi saya bisa menjawab dengan yakin. Sebaliknya, NARTH mengklaim bahwa kelompok ini bisa dan mungkin berjalan lurus, dan bisa berhasil, dan saya meyakini hal itu. Tapi ya itu tadi, ada bbrp rambu yang harus selalu dipatuhi. Tentu, juga harus ada yang memandu; Berdasarkan pengamatan saya, pemandu tidak harus pakar atau praktisi, bisa juga bagian dari pemilik masalah, namun dengan didorong oleh minat, upaya, dan daya juang besar mau mempelajari dan menguasai hal-hal yang diperlukan untuk membuat sebuah kelompok berjalan dengan baik.

Yah, mau gimana lagi? Soal keaktifan ini juga berkali-kali saya keluhkan, namun kalau anggota sendiri mampu bertahan tanpa group ini, saya sudah cukup bahagia (Nggak tahu lagi kalau karena sudah yakin untuk 'menikmatinya saja'). Ada beberapa anggota yang mungkin berpandangan berlawanan, atau bingung belum memutuskan; Mungkin juga banyak dari kita di luar sana yang berpotensi untuk aktif, namun belum menemukan kita. Bantuin mengundang anggota, ya? Atau melontarkan masalah untuk dibahas? Bukankah keaktifan harus dimulai dari sendiri, bukannya menginginkan orang lain untuk menyediakan keaktifan itu sendiri? Saya sendiri nggak bisa janji bakal bisa seaktif ini, soalnya tergantung pada kesibukan dan doku (hehehe...).

Apapun kondisi keimanan kita, hendaknya jangan keburu memastikan tempat kita di akhirat; Memang, masing-masing dari kita banyak dosa dan kekurangan, sehingga tidak pantas menasihati lainnya, tapi kalau tidak demikian, siapa lagi yang menjalankannya? Bukankah sejauh ini hanya kita sendiri yang paham pada apa yang kita alami dan butuhkan? (Selain Allah, tentunya)

Hmm, saya jadi ingat bahwa di antara kita ada juga yang berpandangan sama (mis. AtTawbah), juga ada yang berlawanan (mis. AlFatiha). Mau ikut yang mana, terserah. Kadang-kadang, keanggotaan di tempat yang berbeda bisa menambah wawasan kita mengenai apa yang menjadi perasaan dan pemikiran mereka... Ini baik buat jadi bahan pertimbangan, toh kebenaran bukan monopoli kita, kan

Sesungguhnya, salah satu alasan berdirinya group ini adalah keprihatinan terhadap klub yang lebih senior, gaymuslimsindonesia yang telah kehilangan keislamannya. Tentu, kami yang belum tentu lebih baik dari anggota lainnya ini merasa gerah dengan perkembangan tsb; namun tidak mungkin mengubah klub secara keseluruhan, terutama karena kami tidak tahu siapa pemiliknya dan apa tujuan pendiriannya.

Jadi ya, kami bikin group ini. Tentu saja, ini tidak menjamin yang bergabung di sini sevisi, meskipun itulah harapannya. Apapun yang kita tulis di sini, perlu kita ingat bahwa itu tidak akan terhapus dari catatan-Nya. Jadi, marilah sejak sekarang kita bisa bertanggung jawab terhadap apa yang kita tulis, memastikan bahwa masukan yang diberikan tidak semata-mata muncul dari emosi, baik isi maupun caranya.

Qusyairi:

Saya berfikir bahwa situs ini adalah ajang silaturahmi, tempat di mana kita bisa menghantarkan rahmat Allah kepada sahabat2 yang sama- sama sedang diberikan cobaan oleh Allah. Kita berharap ke-gay-an yang ada dalam diri kita bisa bernilai ibadah bukan menjadi pintu maksiat.

Satu hal yang harus diusahakan adalah merubah pemahaman kita tentang gay dan mengupas semuanya dengan perspektif yang lebih Islami.Mungkin terlalu idealis, namun memang yang kita perjuangkan bukan persoalan sepele. Selama ini pemahaman kita tentang gay hanya didapatkan dari literatur pemahaman orang2 barat, sehingga merupakan suatu konsekuensi logis bila kita terjebak dalam suatu lingkaran setan.

Di tempat ini, kita buat bagaimana gay itu bisa menjadi suatu rahmat bukan laknat, kita jadikan husnudzan kepada Allah sebagai landasan, agar apa yang ada dalam diri kita pada hakekatnya merupakan suatu kebaikan bukan keburukan.

Siapapun diri kita sebenarnya bukan menjadi masalah, anda mengenal saya sebagai orang muslim atau orang mu'min jauh lebih baik dibandingkan anda mengenal saya sebagai seorang gay (walaupun dengan masuknya ke situs ini, everybody will know who really I'am). Tapi satu hal, first impresion itu harus dibangun agar pikiran kita selanjutnya terarah dengan baik.

Semperfy:

Kadang-kadang, saya melihat beberapa teman di luar benteng yang memilih jalan yang berbeda untuk ditempuh. Saya kadang-2 berpikir, jika kelak Allah memberiku keturunan, di dunia apakah mereka akan hidup? Di dunia dimana orang bebas mengkoreksi orang lain dengan kekerasan? Atau dunia dimana jalan baik dan buruk tidak bisa dibedakan? Akankah mereka merasakan kebingungan yang kurasakan? Ah, semoga saja tidak.

Ini juga sebenarnya yang menjadi alasan mengapa club ini berdiri, untuk membicarakan pertempuran di dunia dalam dan dunia luar; Bagaimana dampaknya bagi kita, dan bagi yang akan lahir setelah kita.

Apapun itu, club ini telah menjalankan tugasnya sebagai langkah kecil dari sebuah cita-2, yang semoga juga dimiliki oleh akhi sekalian. (Correct me if I'm wrong) Godaan sebagai laki-laki dengan ketertarikan seksual terhadap sesama jenis di masa sekarang ini sangat menggoyahkan. Benarlah apa yang dikatakan oleh imam Ali, bahwa jalan kebenaran itu sepi. Namun, berulang kali saya melihat kebesaran Allah SWT., sehingga untuk mengayun langkah tak lagi terasa berat.

Salah satu di antaranya adalah bahwa ternyata ada kelompok minoritas dalam kelompok yang juga minoritas (Istilah keren saya sih, eM-in-eM, hehehe...) yang bersusah payah menggapai rahmat-Nya dalam segala keterpurukannya. Ternyata, tidak semua homo mengalir dalam aliran besar propaganda "You're gay, it's OK, get used to it" menuju lautan gay; Ada sebagian kecil yang memegang teguh bara api di tangannya, demi menjaga api iman itu agar tidak padam dan tidak takut dinilai sakit, menderita, picik, bodoh, sok suci, munafik, atau penindas HAM.

Setiap kali mennegok ke dalam club ini, saya melihat kebesaran Allah itu sendiri, ternyata saya tidak cuma mimpi. Ternyata, Allah telah menunjukkan rahmat-Nya dengan tidak mengangkat semua harapan dari muka bumi ini, dengan masih menyisakan orang-2 yang peduli pada nasibnya sendiri dan nasib orang lain, baik yang kini ada maupun yang nanti akan lahir.

Semoga club ini benar-2 bermanfaat, tidak hanya bagi kita sendiri yang tengah menikmati guyuran rahmat-Nya, namun juga bagi orang lain yang masih berharap akan rahmat-Nya. Tentu, kita tidak mau menahan rahmat-Nya untuk kita sendiri, bukan?

Mentari:

Kalau boleh saya usul, bagaimana jika diperluas saja? Jadi tak sekadar untuk kaum lelaki/gay, tapi untuk semua orang yang mengalami masalah orientasi seksual (lesbian/transgender/gay). Di negeri Barat, setahu saya, semua orang (lelaki/perempuan) yang meninggalkan dunia homonya disebut exgays, dan predikat itu tak sebatas untuk kaum pria yang ingin kembali menjadi straight saja.

<< Sebelumnya | Indeks Diskusi | Selanjutnya >>