Homoseksual dan Agama

1
Benarkah bahwa homoseksual itu termasuk perbuatan berdosa?
2
Bukankah hukum dalam agama tergantung pada perkembangan jaman dan penafsiran umat yang membacanya?
3
Setahu saya, ada beberapa lingkungan keagamaan yang mentolerir perilaku homoseksualitas meskipun agamanya mengharamkan...
4
Saya percaya bahwa perilaku homoseksual itu berdosa. Bolehkah jika saya memusuhi teman saya yang kebetulan memiliki dorongan tersebut?
5
Saya berpendapat bahwa kita tidak berhak menghakimi orang lain. Hanya Tuhan yang tahu apakah perilaku homoseks itu berdosa atau tidak.
6
Jika homoseksual itu dosa, mengapa Tuhan menciptakan seorang manusia sebagai gay?
7
Jika seorang dengan SSA hidup normal (pacaran, menikah, punya anak, menentang homoseksualitas, dsb), bukankah ia munafik (hanya menipu diri sendiri)?

 

Jawaban Kami


Benarkah bahwa homoseksual itu termasuk perbuatan berdosa?

"Dosa" adalah istilah agama; Untuk mengkategorikan apakah suatu perbuatan memiliki nilai dosa atau tidak, tentunya kita harus melihat kembali ajaran agama yang bersangkutan. Jika anda adalah seorang muslim, anda bisa melihat pendapat beberapa ulama mengenai hal ini pada bagian Referensi-Islam.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Bukankah hukum dalam agama tergantung pada perkembangan jaman dan penafsiran umat yang membacanya?

Agama diturunkan Tuhan kepada manusia di bumi agar manusia tidak disesatkan oleh nafsunya sehingga bisa menemukan jalan kembali kepada-Nya. Dalam menjalankan agama, ada hal-hal yang masih belum jelas sehingga masih perlu dicari penafsirannya, dan ada hal-hal yang sudah sangat jelas sehingga tidak bisa dibantah lagi. Jika hukum suatu perbuatan sudah jelas, maka mengapa kita harus membuat penafsiran lain yang mungkin menyesatkan?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Setahu saya, ada beberapa lingkungan keagamaan yang mentolerir perilaku homoseksualitas meskipun agamanya mengharamkan...

Agama adalah alat untuk menghubungkan keadaan senyatanya dengan keadaan ideal. Dengan agama, diharapkan manusia bisa menuju keadaan ideal yang sesuai dengan fithrahnya. Jika keadaan senyatanya ternyata berbeda dari yang dikehendaki-Nya, ya jangan menyalahkan agamanya, dong. Jika kita sudah mantap untuk berbaik sangka kepada-Nya, gambaran keadaan ideal tidak bisa diubah hanya karena tidak sesuai dengan kegagalan umat di lapangan; Karena kegagalan umat bukan berarti kegagalan agama.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Saya percaya bahwa perilaku homoseksual itu berdosa. Bolehkah jika saya memusuhi teman saya yang kebetulan memiliki dorongan tersebut?

Manusia bisa berubah pendiriannya, sekarang ini kawan, besoknya lawan. Demikian pula sebaliknya. Apa yang perlu dimusuhi adalah perilakunya, sedangkan untuk yang bersangkutan justru perlu banyak didoakan. Bukankah itu salah satu fungsi teman?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Saya berpendapat bahwa kita tidak berhak menghakimi orang lain. Hanya Tuhan yang tahu apakah perilaku homoseks itu berdosa atau tidak.

Benar. Menghakimi berarti menetapkan hukum sesuai dengan selera pribadi. Yang wajib kita lakukan adalah mematuhi dan menerapkan hukum sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Tuhan. Jika Tuhan sudah menetapkan hukum dari suatu perbuatan (misalnya homoseksual), tentu kita tidak boleh membangkang kepada-Nya, 'kan?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Jika homoseksual itu dosa, mengapa Tuhan menciptakan seorang manusia sebagai gay?

Sejauh yang kami ketahui (Insya Allah benar), Tuhan tidak pernah menciptakan gay. Ia hanya memungkinkan apapun terjadi dalam batas kemampuan hamba-Nya, termasuk di antaranya adalah homoseksualitas. Ia ingin menguji hamba-Nya, siapa yang pantas dan tidak pantas untuk menyandang gelar sebagai kekasih-Nya. Bukan hasil akkhir (sebagai straight)-- karena inipun hanya dimungkinkan oleh-Nya semata, namun perjuangannya, penghambaannya, ketabahannya, dan doanyalah yang dinilai.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Jika seorang dengan SSA hidup normal (pacaran, menikah, punya anak, menentang homoseksualitas, dsb), bukankah ia munafik (hanya menipu diri sendiri)?

Munafik adalah istilah yang berasal dari agama, karena itu hendaknya kita mempergunakannya sesuai dengan konteks. Munafik dalam konteks agama berarti mengakui keimanan di depan, namun di belakang menentangnya. Munafik dalam konteks jahiliyah berarti mengendalikan hawa nafsu agar tidak berlawanan dengan kehendak-Nya. Agaknya, konteks jahiliyah inilah yang digunakan untuk memojokkan orang-orang yang menahan diri dari godaan nafsu, termasuk terhadap para homoseks non-gay. Contoh sederhana berkaitan dengan kematian: Semua orang tahu mengenai kematian, namun tidak menyiapkan bekal menghadapinya.

Munafik yang diartikan menipu diri sendiri mungkin dibentuk sebagai terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris hypocrite yang dalam bahasa kita belum ada padanan yang tepat. Sebaiknya kita tidak menggunakan istilah-istilah agama dalam konteks yang tidak tepat, agar tidak timbul kesan melecehkan agama tersebut.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


 

<< Sebelumnya | Indeks FAQs | Selanjutnya >>