Addiction III

'If it hasn't happened, don't worry'. Kalimat ini sering sekali saya ulang bila menghadapi ortu yang anaknya kecanduan narkotik. Wah wah wah sekali kekwatiran yang melanda si ortu malang.Ini kwatir, itu takut, gini tak berani, gitu tak mau. Saya juga mengatakan, kita manusia diberi apa yang bernama kebebasan, hampir selalu Anda mempunyai pilihan di dalam bersikap. Kwatir merupakan pilihan, "You chose to worry", kata saya lagi. Kemungkinan besar sekali, apa yang dikwatirkan, tidak akan pernah terjadi. Kalau sampai terjadi, barulah kita bertindak. Beberapa orang menyebut teknik ini 'letting go'.

Salah satu yang membingungkan mereka adalah harus bersikap apa bila menemui narkotik atau alat untuk dipakai membuatnya. Saya katakan, "Urusan belakangan; ambil, sita dan hancurkan semua benda itu. Kalau nanti si anak bereaksi, misal menjadi ganas, maka baru Anda melakukan tindakan selanjutnya. Jarang terjadi anak-anak itu menjadi ganas, hanya satu dua mengatakan bahwa ia akan diembat oleh sang pengedar obat karena ia belum membayarnya. Tergantung sikon, umumnya ini hanyalah ancaman belaka. Kalau si ortu berani, kami persilahkan ia mengundang sang pengedar untuk datang dan berurusan dengannya. Jarang ada yang melakukannya atau tak pernah saya mendengarnya karena polisi disini masih ditakuti oleh para pengedar maupun pecandu narkotik.

Di tayangan lalu saya katakan bahwa kita sebagai ortu jangan hendaknya memberi peluang, 'enabler' istilahnya. Antaranya menyingkirkan uang cash atau benda berharga seperti perhiasan yang dapat dijadikan uang dengan mudah. Kembali jarang terjadi bahwa si anak lalu mencuri, tetapi bila itu dilakukannya juga, biarkan ia menghadapi konsekwensi dari perbuatannya. Umum dijumpai, ortu yang baru saja mengetahui anaknya terkena kecanduan narkotika, mempunyai rasa bersalah yang cukup lumayan dan terkadang kurang PD-nya. Mungkin mudah berkata, tetapi hal ini sebetulnya benar belaka, "Bukan salahmu sang anak menjadi pecandu, kamu tidak bertanggung jawab atas tindakan anakmu." Perkataan ini sering harus kami ulang-ulang karena umum ortu (apalagi ortu Asia) merasa perbuatan jelek atau jahat dari si anak, disebabkan "salah mendidik". Saya katakan lagi, "I know some parents who did everything wrong according to the books in rearing their children, but the kids turned out to become RICH (Responsible Independent Compassion Honest) person."

Anak-anak yang menjadi pecandu narkotik, ini salah satu dugaan saya, memang mempunyai rasa rendah diri yang hebat. Ia tidak cinta kepada dirinya sendiri. Namun sebagai ortu, kalau si anak sudah sampai ke tahap seperti itu, tidak banyak lagi yang dapat kita lakukan. Itu adalah pilihannya. Sama seperti 2 anak yang tidak dibelikan es krim oleh ortu, yang satu menangis 5 menit, yang satu sejam. Yang menangis sejam memilih untuk menangis selama itu. Ini contoh bahwa si anak adalah manusia bebas dan ortu tidak dapat mengontrol sang manusia dan sedapatnya jangan. Saya selalu kagum kepada pasutri muda jaman sekarang yang meskipun melihat dunia bukan main bobroknya, tetap memutuskan mempunyai anak. Mengapa saya kagum? Karena dunia memang semakin kompleks dan juga tidak mungkin lagi kita dapat menjadi ortu yang baik dengan hanya dibekali "naluri alamiah". Salah satu contoh kompleksitas adalah tindakan pembakangan. Anak generasiku membangkang dengan sengaja merokok di depan ortu. Tindakan pembangkangan anak Amerika Utara jaman sekarang, memakai narkotik. Jadi kalau Anda ortu yang hidup di Amerika Utara, selain saya kagum kepada Anda, saya juga akan selalu mendoakan Anda semua sebab Anda dapat membuat perbedaan. You can make a difference. Sampai berjumpa di tayangan berikutnya, salam dari Toronto.

Home Next Previous