Addiction V

Seorang bekas pecandu narkotik Amrik bernama Bob Meehan suatu ketika menulis pengalaman hidupnya di dalam buku berjudul 'Beyond The Yellow Brick Road'. Lumayan isinya terutama bila Anda tahan membaca berulang-ulang kisah suksesnya berhasil keluar dari jurang narkotik dan membina kembali PD-nya. Salah satu yang mengesankan saya untuk terus membaca bukunya adalah karena ia sadar sendiri. Setelah untuk kesekian belas kalinya ia masuk ke dalam penjara, di titik yang menjadi nadir dari kehidupannya ia mendapatkan pencerahan bahwa hanya dirinya sendirilah yang mampu membuatnya keluar dari sel penjaranya itu. Bukan anggota keluarganya yang selama ini dicuekkannya, bukan sipir penjara, polisi, hakim, jaksa, bukan sahabatnya para pengedar dan pencandu narkotika.

Kukutip satu paragraf dari Kompas Online mengenai Yayasan Kita sbb. Kisah senada diungkapkan oleh seorang bapak lainnya, yang mengaku anaknya mulai menjadi pecandu narkotik dan psikotropika ketika kuliah di Malaysia. "Saya usir dia tak boleh masuk ke apartemen. Saya sudah siap menanti kedatangan mayat anak saya itu. Lebih baik saya konsentrasi membesarkan dua orang adiknya," katanya. Ia kemudian menambahkan, "Namun anak saya itu sekarang sudah berubah total. Dia berani jadi pembicara dan memberi kesaksian di mana- mana, dan dia juga jadi konselor untuk mereka yang masih menjalani terapi. Saya kira dengan pengalamannya yang menyakitkan itu, dia akan bisa lebih kukuh dalam menjalani hidup dibanding kedua adiknya." Itulah juga memang yang dilakukan Bob Meehan, berkeliling kemana-mana dan men-syer kisah hidupnya kepada para pecandu narkotika maupun para remaja yang belum kejeblos, "I have been there, at the bottom of the pit but I was able to crawl back."

Si bapak di dalam kisah Kompas melakukan teknik yang disebut 'non-rescuing' yang bagi banyak ortu Indo dianggap "kejam". Bukan hanya ortu Melayu, ortu Amerika Utara pun banyak melakukan apa yang disebut 'to rescue'. Contohnya dari si anak masih kecil deh, pas sudah berangkat ke sekolah doi lupa membawa makanan atau 'lunch box'-nya, Ortu tukang rescue akan tergopoh-gopoh berlari atau bermobil ke sekolah dan masuk atau mencari si anak di sekolahnya untuk memberikan sang 'lunch box' yang tertinggal. Berani kujamin atau kuajak bertaruh para penggemar judi di milis ini, si ortu akan sering-sering mampir ke sekolahnya untuk mengantarkan cem-macem barang lainnya selain makanan, jaket yang tertinggal, sepatu olahraga, buku pelajaran, dsb., dst. Kontraskan ini dengan teknik non-rescuing, yakni biarkan doi "sengsara" atau kelaparan seharian karena lupa membawa makanannya, kuyakin ia akan lebih sukar untuk lupa di kemudian hari. Biarkan ia mengalami konsekwensi tidak bisa ikut permainan olahraganya, tidak mampu mengikuti pelajaran termasuk kedinginan, lain kali ia akan lebih mempersiapkan apa-apa yang perlu dibawanya. Tentu saja kita harus berpikir atau memakai otak kita bahwa konsekwensi yang kita biarkan si anak menghadapinya tidak akan membahayakan jiwanya. Ia tidak akan mati kedinginan karena hypothermia atau terkena frostbite karena ia akan segera masuk lagi ke dalam gedung sekolah atau sama sekali tidak akan bermain lama-lama di halaman sekolah. Wong Oom Han saja membiarkan kita bebas untuk melakukan kesalahan sampai ke tarap dosa :-).

Tidak melakukan 'rescue' anak yang terkena kecanduan narkotika sekali lagi tidak mudah dan tidak semua ortu mampu melakukannya. Seperti kusinggung, banyak ortu yang tetap memberikan uang jajan bagi si anak untuk membeli rokok yang sebenarnya juga salah satu kecanduannya. Kalau sang ortu tidak mampu untuk bertindak "kejam", toughlove istilahnya dan tetap melakukan 'rescuing technique' akibatnya sering terjadi bahwa si anak tetap saja menjadi mangsa narkoba. Ortu yang masih dapat berpikir dapat disadarkan untuk mengganti teknik. Yakni melakukan teknik EGP, sering juga disebut 'to let go'. Beberapa kata mutiara dari 'letting go' saya kutipkan disini untuk mengakhiri tayangan ini. "Letting go does not mean to stop caring; it means I can't do it for someone." "Letting go is not to be protective; it's to permit other to face reality." Satu lagi, "Letting go is to fear less and live more." "Weleh Mas, amblas dong anakku kalau dicuekkan begitu?" Belum tentu, sampai tayangan berikutnya, salam dari Toronto.

Home Next Previous