Pengalaman Cruise Ke Alaska I

Cukup satu kata Alaska dan bila Anda seperti saya, mengaku sebagai pencinta alam, tentulah kesempatan untuk pergi mengunjunginya membuat bulu kuduk berdiri, bak kupu-kupu berseliweran di perut kata anak Kanada. Sejak saya memutuskan untuk pensiun dari IBM tahun lalu dan mengisi hidupku bersama isteriku antara lain dengan "jalan-jalan saja", Alaska adalah salah satu tujuan kami di antara 100 target trip lainnya. Ia merupakan pilihan yang mudah sekali untuk tempat kami merayakan "minggu madu" HUT pernikahan kami yang ke 28 di bulan Mei. Karena dana pensiun dari IBM bukanlah yang paling oke di antara perusahaan di dunia, maka tadinya saya memakai sistim 'standby' alias tiketnya murahan. Kami pasti akan dapat kamar tapi bilamana tanggal berlayarnya dan dengan kapal yang mana, sedapatnya sang biro perjalanan alias tak akan kami ketahui sampai dengan 2 minggu sebelum berangkat. Sebagai pengacara alias pengangguran-banyak-acara, masa bodoh sebetulnya tetapi ada dua keluarga sahabat saya di Toronto yang mengundang kami berdua ke pesta pernikahan anak mereka di bulan Mei. Tentu saja tak lucu sekali alias kurang ajar kalau kami mengirimkan RSVP untung-untungan kepada mereka, bisa hadir bisa tidak hadir. Jadi setelah kami mendapatkan undangan, kami ubah sistim booking kami menjadi yang normal dan untuk Anda yang berminat cruise ke Alaska, akan saya syer sampai ke sen-sennya biaya cruise kami nanti :-). Sekarang rileks dulu saja dan nikmatilah pengalaman kami cruise ke Alaska.

Kapal MS Veendam buatan Marghera, Itali yang mulai berlayar pada tahun 1996 mempunyai kapasitas 1266 penumpang. Ketika saya bertanya kepada Leo Suryatin, wong Ngayogyakarta yang menjadi bos urusan makanan di kapal itu, ia katakan ada sekitar 1100 penumpang dan 550 awak kapal di pelayaran kami. Sekitar 65% dari mereka wong Melayu alias 350-an. Tidak heran begitu satu dua tahu ada anak Indonesia yang ikut cruise, sepertinya sekapal maklum. Saya ditegur nama kami dalam bahasa Indo dan ketika saya tanyakan, "Kog tahu?", ada yang jawab, "Iya Pak, soalnya kami sekarang harus hati-hati membicarakan penumpang." :-) Kata Leo lagi, 100% dari pelayan di dining room adalah anak Indonesia, bukan main memang. Kokinya anak-anak Filipin dan juga pelayan bar. Rupanya sudah terjadi konsesi alias pembagian kapling di Holland America Line, pemilik kapal cruise ini. Berat kapal cuma 55 ribuan ton alias tidak terlalu besar sehingga ketika kami berada di laut bebas Pasifik Utara, kapal sedikit oleng karena ombaknya lumyan besarnya. Panjang kapal hanya 180 meter alias dibutuhkan 4 kali keliling deck untuk kami jalan 1 mile yang kami lakukan setiap harinya selain memakai cem-macem peralatan di ruang olahraganya. Dapat Anda bayangkan akan segemuk apa jadinya isteriku kalau saja saya tidak rajin mengajaknya berolahraga.

Ada beberapa perusahaan cruise yang mempunyai route ke Alaska, dari mulai yang hanya 5 harian sampai yang 2 mingguan. Saya memilih HAL, Holland America Line bukan karena itulah nama komputer di dongengan 2001 Space Odyssey dari Arthur C. Clarke tetapi karena memang saya mau mencoba perusahaan cruise yang berlainan. HAL cukup terkenal dan katanya makanannya oke. Dapat saya laporkan bahwa makanannya memang banyak yang enak-enak, terutama kue-kue a la Belanda seperti Poffertjes dan Oliebaal-nya. Teman-teman saya tukang naik cruise mengatakan bahwa Crystal Cruise adalah yang paling hebring atau mahal dan untungnya si saya, konon perusahaan itu menyensor penumpang dari kota SARS bernama Toronto. Akan saya ceritakan apa yang terjadi dengan saya dan nyonya setelah kami mengisi formulir kesehatan dimana saya tanpa ragu-ragu (bahwa akan terjadi perkara karena kami dari kota ber-SARS :-)) memilih kotak 'yes', kami dari Toronto. Kotak lainnya adalah Singapura dan Taiwan. Rupanya atau tidak ada satupun penumpang dari Tiongkok atau mereka dilarang total. Kembali ke pilihan cruise kami, selain mau mencoba kapal HAL, itinerary atau kota-kota yang akan dikunjungi cukup lumayan. Dari mulai Juneau, ibukota negara bagian Amrik bernama Alaska, sampai ke Skagway yang merupakan pintu gerbang demam emas Klondike dan ke Ketchikan, pusat ikan salem terbesar di dunia.

Teman kami Petrus dan Shirley anak Vancouver, yang saya kenal sejak Bang Jeha mulai mendongeng di Paroki-Net dan mereka masih di Indo, mengantarkan kami sampai ke dermaga dimana MS Veendam berlabuh di kota itu. Tiada yang aneh-aneh terjadi selama proses 'check-in' dengan kekecualian si sinyo yang melayaniku begitu melihat checkbox pilihanku di formulir SARS, ngacir mencari juragannya. Kulihat mereka kasak-kusuk dan kemudian seorang cewek Filipin (yang kemudian ternyata adalah dokter kapal) ikut ngerumpi. Kartu plastik berisi nama kami dan nomor kabin diserahkan oleh si sinyo setelah kasak-kusuk selesai. Berkat doa-restu Anda semua, ternyata si Jeha dan Empoknya dari Toronto hanya perlu ngelapor setiap pagi di kamar sakit kapal untuk diperiksa apakah suhu tubuh kami normal atau kena "demam" SARS, Sayang Aku Rindu Sek-esekmu.

Tepat jam 5:30 sore alias ngaret setengah jam sebab ada serombongan peserta cruise dari Amrik yang terlambat transfer dari kapal terbangnya, MS Veendam membunyikan buut-buut-nya untuk cabut dari pelabuhan Vancouver. Dapat kami laporkan juga bahwa selain kami berdua dan 350 awak kapal Melayu di cruise ini, ikut juga warga Paroki-Sby Anton Kombi dan isterinya Magda yang merupakan agen perjalanan alias tukang jemputku kalau saya ke Vancouver. :-) Tahu bahwa Bang Jeha akan berminggu madu, diberkahi keahlian spion Melayu, mereka mengambil kamar bernomor 698, katanya tepat di bawah kamar kami, 398, agar supaya kalau kami sedang mengeluh dan mengaduh, mereka bisa mendengarnya. Ya, mengeluh kalau cuaca buruk dan mengaduh bila pemandangan dari kaca jendela aduhai :-). Meskipun kamar kami tidak diberkahi balcony atau pintu untuk keluar makan angin, bukannya karena tahu akan percuma sebab Alaska dingin tapi karena harganya alang kepalang jauh lebih mahal, kamar kami mempunyai jendela yang bisa dipakai melihat keluar. Tujuan pertama kami, Juneau ibukota Alaska bukan main jauhnya, sekitar 1600 km, sehingga hampir 2 hari 2 malam baru sampai. Oleh karena itu, pengarang dongeng Anda dari MS Veendam permisi istirahat dulu.

Home Next