Pengalaman Cruise Ke Alaska IV

Skagway, kota terutara di Inside Passage, letaknya sekitar 7 jam cruising dari Juneau. Ia adalah tempat R&R, Rekreasi dan Rileks dari para penggali emas ketika terjadi demam emas (gold rush) di Alaska. Akibatnya, ya pikiran Anda yang suka akan satu hal itu, benar sekhalei. Untuk membuat tukang cari emas tersebut rileks, tentu saja dibutuhkan jasa profesi tertua di dunia, PSK alias Pekerja Seks Komersil, istilah lebih sopan kayanya dibandingkan WTS, Wanita Tiada (Tuna) Susila di jaman sahaya masih suka ke Kramat Tunggak. Sesuai dengan adanya PSK, hal-hal bejat lainnya juga merebak di kota itu, misalnya judi sampai lupa daratan, mabuk-mabukan sampai lupa lautan, dan tentu tipu-menipu sikat-menyikat. Soapy Smith adalah nama julukan seorang bandit yang terhebring di saatnya, yang konon berhasil menipu hampir semua orang yang datang ke Skagway. Sampai akhirnya ia ditembak seorang THP pada tahun 1898. Itulah sedikit sejarah kota kedua yang kami labuhi yang merupakan kota maksiat di masa awalnya.

Bila kita ngobrol dengan para wisman, wisatawan mancanegara yang suka ikut cruise, semua akan setuju bahwa salah satu faktor utama yang membuat cruise menarik adalah tak perlu membereskan koper dan puluhan benda duniawi lainnya di malam hari, untuk siap pindah ke kota lain bila kita naik bis atau kereta, amit-amit kapal terbang. Perjalanan dengan kapal terbang pasca 911 sangatlah menggemaskan alias rewel. Lupa memasukkan pisau lipat ke koper, alamat disita. Kalau pisaunya buatan Ciamis sih oke barangkali, tapi kalau pisau Swiss Army mendelu banget kan kalau sampai pisau $ 50 100-an itu disita. Keasyikan lain bagi orang seperti isteriku yang senang makanan enak :-) tentu saja restoran 'fine dining'-nya dimana setiap malam ia lupa akan asyiknya indomie goreng di dalam hutan cagar Algonquin :-). Hanya dalam waktu 2-3 hari sejak cruise dimulai, berat badannya sudah naik 2-3 pound ketika ia menimbang badan di kelab kebugaran atau di gym MS Veendam. "Ini dear, bisa pesan macam-macam makanan room service," katanya memperlihatkan menu makanan dari buku tamu di dalam kabin kami. Memang, untuk mereka yang hidupnya di dunia adalah untuk makan, faktor kedua yang menarik dari ikut cruise tak lain tak bukan: makan. Bagaimana tidak seabrekan, wong kita bayar $ 200 per hari per orang untuk ikut cruise, pada umumnya. Seperti sudah saya syer di tayangan serial saya terdahulu, Pengalaman Cruise, karena saya tahu senangnya isteri saya cruise-cruise-an meski tubuhnya jadi tidak kurus :-), adalah menjadi tujuan hidup saya sekarang ini untuk menghabis-habiskan uang menggemuki dia di kapal cruise. Tak salah lagi, kalau Anda melihat seorang isteri atau suami yang gemuk, pastilah ia sudah mendapat cinta yang lebih dari isteri/suami kurus :-).

"The best way to observe Skagway is by foot," kata satu buku panduan dari kapal dan cocok sekhalei rasanya kalimat itu dengan Bang Jeha Anda. Jadi setelah kami selesai ikut fitness, memeriksakan suhu tubuh di ruang infirmary kapal, mengikuti klinik 'body posture' dan tak lupa makan tentunya, kami mulai menjelajahi kota Skagway. Kalau Chicago disebut windy city, Skagway merupakan doubly windy alias anginnya kencang sekali. Itu sebabnya penghuni pribumi bagian benua Alaska ini, suku Tlingit, tak mau tinggal di Skagway tetapi sedikit lebih di utaranya. Arti dari kata 'skagua' asal kata Skagway, dalam bahasa mereka adalah "sarangnya angin utara". Terasa banget kencangnya angin di suhu mendekati nol ketika kapal berlabuh di Skagway. Acara jalan kaki kami tambahkan dengan mengikuti suatu tour keliling kota dipandu oleh seorang ranger dari U.S. Park Services. Yang paling menarik dari semua yang saya lihat di salah satu museum Skagway adalah perbekalan bermacam-macam makanan dan perlengkapan kemping seberat 1 ton yang harus dibawa oleh seorang yang mau menambang emas di Klondike, Yukon Territory, Kanada. Adalah suatu persyaratan dari Canadian Mounted Police agar para kempinger tersebut membekali diri untuk hidup setahun. Dapat Anda bayangkan penderitaan manusia dan terutama kuda yang harus membawa beban itu dari permukaan laut sampai ke atas pegunungan setinggi 1000-an meter.

"You look like kids," kata Julia salah seorang teman semeja kami. Ia menjadi dekat atau pren banget ketika ia mulai meyimak bahwa selain hobi makan, kami berdua juga ikut ke Misa Kudus setiap hari di kapal. Ya, bersama suaminya Ben sang pokrol bambu, mereka juga urang Katulik. "I couldn't believe it when you said you are retired," katanya ke saya. "Look at you, just like a small kid," katanya lagi ke Cecilia. Kebetulan bojoku memang sedang memakai topi a la Rusia itu yang membuatnya seolah-olah semuda anakku saja :-). Tidak percaya, itu juga yang dikatakan man-temin kami ketika mereka melihat satu foto terakhir kami waktu di musim rontok tahun lalu ketika kami ke Algonquin Bice Lake dan nampang di http://ca.oocities.com/hilwan3/bice14.JPG . Ya, Cecilia memang menjadi sasaran interview para manula di meja kami, kog sudah setua-bangka di dalam umur, kelihatannya bak anak remaja :-). Mereka tak tahu bahwa filsfat hidup yang ada di nama tengahnya, r i a, sudah membuatnya kelihatan lebih muda 20 tahun dari usia sesungguhnya. Obrolan di meja makan bersama man-temin kenalan baru di kapal adalah salah satu 'highlight' lain dari ikut cruise. Soalnya, boleh dijamin mayoritas peserta adalah manula yang sudah makan asam-garam kehidupan dan sebagai wong bule, mereka tak sungkan untuk mensyer kisah kehidupan mereka, termasuk keTHPan mereka. Seperti dikotbahkan Pater Richard di salah satu Misanya, persahabatan adalah ketika kita mau mensyer bagian hidup kita, baik yang membahagiakan maupun yang menyedihkan.

Home Next Previous