Bila hanya ada satu tempat tujuan atau alasan untuk Anda pergi ke Alaska, Glacier Bay National Park merupakan jawabannya. Foto-foto indah jelita yang dipromosikan perusahaan cruise ke Alaska banyak dibuat berlatar-belakang pemandangan di cagar alam ini yang kami labuhi pada hari Kamis pagi 15 Mei. Teluk yang panjangnya 100-an kilometer ini, ditemukan oleh jurumudi I kapal kapten George Vancouver bernama Joseph Whidbey ketika mereka berlayar mencari Northwest Passage, jalan lintas untuk dari Eropa ke Asia bolak-balik dalam rangka urusan rempah-rempah. Sekitar 200 tahun lalu, teluk ini belum ada melainkan hanyalah glacier ukuran raksasa, ya sepanjang 100 kilometer dan setinggi 1200 meter di muaranya. Sekarang ada markas besar US National Park Service untuk cagar Glacier Bay disitu. Teluk ini penuh dengan fjord dan inlet maupun muara dari banyak glacier di cagar alam tersebut. Tak lama setelah kapal memasuki teluk, beberapa cewek rangers dari National Park Amrik naik ke atas kapal untuk membantu memberikan pencerahan. Geologinya memang mencekam. Sambil menikmati hidangan makan pagi setelah setengah jam latihan fitness di gym, dari tempat duduk dekat jendela kamar makan, kami menikmati pemandangan sepanjang Glacier Bay. Airnya dari mulai kelabu menjadi hijau dan turqoise. Di atas air, dari mulai bukit karang gundul sampai ke yang berpohon pinus hingga bukit yang cukup tinggi berpuncak salju abadi bak suguhan rohani bagi kami. Sahaya hanya bisa ber-tsk-tsk-tsk di dalam hati sambil mengucapkan trims berat kepada-Nya disuguhi pemandangan seperti demikian.
Tak salah lagi bahwa cagar ini, bersama-sama ketiga cagar lainnya yang saling berbatasan, dua di Kanada dan satu lagi di Alaska, merupakan cagar terluas di dunia. Kluane National Park and Reserve serta Tatshenshini-Alsek Provincial Park adalah dua cagar yang di Kanada dan satunya lagi Wrangell-St.Elias National Park di Alaska, Amrik. Mereka mendapat perlindungan atau dijadikan Unesco World Heritage sites. Glacier Bay sendiri mendapat pangkat tambahan sebagai Biosphere Reserve dari Unesco. Si Gary, Cruise Director kapal yang mengatakan sudah 100 kali ke Glacier Bay, maupun Pak Leo Suryatin yang sudah 30 tahun di HAL mengatakan, jarang-jarang cuaca di Glacier Bay bisa secerah ketika kami singgahi, seharian penuh matahari bersinar. Bukan itu saja, selain beberapa kali Bang Jeha Anda dan Empoknya berkesempatan melihat ikan paus, humpback whales yang lewat dan ada dimana-mana di daerah muara teluk, kami juga disuguhi pertunjukan ikan lumba-lumba dari buritan kapal ketika sedang menikmati makan malam. Baru kali ini pula saya dapat melihat otter seal yang berenangnya terbalik alias gaya punggung terus melewati sisi kapal kami. Si Sherry naturalist kapal bisa melihat seekor beruang hitam dari tempat dia memantau, mungkin di anjungan kapal. Tetangga kami sempat melihat kambing gunung di pagi harinya. Ya, hanya seharian kami di Glacier Bay tetapi banyak sekali satwa yang sudah manggung bagi kami.
Di kapal cruise Radiance of The Seas, saya bersahabat dengan Didi anak Kebayoran yang melayani pesanan minuman di ruang makan resmi, dining room. Di kapal MS Veendam ini, Pak Ichsan lah yang menawarkan saya dan Cecilia apakah mau minuman gratisan. Karena anggur di Radiance benar-benar gratis, kami kira demikian pula di Veendam sampai suatu hari saya lihat si bule disodorkan bon oleh Pak Ichsan dan si saya engga pernah. "Pak, engga apa-apa tuh bapak memberikan kami wine gratis terus?", tanya saya kepadanya. "Tenang saja pak," jawabnya sambil tersenyum. "Kalau bapak mengatakan tenang saja, oke deh kami juga akan tenang," sambut anak Betawi Anda. Jadi KKN memang ada dimana-mana tetapi saya yakin Pak Ichsan tidak berani melanggar aturan kapal yang berarti ia diberikan kebebasan untuk memberikan minuman gratis kepada penumpang yang disukainya. Si bule yang semeja dengan kami, rupanya sadar tapi karena mereka cukong semuanya, mereka tidak perduli dan hanya berkata, "It seems you have a direct line to the chef of the ship," dan saya tentu tak keberatan mengangguk mengiyakan.
Mungkin hanya di MS Veendam urusan duniawi dan surgawi saling bersebelahan. Ya, kalau kami Misa di ruangan kapal, Half Moon Room, di sebelahnya di Wayang Theatre orang-orang berjudi bingo. Yang istimewa adalah sesekali ajakan yuk ikut bingo ataupun pengumuman jualan lainnya diumumkan melalui sistim pengeras suara kapal sehingga terdengar jelas di ruangan dimana Misa sedang berlangsung. Si Romo Richard sih EGP lach yauw dan hanya berhenti berdoa kalau itu terjadi. Bukan hanya dia yang toleran tapi kulihat tidak ada yang protes apalagi THP sebab mayoritas peserta cruise HAL adalah manula. Diakui oleh sebagian awak kapal, mereka senang bekerja di HAL karena tidak banyak anak-anak maupun ABG yang suka rewel-rewel dan judes yang menjadi peserta cruise. Ada benarnya memang sebab saya sering memperhatikan bahwa kami merupakan salah satu pasutri termuda di cruise ini :-).
Salah satu hal yang mungkin tidak menarik untuk Anda ikut cruise, saya sih tidak peduli dan sedikit terbantu oleh sebab 30-an tahun jadi programmer di IBM adalah obrolan di dining room. Seperti kukatakan, umumnya peserta cruise adalah wong sugih, jelas sekhalei dari perhiasan yang diperagakan si cewek maupun kamera, arloji dan benda duniawi lainnya yang dipakai si cowok. Jadi kalau modal Anda cuma bolpen merek BIC dan arloji TIMEX serta jasmu hanyalah dari bahan polyester, kemungkinan Anda engga PD (percaya diri) ikut cruise. Tak bisa saya salahkan alias sangat saya maklumi. Pembicaraan pun bisa serba saling nampang dan jago-jagoan, dari mulai prestasi dewek ke anak ke sedulur. Seperti saya katakan, 30 tahun bekerja di IBM dan sering keliling ke manca- negara maupun biasa makan di restoran fine dining, saya dan Cecilia sih oke-oke saja. Sudah begitu, mana ada dari seluruh peserta cruise itu yang pensiun di usia 54 tahun untuk setahunnya melakukan 10 kali interior canoeing dan camping trip. Ya prens sadayana, modal travel kami cuma itu doang seh sebab para pensiunan wong sugih di meja kami bukan saja sudah berkeliling dunia kesana kemari memakai berlian 10 karat di jarinya dan arloji Rolex di tangannya, juga mereka mah bayar beli anggur sebotol buat dibagi-bagi di antara prens mereka semeja-makan :-). Salah satu dongengan kami lainnya yang kami yakin belum pernah mereka lakukan adalah trip dengan boker di atas box di dalam cagar alam :-). Ya, cagar alam Glacier Bay hanya sempat mereka nikmati saja pemandangannya tetapi cagar alam yang kami kunjungi sudah kami kencingi dan beraki :-). Itu saja yang menjadi modal kami untuk tetap PD di dalam acara makan di 'fine dining restaurant' MS Veendam.