Kalau diadakan pertandingan antara anak-anak Indonesia melawan warga bangsa lain, saya percaya kita akan menang bila pertanyaannya nama ibukota negara di dunia sebab sejak SD kita sudah dibina agar hapal ayat :-). Kalau pertanyaannya diperluas menjadi dimana letak ibukota maupun negara tersebut, kalau cuma melawan anak Amrik dan Kanada, kemungkinan Anda masih menang. Jadi dimanakah letak Buenos Aires, Argentina? Di lintang selatan 34 derajat, bujur barat 58 derajat, di tepi Samudera Atlantik. Ya, itu kalau yang menjawab anak Indo yang punya GPS atau pun peta M/S Street & Trips seperti Bang Jeha. Kalau Anda ingin memperkirakan seberapa selatannya lintang segitu, Jakarta kota kelahiranku cuma 6 derajat dan Kupang kota paling selatan di tanah air kita, cuma 10 derajat. Tak heran matahari baru terbenam sekitar jam 9 malam.
Ya Buenos Aires, dibacanya sama seperti kita membaca di dalam bahasa kita, bue-nos-ai-res, adalah kota awal perjalanan muhibah Bang Jeha dan Empok Cecile di dalam cruise mereka kali ini ke Amerika Selatan. Sebelum Anda bertanya, kemana saja perjalanan kami, harap dicatat ya sebab besok ulangan: Buenos Aires, Argentina ke Montevideo, Uruguay, ke Puerto Madryn, Argentina, lalu ke Port Stanley, Falkland Islands, terus ke Cape Horn, Chile, ke Ushuaia, Argentina (kota paling selatan di dunia), kemudian ke Punta Arenas, Chile, lewat Strait of Magellan, Argentina, meninjau Chilean Fjords, Chile, terus lagi ke Puerto Montt, Chile, untuk akhirnya berhenti di Valparaiso, Chile, yang merupakan kota pelabuhan dari Santiago, ibukotanya.
Itulah itinerary atau jadwal perjalanan cruise kami bersama Royal Caribbean Internasional dengan kapal Radiance of The Seas. Kalau Anda ingat, inilah juga kapal kami ketika melakukan cruise pertama kalinya ke Kepulauan Karibia di bulan Desember 2001 dimana pada saat itu, Radiance of The Seas masih berupa kapal baru. Sebetulnya, kami sudah melakukan booking dan bayar uang pangkal untuk naik kapal mereka yang jauh lebih baru, Mariner of The Seas dengan trayek dimulai dari Rio de Janeiro, Brazil. Apa lacur rek, ongkosnya dalam US$ dan ketika mau bayar penuh alias masih ada kesempatan untuk ganti maupun batal, 1 US$ menjadi sekitar 1.30 CAD$. Kaga lucu banget untuk cuma melihat satu kota tambahan, mesti keluar sekitar 2000$ sebab ongkos total kedua cruise Royal Caribbean ke Amerika Selatan sekitar 7000$. Ada dua tiga alasan lainnya Rio menjadi tidak menarik. Pertama rewel mesti minta visa Brazil, sekitar 100 CAD$ seorangnya. Kedua karena kami mau bermalam beberapa hari dulu disitu, cruise tidak lagi mau mengurus transfer dari hotel ke kapal padahal sudah termasuk paket. Ketiga, di semua buku yang saya baca mengenai Rio de Janeiro, tidak dianjurkan pergi keluar dhewek meski pun di siang hari bolong sebab banyak todong dan rampok. Jakarta kalah kesannya :-).
Suhu ketika kami tiba di Buenos Aires dilaporkan oom kapten pesawat sebagai +27C, lumayan banget sebab sehari sebelumnya Bang Jeha kudu nunggu bis di pelataran subway dengan suhu -27C selama setengah jam. Pesawat Air Canada yang membawa kami, membutuhkan waktu 11 jam nonstop dari Toronto dan karena beda waktu 3 jam, Buenos Aires lebih dulu, baru jam 2 sore kami sampai setelah berangkat jam 1 pagi di 18 Januari. Argentinia, negara terluas nomor 2 di Amerika Selatan, pernah menjadi salah satu negara terkaya di dunia tetapi seperti mungkin Anda tahu, mengalami krismon dari tahun 1980 sampai 2000-an sehingga jatuh miskin. Di dalam kesempatan lain saya akan bercerita lebih banyak mengenai Argentina maupun pelabuhan negeri itu yang kami singgahi. Pernah kaya dan sekarang miskin itu tampak dari pemandangan di sekeliling Buenos Aires dalam perjalanan dari airport ke kapal. Rumah-rumah dan gedung ada yang jelek, sumuk, hancur, ada yang megah. Mobil-mobil tua yang sudah reyot dari era tahun 50-an masih tampak dimana-mana dan banyak jumlahnya.
Suatu survai di tahun 2007 memberikan hasil Buenos Aires sebagai kota nomor 3 di dunia yang cewek-ceweknya aduhai alias cantik-cantik. Nomor 2 barangkali Bandung, ihik ihik :-). Bang Jeha bisa bersaksi, survai itu tidak salah atau eror sebab ya basteran bule Spanyol maupun Inggris dengan orang pribuminya, mana tidak bahenol mereka semua. Cowoknya pun kece-kece, lihat saja si Diego Maradona ketika belum dirasuki setan narkoba. Tiga juta orang tinggal di kota yang didirikan tahun 1536 ini, dengan luas 200-an km persegi, tak beda jauh karenanya dari Toronto. Sama seperti adanya Greater Toronto Area dengan populasi 8 jutaan, Metropolitan Buenos Aires berpenduduk 12 juta. Tidak ada kesan istimewa lainnya karena memang kami tidak bermalam di kota ini melainkan hanya numpang lewat. Tetapi sistim transportasinya sebagai kota maupun negara pernah kaya, sepertinya bagus atau lumayan.
Tujuan utama cruise kami ke Amerika Selatan memang bukan untuk melihat kota besar seperti dapat Anda simak dari banyak nama asing atau tidak terkenal di atas, tetapi melihat pemandangan dan keindahan alam, terutama sekitar Cape Horn. Banyak cagar alam yang akan kami jelang maupun lewati seperti misalnya Puerto Madryn di Argentina dan Punta Arenas di Chile. Bagi pencinta alam, khususnya pelaut amatir, nama-nama tempat tujuan kami mestinya tidaklah asing. Ushuaia (baca usyu-ai-ya) adalah desa sebetulnya yang merupakan pangkalan para sintingers ke Antarctica sebab jarak keduanya paling dekat. Cape Horn adalah tanjung di dunia ini yang paling disegani para pelaut karena ganasnya cuaca maupun tingginya ombak serta kencangnya angin di daerah itu.