Sejak semalam kapal semakin ajojing tapi tidak sehebat kemarin pagi ketika jalan saja susah dan banyak yang mabuk laut termasuk si Amy wong Pilipin dan si Barry sinyo Kanada. Kalau ombak sedang tinggi angin sedang kencang seperti ini, Anda-anda yang nyangkulnya di darat, tetaplah berbahagia meskipun gajimu tidak tinggi-tinggi banget. Sama kaya stewardess yang tetap mesti bertugas terkadang, meskipun pesawat sedang kena turbulence. Masih mending kalau dapat kerjaan "basah" seperti pelayan di ruang makan maupun pembersih kamar dimana direkomendasikan tips bagi mereka sebesar US$ 3.50 per orang per hari. Konon anak-anak Indo di kapal ini mayoritas ada di bagian laundry dan tukang cuci demikian tentu tak pernah berjumpa dengan penumpang. Apalagi kalau mesin cucinya buatan FTUI dimana tukang cucinya ada di dalam "mesin" tersebut :-).
Mong-ngomong tips atau gratuities jadi keinget si George, bridge director di cruise kami kali ini yang sifatnya relawan. Ternyata kami semua para pencinta bridge yang beruntung. Ngobrol dengan doski di jam makan siang di satu meja, saya tanya apakah ia cruise sendirian. Jawabannya memelaskan. Ia bilang sebetulnya ia bepergian dengan teminnya, 'my girlfriend'. Si temin kena persoalan dengan matanya mulai dari Buenos Aires. Di Montevideo atau pelabuhan yang berikutnya setelah kami berangkat di hari Minggu lalu, mata ceweknya semakin gawat sehingga ia perlu balik ke Amrik. George tinggal di Platsburg, suatu kota di negara bagian New York, hanya 100 km di selatan Montreal. Pantesan si George rajin banget ngurusin pertandingan bridge dan sering ia tidak main karena tidak cukup orang untuk ia jadikan partner. Karena semua berterima-kasih atas dedikasinya, Kathy salah seorang anak Amrik juga menginisiasi menulis surat dan kami sertakan dengan nama dan nomor kabin kami sebagai lampiran ke cruise director. Isinya minta kebijaksanaan agar George diberikan imbalan. Alhasil George digantikan ongkos gratuities-nya yang ia sudah lunasi di dalam biaya cruise, yakni sekitar US$ 135 per orang.
Ketika tadi siang dabos istirahat tiduran wae sebab kapal oleng dan ia rada poyeng, habis ikut fitness, saya berpartner dengan Anita. Ihik ihik :-). Anita ini matanya tidak bulat dan rambutnya tak tergerai sebahu maupun kuning langsat kulitnya tapi bule. Soalnya dabosku langsung mewawancara seperti apa si Anita, nama tokoh di dalam cerita stensilan saya di jaman jahiliahku :-). Di meja bridge ketika bermain dengan pasangan Amrik lainnya, ia syer bahwa kulitnya terbakar sinar matahari, padahal ia tinggal di suatu pulau di Florida alias tak pernah mengalami 'sunburn'. Kata saya, saya pun engga gampang kena sunburn dan juga mengalami terbakar kena sinar matahari yang sebetulnya mah engga mencorong. Kesimpulan kami semua, ini akibat menipisnya ozone layer di benua bagian selatan ini. Jadi kalau suatu ketika Anda pergi ke Amerika Selatan, jangan pandang enteng sinar mataharinya alias pakai sunscreen yang cukup tebal karena saya tidak memakainya sama sekali.
Seperti sudah saya syer di tayangan terdahulu, dari Selat Magellan kapal keluar beberapa jam di Samudera Pasifik untuk kemudian masuk lagi ke dalam apa yang disebut Chilean Fjords. Tadinya saya pikir wah hesbats juga nih Chile mirip Norwegia atau negara Skandinavia lainnya, pakai fjord-fjord-an. Ternyata apa yang disebut sebagai Chilean Fjord adalah lintasan kapal di antara selat-selat pulau yang satu ke pulau yang lain dengan benua Amerika Selatan atau 'mainland Chile'. "Gimana keindahan pemandangannya Bang Jeha?," tanya Anda para pencinta alam. Biasa-biasa doang prens. Mirip dengan Inside Passage Alaska, dimana lebih berkesan yang terakhir sebab sesekali kita bisa melihat lumba-lumba atau ikan paus di Alaska mah. Di Chilean Fjord ini tidak ada fauna di perairannya yang bisa kita temui, paling saya melihat suatu kolam terapung yang ternyata tambak ikan salem. Ya, Chile terkenal dengan produksi ikan salemnya dan rupanya itu salah satu cara menghasilkannya, di"ternak"kan. Di kiri kanan 'fjord' ada pulau-pulau dan bukit-bukit yang lumayan keindahannya. Kalau pakai mata telanjang dan kamera seribuan dollar, so pasti kita bisa melihat lapisan demi lapisan pulau dan bukit itu yang semakin jauh semakin kelabu warnanya atau kabur fokusnya. Pakai kamera Canon A2000 point and shoot seharga 200 $, sudah bagus kalau terlihat ada pulau dan perbukitannya :-). Apalagi cuacanya serba mendung, angin kencang dan hujan gerimis turun ketika kami menyelusuri 'fjord' tersebut. Namun, kata orang inilah iklim yang normal untuk Chilean Fjord.
Malam ini, Kamis 29 Januari malam terakhir pakai 'baju monyet' atau formal dress. Wakil Anda bernama Cecilia tidak malu-maluin bangsa dan tanah airnya dah meskipun ia tidak pakai kebaya. Kemarinnya di casual dress dinner ia pakai sarung dan kebaya modern sehingga Pauline si nyonya Quebec kedemenan, 'tres chic' katanya. Malam ini ia pakai gaun bikinan MangDu (Mangga Dua :-)). Becanda prens, tapi memang gaun MangDu kalau dibandingkan dengan gaun malam yang dipakai perempuan sekapal, tidak usah kalah PD :-). Gaun Cecilia 'custom made' tapi bikinan Betawi, bukan buatan Versace atau Dior. Hanya mana rakyat tahu sebab pas dan pantas dipakainya sehingga ia dijuluki 'princess'. Lumayan dah kalau begini, biarin kena 'white magic' Bang Jeha bisa menyunting seorang pangeran puteri, tanpa perlu ciumin kodok buduk :-).
Keasyikan ngedongeng, hampir beta lupa adanya pagelaran Tango Buenos Aires. Untung laptop ini ada jam-nya sehingga mudah dilirik sudah jam berapa. Jadi supaya kebagian tempat duduk bagus, jam 9 lewat kami sudah cabut ke teater. Namun memang penumpang kapal ini tidak penuh sehingga masih banyak tempat kosong disana-sini menjelang pagelaran tango tersebut. Salah satu keokean lain numpak cruise adalah bisa melihat pagelaran budaya setempat di dalam kapal. Seperti waktu kami ke Mediterranean atau ke Barcelona, tarian flamenco Spanyol juga kami nikmati di pertunjukan kapal. Tango Buenos Aires memang bagus dansa tangonya dan seperti Anda tahu, dansa itu sebetulnya kampungan atau dilahirkan diciptakan di rumah bordil mereka. Pas jadinya dengan Bang Jeha mantan pengarang lulusan KramTung :-).