Cruise ke Amerika Selatan # 5

Konon, kalau sampai cruise kami ini mendarat di Falkland Islands, inilah pertama kalinya kapal cruise Royal Caribbean kesana. Sebelum kami sampai di ibukotanya yang bernama Stanley, dahulu Port Stanley, kami sudah diberikan info oleh oom kapten. Kalau sampai tinggi ombak beberapa meter pas kami mendekatinya, maka kapal tidak akan jadi kesana. Soalnya pelabuhannya tidak cukup dalam untuk menampung kapal seberat 90 ribu ton seperti Radiance of The Seas hingga kami harus merapat dengan tender, kapal kecil yang juga merangkap sekoci kapal di dalam keadaan darurat. Engga lucu banget kalau kapal sekoci kelebu dan penumpang jadi seperti sea elephant berenang-renang berkeliaran di pinggiran pantai Falkland Islands :-).

Bermain bridge membawa banyak manfaat memang. Selain mengasah otak, juga mempunyai cem-macem teman temin ngobrol. Salah seorang bernama Kathy dari Washington DC mengatakan orang Argentina kepengen banget kesono. Kalau tidak ikut kapal cruise, tidak bakalan mereka dapat visa dan seperti kita tahu, begitu para penumpang numpak cruise, paspor kami ditahan alias tidak ketahuan lagi yang mana si Pedro yang mana si Petruk, mana si Diego mana si Dogol. "Mengapa orang Argentina ingin kesitu?," tanya Anda yang masih bayi di tahun 1982. Sebab ada ratusan serdadu mereka mati tewas ketika terjadi Perang Falkland lawan Inggris dan dikuburkan di Islas Malvinas, nama Falkland Islands dalam bahasa Spanyol. Itu juga sebabnya Stanley disebut Puerto de las Islas Malvinas sebelum perang dan kemudian Puerto Argentino dari 6 s/d 20 April 1982 pas tentara mereka berhasil menduduki sang kota untuk 10 mingguan. Seperti kita para manula tahu, Margaret Thatcher PM Inggris lalu mengirimkan tentara kerajaan Inggris Raya dan menyingkat cerita, tgl 21 April kota tersebut jatuh ke dalam pangkuan Margaret hingga jadi Stanley lagi namanya.

Desa dengan cuma sekitar 2000 penduduk ini naik pangkatnya menjadi suatu kota dengan adanya Katedral Gereja Anglikan. Bila itu paguyuban Kristen Anda ketahuilah bahwa sang katedral adalah yang paling selatan di Planit Bumi. Di jaman dahulu sebelum Panama Canal dibuat dan kapal dari Pasifik ke Atlantik perlu memutari Cape Horn, Port Stanley, namanya waktu itu, menjadi bengkel kapal sebab para kapal pada rusak kena ombak besar angin kencang disana. Menjadi bengkel kapal internasional seperti itu membuat ekonomi kepulauan Falkland Islands menjadi maju, untuk kemudian menjadi pangkalan tukang menangkap ikan paus di Atlantik Selatan dan Antarctic sebelum manusia insaf dan ikan paus tidak dibantai lagi.

Menjelang jam 9 pagi, Radiance of The Seas membuang jangkarnya di perairan sekitar Port Stanley. Ya, entah mengapa Royal Caribbean masih memakai kata port di depan nama ibukota Kepulauan Falkland ini. Air lautnya tenang dan saya serta Cecile sedang berada di gym di deck 12 saat itu. Meskipun rugged atau gersang, tetap tampak keindahan alamnya. Bukit disana-sini dengan air laut yang hijau bercampur dengan biru turqoise di kejauhan. Pemandangan dari atas gym adalah pas di depan haluan atau anjungan kapal, pokoknya prima. Kami ikut dua kelas, stretching setengah jam dan kemudian aerobic setengah jam berikutnya dimana cuma tinggal kami berdua di kelas terakhir alias jadi private session. Lengan kiri atasku masih pegal sehabis aerobic push-up kemarin. Untung pagi ini cuma leloncatan seperti monyet binal :-). Cuma terasa kurang fitnya sahaya, maklum sudah tidak mendayung sejak bulan Oktober lalu. Mungkin juga karena kurang makan nasi rek :-). Sekali saya cobai nasi yang dihidangkan, waduh keras pera sebab nasi masakan a la India. Mendingan makan roti dan kentang dah, ikutan si bule.

Selesai fitness dan makan pagi, kami ambil karcis untuk kapal tender. Dapat nomor 9 dan kata si sinyo, jam 10:30-an dah. Sekitar jam segitu memang nomor kami dihalo-halo untuk mulai ngumpul antri di gangway menuju tender. Tak lama antri, kami sudah masuk ke tender dengan kapasitas 100-an orang. Deck atas masih ada tempat untuk kami berdua dan duduklah Bang Jeha serta nyonya berangkat menuju kota Stanley yang sudah tampak dari kejauhan. Udara sudah cukup dingin, taksiranku sekitar 10C sebab kuping sudah perlu ditutupi. Kapal tender merapat dan begitu mata sudah bisa melihat pelat mobil di darat, walah serasa ada di Kota Bogor. Kunaon? Lantaran dimulai dengan hurup ep, F maksudku :-). Ya, semua mobil di kota ini pelatnya F disambung deretan angka.

Masuk ceritanya kami ke visitor centre, gedung kecil pas di depan kapal. Ambil peta dan lihat-lihat ada atraksi apa saja. Cuma gedung pemerintah, katedral, bank, kantor polisi, sekolah. Kasian yah :-). Isi kota ini selain rumah penduduk, cuma toko dan resto mulu, pantesan dilarang bawa makanan dan minuman ke darat. Ya mana mereka bisa laku kalau begitu. Memanfaatkan sisa Euro dari cruise ke Baltic Sea, Cecile bojoku membeli sweater bertuliskan Falkland Islands. Selain untuk kenang-kenangan sebab seumur hidup kaga bakalan balik, ngapain :-), juga udara sudah semakin dingin sahaja.

Puas 2 jam sightseeing menelusuri jalan sekitar pelabuhan dan melihat ketidak-adilan, kami balik ke kapal. Ya, tampak kontras 2 gereja yang masih berfungsi, yang satu katedral gereja Anglikan, megah mewah bersih terawat rapih. Yang satunya Church of St. Mary, gereja Katolik kaum minoritas disitu, so pasti. Gedungnya sudah puluhan tahun tidak dicat :-), tampak tua renta dan di dalamnya juga sederhana saja. Kami kontraskan dengan dua rumah sebelah-sebelahan, yang satu rapi, yang satu penuh rumput ilalang dan rumahnya dalam keadaan terbengkalai. Kemungkinan kepunyaan orang Argentina yang kabur setelah kalah perang. Ga pa pa deh gereja orang Katoliknya tampak kumuh, asal hati pengikutnya serba mengkilap seperti hati teman-temin Katolik Anda, ihik ihik, amin saudara-saudari? :-)

Home Next Previous