Cruise ke Amerika Selatan # 6

Suhu sudah menjadi dingin sehingga kemarin sepulang dari Stanley, Falkland Islands, saya berenang laps bolak balik di kolam renang yang dingin. Untuk kita anak Kanada, suhu air segitu tidak terlalu dingin alias nyaman sebab kuping belum sampai sakit. Bagus juga dah daripada tidak bisa berenang karena banyaknya cindil, kecebong bule dan Latino :-). Soalnya nimbang di fitness centre, saya sudah naik 1 pound padahal dabosku kog katanya engga naik. Kulihat ia makannya jauh lebih banyak dari saya. Barangkali ia punya 'white magic' lagi sehingga angka timbangan tidak naik kalau ia yang injak. Memang si bosku ini punya kesaktian istimewa. Engga hujan engga angin, ketika ia sedang kupacari mendua, maksudnya sekaligus kupunya 2 cewek dan ia salah satunya ia bisa memimpikan cewek simpananku itu. Padahal tentu kurahasiakan lebih ketat dari prosedur di BIN atau CSIS atau CIA. "Eh aku mimpi kamu pergi goncengin cewek bla-bla-bla," katanya di suatu malam. Langsung bulu kudukku merinding sebab apa yang ia deskripsikan adalah gulaliku yang satu lagi :-). Langsung kustop berdua-pacar dan hanya kepada dialah kucangcangkan hatiku.

Nah, saya ceritakan episode di atas karena 'white magic'nya berperan lagi. Di antrian mau masuk kapal, kami berkenalan dengan dua pasusu, pasangan suami-suami alias dua orang gay dari Los Angeles. Lama juga kami ngobrol sehingga hapal wajah mereka, terutama karena yang satu adalah wong Hong Kong. Nah, semalam dabos mendadak bilang, "Eh dear, kog kita udah 5 hari di kapal sekalipun engga pernah ketemu mereka lagi yah, pasangan hombreng tersebut." Jawabku, "Ya jelas, nah ada ribuan orang di kapal ini dan juga cukupan luasnya." Weladalah biyung-biyung, beberapa menit kemudian ketika kami keluar dari daerah pajangan foto-foto mat kodak kapal cruise, si wong Hongkie datang dari arah berlawanan dan langsung kami saling 'say hello'. Begitulah prens sadayana, bagaimana Bang Jeha berani nyeleweng atau selingkuhan :-).

Di ruang makan kami, headwaiter atau kepala pelayannya bernama Sahin, anak Turki. Ia pernah ke Bali dan karena itu tahu mengenai negeri kita maupun sambel. Cecile complain karena tidak ada sambal (ia sebut demikian) dimana- mana. Ia lalu berjanji untuk spesial membuatkan dan menyediakan sambal untuk dabosku. Sekarang di setiap makan malam, Cecile dapat sambel extra. Bagaimana ia tidak sakti prens :-). Bukan itu saja, Sahin memastikan memeriksa apakah anak-buahnya, Ashley anak India dari Goa, waiter di meja kami, tidak lupa mengeluarkannya. Sahin juga tahu tarip pijit di Indo. "Five dollar," katanya. Cecile mengangguk sebab memang kalau ia dipijit oleh Bu Manto wong Solo setiap kami pulkam, ia hanya perlu mengeluarkan 50 ribu rp. Kontraskan dengan pijit di kapal ini yang harganya $ 130. Karena ada diskon $ 50, maka dabos kemarin dipijit dan di-facial segala. Katanya cowok yang mijit doski tapi jago dan enak. Apa kumau bilang, mana hamba berani complain, ihik ihik :-).

Kesaktiannya masih belum selesai. Hal yang digandrunginya, bukan saja bisa ke gereja Katolik St. Mary kemarin tetapi juga ikut Misa Kudus di kapal. Ya, suster yang ditemaninya memberikan info bahwa akan ada Misa sebab ketemu satu pastor Spanyol. Jadi pergilah kami ke "gereja" di dalam kapal, mendingan dibandingkan Princess sebab dikasih satu ruang tertutup sendiri alias engga berisik. Hanya Misa seluruhnya di dalam bahasa Spanyol namun itulah lainnya igame Katulik dibandingkan dengan ribuan gereja Kristen sedunia. Dimana saja di kolong langit ini, rituilnya serupa maupun bacaan di hari ybs sama. Jadi ikut Misa dalam bahasa Spanyol, una poco dah, ngerti dikit-dikit :-).

Bermain bridge dengan segala macam bangsa juga jadi lebih menarik sebab beberapa cuma bisa bahasa Spanyol tok atau bahasa Perancis doang. Jadi kami saling belajar spade heart diamond club di dalam bahasa mereka, pik atau pique, corazon atau coeur, diamante atau carreau, trebol atau treffle. Bahasa tarzan juga kepake, misalnya untuk bilang tunggu, kasih telapak tangan terbuka dan semua akan manggut, artinya tunggu mek. :-). Giliran elu bid/call, tinggal tunjuk dadanya. Manusia memang lebih oke dibandingin monyet atau chimpanzee. Demikian juga, dari obrolan di ruang makan, saya jadi tahu bahwa kolam renang yang terbuka ke langit, ternyata dipanaskan airnya padahal saya lebih senang berenang di kolam renang tertutup. Pantesan dingin. Juga 2 cewek Quebec di meja kami mensyer keindahan propinsi mereka, terutama Gaspe Peninsula yang belum pernah kami kunjungi. Kata Francine, kalau suatu ketika elo kesono, jangan dari arah hulu St. Lawrence River tetapi dibalik, dari belakang peninsula itu menuju ke barat sebab semua pemandangan di tanjung tersebut akan lebih kelihatan tidak kehalangan bukit. Merci beaucoup Francine :-).

Membicarakan kesaktian isteriku satu kali lagi, kapan lagi mumpung kami sedang honeymoon yang ke 34-an dan Bang Jeha ada maunya :-). Pagi ini kami jadi juara pertama lagi di dalam pertandingan kejuaraan bridge sekapal. Entah mengapa, kalau mainnya round robin alias kita ketemu setiap pasangan yang lain, ia bermain gemilang. Meskipun yang bermain 'live master ACBL' atau yang setiap minggu beberapa kali bermain bridge (ingat mayoritas pensiunan kurang kerjaan), en toh kami bisa menang dari mereka. Padahal Anda tahu sendiri ia baru 2-3 tahun main bridge-nya dan guru-gurunya cuma wong Indo seToronto. Oom Jo, dekan Akademi Bridge ServiamTO adalah orang yang pertama-tama tahu bahwa isteriku punya ilmu 'white magic' :-). "Jangan pandang enteng Cecile," kata dia di awal-awal permainan kami dahulu. You are right Oom Jo, dabosku memang sakti. Nah, saudara-saudari, hari sudah menjelang malam, kuakhiri dulu ceritaku hari ini, sampai berjumpa di seri berikutnya.

Home Next Previous