Baltic Sea Cruise # 11

Anda yang mengikuti seluruh serial ini sejak awal mungkin bertanya-tanya, kota mana yang paling menarik, mana yang oke untuk dikunjungi lagi. Sori kalau jawabanku mengecewakan kalian semua, terutama yang senang akan keindahan alami model Vigeland Park :-). Tidak ada satu pun 'worth coming back' bagiku. Bukan saja muahalnya aujubilah biaya hidup alias jalan-jalan dan makan di semua kota Skandinavia termasuk St Petersburg, juga suasana kota tidak jauh bedanya satu sama lain, serba bersih, pristine, kuno, tak ada sampah atau bau-bauan sama sekali :-). Kekecualian adalah bila Anda senang akan sejarah maupun museum, sesuatu yang tidak kami gandrungi, saya dan Cecilia. Sistim pengangkutannya sama rapi jali serba teratur, tidak bikin gemes atau deg-deg-an seperti naik TTC. Dari semuanya, yang menarik atau berlainan adalah Polandia dan kalau mental kuat, mungkin kunjungan ke kamp konsentrasi Nazi Jerman yang banyak tersebar di negeri ini, sesuatu yang bisa mencerahkan. Tetapi berlabuhnya kapal di Gdynia terlalu singkat untuk melakukan hal itu.

Inilah cruise kami yang kelima kalinya dan sejauh ini pilihan kami untuk 'da best' adalah Mediterranean atau Laut Tengah yang kami sukai, terutama kota Venesia dan Barcelonanya. Variasinya banyak, mata uangnya hampir sama, Euro, sehingga memudahkan kita para turis. Jangan salah paham, kami sama sekali tidak menyesal alias hepi banget bisa ikut cruise ke Baltic Sea. It is worth all the time and cost and we enjoyed it. Seperti kemarin saya bertanya ke nyonya penjaga atau pemilik toko P&D dekat salah satu rak sepeda, tak jauh dari Vigeland Park karena kami kira bisa naik sepeda baliknya. Ia tidak mengerti sistim sewanya dan ia tidak menjual kartunya tentu. Ia keluar toko dan tanya ke beberapa orang yang sedang bekerja melever sebagian barangnya. Mereka juga engga ngerti. Ia minta tolong salah satunya untuk melihat-lihat tokonya dan ia ajak kami berdua nyeberang ke rak sepeda. Lalu ia baca petunjuk peminjaman yang ternyata ada dan ia jelaskan. Sekilas mata saya melihat bahwa di bagian bawah ada bahasa Inggrisnya sehingga kami jadi ngerti. Itu contoh keramahan orang di kota Oslo, Norwegia dan sejauh ini kami tak pernah bertemu orang judes sejak kami cabut dari Copenhagen, Denmark.

Juga jangan salah paham bahwa 3000-an orang di kapal ini judes-judes. Mayoritas manula dimana kata prenku si Agam, sudah bau tanah :-). Apalagi kalau kita menjadi saling kenal. Seperti waktu saya ke Vigeland Park, tahu-tahu ada yang menyapa saya "two notrump". Ternyata si Dick salah seorang pemain bridge yang berpasangan dengan si Hank dan jagoan. Kebetulan kemarin kami bermain terakhir, just for fun, 3 meja. Hank kaga dateng dan Dick berpasangan dengan bu guru Barbara Nist. Tentu saja mereka pantaslah menang. Bojoku memilih tidur, ngaso dan kelilingan kapal, santaian. Saya berpartner dengan Jay, imigran India yang tinggal di Calgary dan boljug mainnya. Ia bilang ia cuma main bridge kalau di kapal alias udah lama engga main. Di meja ketika saya dan Jay berhadapan lawan Dick dan Barbara, kami bermain cukup oke, boleh dibilang engga malu-maluin Indonesia dan India :-). Kami jadi pasangan juara kedua, Barbara-Dick dapet poin 16.5 dan kami 15. Si Barbara lalu minta kartu nama atau alamat kami sebab ia maksa kami mesti masuk ACBL :-). Kukatakan kepada prenku seToronto, saya milih bermain bersama mereka sahaja di Akademi Bridge ServiamTO, kecuali saya pensiun lagi alias engga punya gawe. Seriusan, melakukan kegiatan bersama prens sehobi selalu mengasyikkan dan kita bisa lupa daratan.

Bukan itu saja yang bisa kita jumpai di kapal cruise, manula yang ramah-ramah. Tak kekurangan orang yang eksentrik. Seperti kemarin dulu, ada oma opa yang bener-bener udah bau tanah, sedikitnya 80 tahunan ke atas. Jalannya saja sudah susah. Tetapi si oma pakai dandanan serba menor, bahasa Betawi untuk meriah banget. Bukan saja full make-up, juga pakaiannya ajegile, yakni pakai baju a la Cleopatra termasuk mahkota emas. Si opa yang juga udah keriput banget, pakai jas panjang warna krem dengan dasi kupu-kupu. Jangan-jangan mereka keturunan Tsar Nicholas II :-). Contoh ekstrim lainnya adalah ketika formal dinner dimana semua cowok pakai jas dan cewek bergaun panjang, umumnya lalu sehabis makan malam pada nonton di Princess Theatre. Tapi ada saja orang yang selebor tidak pedulian dan nontonnya pakai selop plus celana katok. :-) It is a free country, eh maksudnya free society.

Seperti sudah saya syer, cuaca sepanjang cruise kami ini oke sekali banget. Tak pernah hujan sehari pun dan umumnya matahari bersinar cerah. Sayangnya suhu cuma belasan derajat maksimumnya dan biasanya berkisar di single digit. Mereka yang milih ngecruise dengan balcony, sucks alias percuma kaga bisa keluar makan angin (dingin) :-). Karena pernah mencobanya, juga mencoba jenis kamar yang namanya outside cabin, lantaran kami mah sering suka keluar kamar, maka di cruise-cruise lainnya kami memilih inside cabin yang murmer. Beda harganya dengan balcony bisa 2 kali lipat tergantung cruise-nya kemana. Selama tujuan kapal sama dan juga hidangan serta tontonan bagi mereka sarua keneh sami mawon, ya cruise pakai inside cabin sudah oke sekhalei.

Home Next Previous