Baltic Sea Cruise # 8

Ketika kemarin dulu pelayan di ruang makan mulai "memaksa" para penumpang untuk membersihkan tangan mereka pakai alcohol gel saya mulai curiga. Ketika kemarin malam, semua yang biasanya tersedia di meja makan seperti tempat lada dan garam serta roti tidak lagi tersedia, kecurigaanku bertambah. Benar saja, malamnya keluar surat edaran resmi dari dokter kapal bahwa di Crown Princess ini sedang menggejala penyakit Norovirus di antara para penumpang. Gejalanya antara lain BAB, buang air besar serta muntah-muntah. Pernah ada kapal cruise yang kejangkitan wabah Norovirus dimana cruise dihentikan, para penumpang dibuang :-), maksudnya diturunkan semua ke darat. Anda perlu melambungkan doa-doamu lebih kencang, apalagi bila Anda akan naik cruise yang sehabis Bang Jeha selesai, berangkat 30 Mei sore dari Copenhagen.

Sambil menunggu manjurnya doa kalian semua, dongengan saya teruskan dengan pelabuhan berikutnya sesudah Tallinn yang kami singgahi, yakni Gdansk di Polandia. Sebetulnya kapal mendarat di pelabuhan lain, Gdynia dan jangan tanya saya kenapa meskipun Gdansk di pinggir laut. Kemungkinan supaya taxi di Gdynia jadi laku kali sebab Bang Jeha cuma mau pergi ke Gdansk, a.l. berdoa di dalam gereja :-). Naik taksi dari tempat berlabuhnya kapal di Gdynia ke Gdansk akan makan ongkos 100 US$ padahal naik kereta cuma 2$-an. Jarak antara Gdynia dan Gdansk sekitar 20 km tapi jalannya macet karena di kota antara keduanya, Sopot, salah satu jalan utama lagi dicopotin lantaran ada konstruksi. Nah, keluar pelabuhan saya sudah dapat taksi yang dengan ongkos 10$ mau membawa saya ke stasiun kereta. Si supir taksi bahasa Inggrisnya tidak oke tapi bisa Jerman katanya, zum Deutschen sprechen. Jadi saya sikat azha pakai Jerman kampungan, wir werden zum Bahnhof gehen, wie viele kostet es, zehn dollar, sehr gut :-). Belakangan saya tahu ia, Mirek namanya, anak Polandia asli dan bisa Jerman karena isterinya dari Austria. Sama dengan saya yang terpaksa belajar Jawi supaya ngerti kalau dirasani sedulur isteriku.

Si Mirek otaknya jalan juga sebab di tengah perjalanan, ia tawarin mau engga sekalian ke Gdansk, ia anterin ke rumah Lech Walesa (yang memang jadi obyek turis). Saya bilang saya mau ke gereja St. Mary, karena kata Princess Cruise gereja berdinding batubata (brick) terbesar di dunia, bisa muat 25 ribu umat. Belakangan saya mau ia bawa juga ke katedralnya bernama Oliwa dan Mirek manggut, zwei Kirche pokoknya :-). Asal sudah ke 2 gereja, pasti 3 ceweks yang duduk di belakang setuju dan mertua keponakan kami hepi banget bisa naik taksi jalan-jalannya :-). Kemarin ia sudah kapok diajak jalan kaki terus di Tallinn selama 3 jam dengan antara lain pakai manjet bukit dan jalanannya cobblestone. Rupanya ia berdoa kenceng jangan sampai diajak naik kereta alias harus banyak berjalan kaki. Karena Bang Jeha memang senang akan janda dan ia pun demikian seperti kakaknya Cecile, membuat dua janda hepi adalah kebahagiaanku. Jadilah kami pergi tour mewah, naik taksi selama 4 jam-an dan si Mirek karena ia memang anak baik, kami kasih tip 23%. Yang 3$ dua coin Kanada, loonie dan toonie sebagai gluecklichkeit, buat pembawa mujur kataku. Ia ketawa-ketiwi. :-)

Gdansk yang bahasa Jermannya Danzig menjadi terkenal karena dari sinilah dimulainya PD II, ketika di 1 September 1939 kapal perang Jerman mulai menembaki tangsi Kodam Gdansk. Kota ini hancur luluh sehabis perang alias perlu dibangun kembali dari puing-puing sebab mereka tahu suatu ketika Bang Jeha akan mengunjunginya, ihik ihik :-). Gdansk pernah menjadi pelabuhan terkaya di Laut Baltic sebab sudah berdiri sejak tahun 997. Di tahun 1980 ia muncul kembali namanya di panggung sejarah dunia ketika lahir serikat buruh bernama Solidarity dengan jagoannya Lech Walesa yang si Mirek tahu bisa menjadi obyek turis. Seperti Anda maklum itulah awal bebasnya Polandia dari jajahan Rusia atau Uni Soviet. Mirek sering banget keluar kesebelannya kepada komunis a.l. di masa commies, kaga ada pisang dan bisa makan jeruk katanya. Meskipun masih ada problem, ia ucapkan pakai aksen bahasa Jerman, yang penting sekarang Polandia merdeka. Oya, ia juga pemain bola dan masuk dua liga amatir. Ketika saya puji tim sepakbola Polandia yang memang banyak pemain bagusnya, ia bertambah hebat servisnya :-). Eniwe semuanya puas hari ini, kedua janda dan nyonyaku yang bisa mengunjungi dua gereja Katolik dan banyak berdoa, si Mirek yang ketiban mujur dan Bang Jeha yang bisa praktekin Jermannya. :-)

Home Next Previous