Temanku Uda Iljas di milis Kukubima :-) berkata kapan daku kerjanya kalau setiap waktu kemping mulu :-). Baru saja tadi saya "berjumpa kembali" dengan saudara seperguruan pencak silatku Bango Budukan. Karena seringnya daku mendongeng, ia membaca tulisanku di majalah Indonesia Media dan menyurati redaksi Media yang lalu mem-forward emailnya. Hampir 30 tahun aku tidak berjumpa dengannya, ia masih ingat aku pernah terkena malaria blackwater fever karena kemping dari Pelabuhan Ratu langsung ke Pangrango. Kemping sudah mendarah-daging bagiku katanya mendengar saya baru saja pulang kemping. Mungkin ia benar sebab nenek dan kakek moyang kita dahulu kerjanya juga kemping mulu :-) alias engga punya rumah.
Di dalam rangka 20 tahun tepat kami tinggal di Kanada, 31 Agustus 2000, maka saya dan Cecilia pergi kemping ke cagar Grundy Lake untuk merayakannya. Kalau saja saya dapat mengatur doi, seperti pernah kukatakan, saya lebih sreg untuk merayakan HUT Pernikahan kami yang ke 25 di Boundary Waters Canoeing Area di Minnesota, Amrik daripada pergi ke Roma. Konon BWCA adalah surganya para canoeist se-Amrik, tidak kalah dengan cagar Killarney di kampungku karena danau-danaunya terdiri dari batu-batuan cadas. Anda penggemar kemping mungkin dapat memaklumi mengapa sesuatu peristiwa penting, ingin kurayakan tidak di tengah-tengah manusia alias dalam suasana pesta, tetapi di tengah alam raya. Ia memberikan kesempatan untuk kita merefleksikan kehidupan kita selama masa yang sedang kita rayakan atau 'how did we fare in reaching the milestone'.
Tiada yang lebih ideal suasananya daripada di depan api unggun, syukur-syukur bisa sendirian, ga pa pa kalau sampai ada manusia lainnya :-). Kukatakan kepada Cecilia, setiap hari kita kemping di interior atau di dalam hutan, kita untung. Kog? Biaya kemping di pedalaman adalah 6.50 $ per orang per hari. Berdua jadi 13 perak. Dengan uang segitu, kita hanya dapat membeli kayu bakar dua kantong kecil, tidak cukup untuk dipakai semalaman kalau api unggunnya akan kita buat berkobar-kobar memarak. Kemping di pedalaman, sekuat kita memotong kayu (mati) itulah kayu bakar jatah kita. Disamping itu, kayu bakarnya pun yang jenis luks alias kayu pinus. Wanginya pinus alias cemara bisa Anda duga-duga, tetapi minyaknya membuat kayu cemara kayu bakar prima.
Kalau Anda pernah kemping ke pedalaman, kuyakin Anda tidak pernah berjumpa dengan mereka yang duduk di muka api unggun memakai 'lawn chair' :-). Tidak ada juga yang membawa 'tarp' atau atap sebesar alaihim lengkap dengan tiangnya. Apalagi membawa 'cooler' atau kotak pendingin sebesar lemari :-). Itulah perlengkapan yang kami bawa di kemping terakhir, maklum ingin merayakan 'survival' kami 20 tahun tinggal di negara yang terkadang tidak terlalu ramah ini. Ya ya ya, kumasih ingat petuahku sendiri, hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih enak di negeri orang. "Di Kanada suka hujan batu juga Mas?," tanya Anda yang menganggap orang yang tinggal di luar batang asyik asoi. Tergantung, terkadang kerikilan, sesekali sebesar batu kali.
Melamun dan merenung di muka api unggun, kita mempunyai kesempatan menjilati luka-luka terkena hujan batu tersebut. Belum lama ini saya menulis tayangan sepikologi mengenai teori 'downward social comparison' yang dapat bermanfaat guna dipakai mereka yang baru mengalami hujan batu. It could be worse. Kita masih selamat, masih untung, tidak mampus terhimpit oleh sang batu. Melakukan pembandingan dengan mereka yang nasibnya lebih malang, memang dapat membantu. Kesempatan merefleksikan diri di muka api yang menari-nari, dengan pesona dan karismanya yang unik, sering mampu membuat kita melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Melakukannya di tengah alam yang sunyi, tiada bising atau dampak manusia yang lainnya, sering membuahkan hasil bahwa kita menjadi sanggup untuk melakukan keseimbangan lagi di dalam hidup kita. Mereka yang menjadi gila atau sinting karena kehidupan, sudah tidak mampu lagi hidup di dalam suasana yang seimbang.
Itulah sebabnya Jas, prenku anak bae yang membelikanku lensa-lensa titipanku ketika aku masih hobi fotografi :-), mengapa sohibmu suka cabut kemping. It gives me the chance to reflect and to balance my life again. Why am I still living in this earth and what can I do for my fellow human being. Meskipun juraganku sudah lama tidak menaikkan gajiku, dalihnya "Your salary is among the top in your range," aku tersenyum tulus sebab memang aku takut gajiku dinaikkan terus dan tidak bisa seenak-dewek kemping berhari-hari lagi :-). Salam dari Toronto, sampai berjumpa di Renungan Api Unggun VIII dari Louisa Lake di cagar Algonquin bulan depan, pendaftaran untuk ikut masih terbuka :-).