Renungan Api Unggun VIII

Malam pertama di tepi pantai Rock Lake, access point 9 cagar Algonquin. Hari kedua menuju Lake Louisa melalui portage sepanjang 2895 meter setelah mendayung sekitar sejam dari pantai pemberangkatan. Hari dan malam kedua ini merupakan kesempatan untuk menikmati pemandangan Lake Louisa, salah satu yang terindah di seluruh cagar Algonquin. Malam ketiga di Harry Lake melalui dua portage dengan total 2 km dan paddling sekitar 10 km atau 4 jam pake korting. Malam keempat di Pen Lake yang dicapai melalui 3 portage berjumlah 2.2 km dan paddling sekitar 3 jam. Hari terakhir dari Pen Lake kita kembali menuju Rock Lake. Prens sadayana, route canoe trip di atas bukannya route canoe campingku di akhir pekan Thanksgiving di Kanada ini, tetapi route yang kulamunkan di muka api unggun semalam :-). Ya, berdua sang nyonya, daku sudah merencanakan hendak kemana saja tahun depan, sambil saling membagi cita-cita dan cerita maupun merenungkan kehidupan ini.

Kemping kami yang terakhir di Y2K ini sebetulnya sudah kami rencanakan sejak setahun yang lalu. Kami harus pergi kemping ke Lake Louisa di musim rontok untuk menguji seberapa sih keindahannya. Segala perlengkapan sudah kami siapkan sejak sebulan yang lalu, terutama karena kemungkinan besar, tiada orang sinting yang mau ikut kemping di suhu minus :-). Suhu sih bukan apa-apa tetapi ramalan cuaca yang sialan banget menyebabkan kami akhirnya "terdampar" di pantai dan hanya melakukan day trip ke Lake Louisa. Bukan saja hujan dan angin menyambut kami di Rock Lake, tetapi juga snow flurries dan ice pellet menerpa wajah kami ketika kami melakukan pendayungan pemanasan di hari pertama setelah kami tiba dari Toronto. "Engga kena deh," kataku ke isteriku, "bener-bener cari pekara." Ramalan cuaca di kantor cagar alam mengkonfirmasikan cuaca akan bego terus sampai hari Senin. Jadi akhirnya kami hanya berkeliling, hiking sekitar Rock Lake dan juga sempat melakukan 'survey trip' ke Lake Louisa untuk mengenali medan bagi perjalanan tahun depan.

Gara-gara salesman canoe-ku maka saya menjadi ingin kesana. Sehabis ia mendemo kehesbatannya canoe merk Swift yang dijual perusahaannya saya lalu ngobrol-ngobrol meski ia tahu saya belum mau membeli pada saat itu. Sudah 30 tahun lebih ia tinggal dekat cagar Alqonquin. Sebetulnya ia anak Amrik dan waktu masih muda belia, melakukan canoe trip ke Algonquin. Ia jatuh cinta dan pindah atau menjadi imigran ke Kanada seperti seorang prenku anak Amrik yang tadi memberi kabar bahwa visa Kanadanya sudah keluar hanya dalam waktu 6 bulan :-). Anda belum jatuh cinta kepada Kanada tetapi hanya berkat promosiku mau ikut pindah. Pendaftaran ke Lake Louisa sudah kubuka mulai sekarang dan petanya tersedia di http://www.egroups.com/files/sanbima-xibmer/alg2.pdf :-). Kuyakin bila Anda melihat pemandangan di cagar Algonquin di musim rontok, tidak ada lagi pemandangan indah yang ingin kau lihat di dunia ini :-). Menyambung ke dongengan si salesman Swift Canoe, kubertanya, "So, what is the most beautiful part of Algonquin according to you?" "All are awesome," katanya, but Lake Louisa and Barron Canyon are my favourites." Barron Canyon sudah pernah kujelajahi dan memang serba memukau. Sejarah geologis atau terbentuknya sang jurang juga bukan alang kepalang menariknya.

Portage sepanjang hampir 3 km tidak boleh dipandang enteng, meskipun terkadang beberapa ratus meter juga dapat membuat kita "kojor" kalau jantungan :-) bila trailnya mendaki dan turun bukit. Jadi saya lalu memakai jasa Internet untuk mencari siapa saja di antara anak-anak Kanada yang pernah ke Lake Louisa dan menjalani portage itu. Berhasil bertemu dengan seseorang yang juga jatuh cinta atau sering ke Lake Louisa. Ia menceritakan bahwa trailnya relatif mudah hanya hati-hati di akhir trail untuk tidak nyasar mengambil jalanan penebang kayu (logging trail). Jadi sejak saya mulai menjalani sang portage mataku mencari tanda-tanda bahwa portage itu sering dilewati canoeist. Tidak ada secarikpun kertas tercecer atau sehelaipun benda buatan manusia yang dapat kujumpai di trail itu. Lamunanku beralih ke trail menuju air terjun Cibeureum yang terakhir kali kutempuh pada saat pulang kampung. Kontras sekali. Bukan anak Kanada tidak bisa menyampah tetapi karena "contoh soal yang ada". Siapa yang mau mulai membuang botol minuman atau kantong plastik, kalau ia tidak pernah melihatnya? Robert Cialdini, seorang pakar sepikologi sosial suatu ketika melakukan eksperimen mengenai buang sampah ini. Di jalanan yang masih bersih ia membuang sampah dan orang lalu mengikuti teladannya. Tidak berapa lama, jalanan atau daerah itu sudah penuh dengan sampah. Tidak heran ada seton sampah di sepanjang trail ke Cibeureum.

"Ja'ul, kemaren dapet Y, sekarang dapet X," kataku ketika melihat tile scrabble yang pertama yang kucomot dari kantongnya untuk menentukan siapa yang berhak jalan lebih dahulu. Ya, bermain scrabble merupakan salah satu acara wajib di dalam kemping kami disamping merenung di muka api unggun. Sejak akhir-akhir ini Cecilia suka bermain scrabble di Internet, Literati namanya. Para pemainnya adalah warga paguyuban yahoo.com alias mempunyai email account disitu. Artinya Anda bermain melawan pemain sedunia dan dapat melawan mereka yang ranking atau sudah piawai di dalam per-scrabble-an, maksudku Literati-an. Tak heran Bang Jeha Anda yang sebetulnya lumejen vocabulary-nya, kalah terus! Bukan saja ia jarang membuka jalan tetapi segala kata-kata aneh ada di otaknya sekarang termasuk 'exclamation word' :-). Demi menjaga suasana kemping yang penuh perdamaian :-), saya biarkan saja ia menjalankan kata-kata norak pilihannya itu. Tiga hari tiga malam saya tak pernah menang lagi :-). Agar supaya suaminya masih mau bermain scrabble dan tidak menangis di muka api unggun ia lalu menghiburku dengan berkata, "Kamu boleh pinter tapi aku lebih mujur." Ada benarnya. Seberapa hebatnya pun kemampuan kita bermain scrabble. bila tile yang kita ambil hanya berbunyi a e i o u alias vokal semuanya terus menerus, yach amblaslah kita. Sambil menunggu isteriku menjalankan tile-nya, kata baru apa lagi yang akan diperkenalkannya, saya memperhatikan scrabble yang kumiliki itu. Umurnya sudah lebih tua dari beberapa di antara Anda :-) alias 30-an. Kubeli waktu aku ditugaskan kantor ke Singapur saat masih bekerja di Melayu. Kumasih ingat, belinya di suatu kompleks pertokoan di muka Hyatt Hotel. Setua umurmu, engkau masih setia menemaniku. Karena Cecilia rajin menghitung tile-nya, selalu 100 setiap akhir kami bermain, maka tak pernah sampai ada yang hilang. Maintenance makes a difference. Ia pun sayang kepada benda duniawi ini sebab waktu kami masih pacaran, kami bermain scrabble juga di beranda rumahnya. Mana ada calon mertua yang tidak senang melihat anaknya bermain scrabble bersama sang calon menantu :-). Itu salah satu tipu buat menggaet hati calon mertua prens :-).

Rembulan di ufuk timur yang berbentuk topi helm tentara Jerman mulai muncul di malam terakhir kami kemping. Ya, lebih dari setengah lingkaran sehingga mirip dengan topi baja tentara Hitler yang khas itu. Sinarnya menerangi permukaan air di atas danau mempercantik suasana dan pemandangan. Lamunanku beralih lagi ke pantai Carita ketika pendongeng Anda masih pacaran dengan cewek yang dijadikan isterinya. Kalau Anda belum terlalu naksir dengan si doi, jangan pacaran di saat bulan purnama apalagi pergi kemping bersama:-). Meskipun wajah sang pacar jerawatan, kujamin Anda akan naksir-sir-sir setengah mati karena ia akan menjadi tak kalah cantiknya dengan sang rembulan :-). Mong-ngomong jerawatan, tadi di suatu saat dalam pendayungan, angin mendadak menjadi kencang, air bergelombang dan butiran salju berdatangan. Bila air terlihat seperti berjerawat, kita harus segera siaga dan sekuat tenaga mendayung. Arah kanu sedapat mungkin tegak lurus terhadap datangnya gelombang. Semakin banyak muatan sang kanu, semakin ia akan lebih stabil, asal tentu tidak melebihi muatan maksimum. Karena sudah terbiasa menghadapi ombak seperti itu, dengan teknik zig-zag kami berhasil sampai ke campsite dengan selamat.

Hidup pun seperti itu. Baru saja kami berhaha-hihi di tengah danau. saling mengambil foto berlatar-belakang pemandangan yang oke punya. Weleh weleh tahu-tahu datang angin kencang menerpa. Kita sedang dalam suasana bahagia ketika tahu-tahu, terkadang dalam seketika, duka nestapa datang melanda. Bentuknya aneka rupa, sang kekasih jatuh sakit dan meninggal :-(. Anak atau pasangan mendadak menjadi "toxic" hanya dalam semusim. Hanya dengan mengemudikan "kanu kehidupan" Anda secara tegak lurus terhadap datangnya "ombak" Anda akan oke. Di dalam bahasa kerennya, "You face your trouble and you don't run away." Para sepikolog setuju bahwa mereka yang mempunyai banyak "muatan" atau kaya kehidupannya, akan lebih stabil di dalam menghadapi gelombang kehidupannya.

Bintang-bintang mulai tampak di langit berrembulan. Aduh, mengapa dikau semua baru nongol sekarang? :-) Tetapi memang kalian membawa pesan sang Sponsor. Asal kita tidak langsung menyerah dan pulang ke rumah meski menghadapi dimana air menjadi es di pagi hari :-), hujan salju dan es yang menerpa muka, suatu ketika hari yang cerah akanlah tiba. It is only a matter of time for people who have faith. Andalah faktor penentunya. Seperti kemujuran isteriku bermain scrabble, suatu ketika pastilah aku akan mendapat huruf Q bersama U :-), huruf Z bersama O, kalau aku terus bermain bersamanya. Merupakan harapanku setiap kali bermain, pada saat apapun, aku dapat menjalankan ke 7 tile hingga mendapatkan bonus 50 angka :-). Semoga demikianlah pula renungan Anda sehabis membaca dongengku ini, bila saat ini Anda sedang "kalah" terus di dalam permainan hidup ataupun ombak sedang menghadang lajunya kanu kehidupanmu.

Rock Lake, 8 Oktober 2000

Home Next Previous