Anda yang pernah bermain layangan tentu mempunyai akal untuk bersiul guna "memanggil angin". Karena sudah yakin bahwa isteriku digondol "setan angin" maka saya bersiul dengan alunan irama anak Betawi main layangan memanggil angin. "Fiu fififififi fiuuu," begitu bunyinya. Tetap saja ia tidak menongol dan sesudah berjalan beberapa ratus meter di trail yang salah itu, barulah saya bertemu N. yang mengabarkan bahwa "setan angin" sudah mengembalikan isteriku alias doi memang kesantaian :-). Coba suaminya bukan pemain layangan dan ia dibawa terbang ke negeri angin, tayangan ini akan tidak ada lagi sebab aku sudah akan menjadi THP kelas berat dan berhenti menulis dari P-Net.
Berangkat lagi kami bertiga menuju arah yang sebenarnya dan sebentar saja si setérek N. sudah menghilang meninggalkan kami berdua, apalagi ia membawa ransel yang ringan sekali karena hanya berisikan baju-baju. Menjelang jam 3 kami sudah tiba di campsite nomor 6 yang sudah kami book sebelumnya. Wah, baru pertama kali ini saya kemping, suatu campsite bernomor 6a, 6b, 6c dan 6d. Rupanya mirip kapling alias letak masing-masing sekitar 100 meter satu sama lainnya, berderetan dan ada sekotak tanah/pasir untuk tempat mendirikan tenda. Setelah berunding dan berapat, kami memutuskan mengambil kapling 6b dan 6c karena jarak antara keduanya paling dekat dan juga pemandangannya paling terbuka ke danau.
Selesai mendirikan 2 tenda bersebelahan di campsite 6b, kami beristirahat sebentar. Pada waktu ingin besuk atau menilik apa yang namanya 'john', dari jauh saya sudah terkejut akan arsitekturnya :-). Bentuk WC di remote atau di dalam cagar alam ini, bukan lagi suatu kotak segi empat berlubang oval di atasnya tetapi sebuah "kamar" silindris dari logam. Saya jadi teringat akan kamar portable PAB yang diperlihatkannya kepada saya dan Cecilia waktu kami bertandang ke "kerajaannya" di Betawi Januari lalu. Tetapi kamar itu masih kalah jauh sebab tidak ada lubangnya :-). WC di cagar Frontenac ini memang hesbats sekhalei pren. Kalau Anda masih pacaran, engga malu-maluin deh untuk ajak sang pacar kempingan dan disuruh nongkrong disitu :-). Betul-betul sangat beradab, berpintu dan bisa dikunci. Di dalamnya sudah disediakan 2 rol TP alias 'toilet paper'. Sayang air masih harus bawa sendiri :-). Kemudian, "pisang" hasil produksi kita, akan nyemplung ke dalam tong silindris itu yang merupakan perpanjangan sang kamar. "Cemplung!," bunyinya ketika kulakukan uji coba :-). Kuyakin si Muntu temannya cak Yo Riono pun akan senang berkunjung ke WC seperti itu dan pasti ia tak akan sombong pernah berak di Kanada :-).
Menjelang sore, sesudah bosan menunggu Mbak Admin karena sudah lama tidak ambungan :-) padahal "janjinya" jam 1 akan berangkat dari Ottawa, saya "terpaksa" ikut menemani Cecilia memancing di danau bernama Little Salmon Lake. Meski namanya demikian, tetapi pasti bohong alias tidak akan ada ikan salemnya karena ikan salem keburu kondor berenang menuju ke danau-danau di Frontenac dari Atlantik :-). Seperti biasanya, ia memancing saya mendayung dari waktu ke waktu menuju ke tengah danau lagi bila perahu terbawa angin menuju ke tepian atau si bos memerintahkan membuang jangkar di tempat lain. Sambil membaca-baca buku renungan yang kubawa, kudengarkan keluhan si bos dari waktu ke waktu, "Kog engga ada ikannya sih." Jawabku selalu standar, "Beli di pasar, banyak ikannya, mau jenis apapun ada dan lebih murah dari 'fishing license'-mu." :-) Ya prens sadayana, memancing di negeri ini bukan saja harus mempunyai ikanbewes alias SIM, Surat Ijin Memancing, juga ada 100 aturan lainnya. Boleh dikata, di setiap danau yang berlainan, untuk setiap jenis ikan, ada peraturannya, bila doi boleh kita tangkap dan dipanggang. Kalau ditangkap dan lalu dilepaskan, seperti dilakukan banyak anak blo'on di Kanada ini, lain perkara. Tetapi kalau kita ingin menikmati hasil pancingan seperti layaknya orang normal mancing ikan :-), kita harus membaca dulu buku peraturan itu yang setiap tahun berganti. Ikannya jenis apa, hari itu tanggal berapa dan kita sedang berada di danau mana di daerah apa. Kalau ikan jenis yang kita tangkap belum boleh dan kita yang tertangkap oleh inspektur ikan alias spion ikan di Kanada, konon, alamat kita pulang pake kancut :-) alias kolor di dalam bahasa Betawi. Soalnya, semua perlengkapan kita termasuk mobil dan kanu akan disita oleh sang inspektur. Kalau mobil itu belinya belum lunas alias dicicil sebagaimana layaknya orang hidup di Kanada ini, kan tidak salah kalau kukatakan, pulang telanjang :-).