Sampai dimana kemarin? "Sampai pulang pakai kolor," kata anak pencinta alam di P-Net ini yang menghapalkan setiap kalimat serial PCC yang kutulis. :-) Ya, ketika keesokan harinya, kami berhari-madu berduaan saja ke suatu danau bernama Little Clear Lake yang pinggirannya penuh persemaian nyamuk dan lalat hitam, kami bertemu anak-anak tukang mancing. "Any luck?," tanyaku. "Not yet, we are going to Tetsmine Lake to catch lake trout there cuz that is the only fish permissible at this point in time," katanya mengajari kami. "Gilak Yang, untung kamu engga kena-kena selama ini, bahaya sekhalei engga tahu ikan jenis apa nyang ude bole ditangkep," kataku ke Cecilia. "Ah, kalu kena juga aku lepas lagi," katanya tidak mau disalahkan :-).
Di hari kedua kami kemping, setelah peserta lengkap semua sehabis Mbak S. dan temannya L. tiba tepat sebelum matahari "cuci kaki dan tidur", kami melakukan apa yang namanya 'day trip'. Route yang diusulkan oleh L. dan akhirnya disetujui oleh ketiga sohibnya dari Ottawa, sekitar 25 km berkanu dan menggotongnya. Bang Jeha langsung minta dijadikan "anak bawang" saja sebab kalau kami ikut mereka juga, bukan lagi kondor tetapi kami akan kojor :-). Jadi berdua Cecilia, saya mengambil route santai, 3 portage sepanjang 3 km dengan 3 danau yang menjadikan total route sekitar 7 km. Kami isi siang hari itu dengan berkanu berduaan saja, dalam rangka persiapan perayaan HUT Pernikahan kami seminggu lagi :-). Ketika kami tiba, hari masih dini, baru jam 3 sore dan karena suasana yang sepi, sisa tayangan disensor tapi bo'ong.
Sekitar jam 5, rombongan 'the four musketeers dari Ottawa' tiba kembali dan tidak tampak tanda-tanda kelelahan di antara mereka termasuk yang awewek satu itu :-). Gilak bener emang, kata anak Betawi. Yang satu, si N.masih mempunyai tenaga untuk mencari es di dekat campsite, mengapak 2 balokan dan membawanya ke campsite. Mula-mula saya heran, untuk apa ia "bermain" es bekas musim dingin yang belum mencair itu. Eh ternyata ia bacok-bacok menjadi es batu, ia masukkan ke suatu panci dan ditaruhnya bir kalengnya disitu :-). Anak ini memang banyak idenya. Tempat air plastik 5 liternya bocor dan dengan tenang ia mengeluarkan 'glue stick' dari salah satu kantongnya, membakar sang 'glue stick', melaburkan cairan lem itu ke bagian yang bocor, rebes lagi. Seperti sering kutulis, 'there is always a new thing one could learn from a camping trip'. Si N. masih belum apa-apa. Nah, si L. begitu mendarat, langsung cabut lagi untuk memompa air di tengah danau. Ya, air minum kami sedot dari air danau yang kami saring dengan suatu pompa canggih yang mampu memfilter sampai 5 mikron. Setelah selesai mengisi semua botol air yang dibawanya, L. masih sejam dua jam berkanu keliling danau sampai ia harus dicari oleh S. dan N., kalau-kalau ia digondol juga oleh "setan angin" :-). Ternyata ia sedang menikmati pagelaran 2 ekor beaver di suatu beaver dam di ujung danau yang ditemukannya.
Karena penasaran ingin ikut menikmati pagelaran sang beaver, saya dan Cecilia lalu ikut nyemplung lagi ke danau tetapi pakai kanu. Meski sudah jam 7 malam hari masih terang karena matahari baru terbenam sekitar jam 8 malam. Setelah mendapatkan keterangan dari L. dimana kira-kira letaknya beaver dam itu, kami mendayung ke arah ujung danau, ke kampung mang beaver. Beaver dam ketemu tetapi ujung hidungnya si beaver saja tidak kelihatan, apalagi ujung ekornya. Namun demikian, memang di sekitar danau-danau Frontenac ini paguyuban beaver rupanya cukup makmur karena dari waktu ke waktu sepanjang berkanu, kami melihat atau beaver dam, atau beaver lodge, yakni rumah beaver yang bentuknya seperti "kerangnya" si Viktor Riono. :-) Menjelang magrib dan setelah puas mendayung untuk hari itu, kami pulang kembali ke campsite karena si bosku tukang pasang api unggun ingin eksyen. Cuaca yang panas dan kayu yang kering membuat api unggun dengan segera menyala sangat oke. Tibalah acara gossipan alias ngobrol ngalor ngidul para peserta kemping di cagar Frontenac ini, yang setengahnya warga Paroki-Net :-).