"Why do you like canoe camping jusni?," tanya seorang teman baruku lagi, F. yang hobinya bertanya :-). "I believe in God and I feel closer to God when I am out in nature, doing canoe camping," jawabku. Ia mengangguk. Siapa tahu ia tidak percaya Tuhan, kutambahkan, "Camping for me is like recharging my battery." Ia mengangguk lebih dalam. Anak ini "pelamun bersepeda" juga :-). "Yes, I recharge my battery every day though, when I am biking to and from the office," katanya lagi. "I love biking too. I love it most, when I am going downhill on a bike trail, and I could do zigzaging," kataku sambil meragakan bersepeda zigzag membentuk huruf S. "I love biking when I am riding downtown," katanya. "I felt like I was in the middle of a video game, not playing it like what people used to do, but inside the game." "Oh, very interesting," kataku. "Once in a while I bike downtown but I didn't feel or think that way. I can see it though." "Yes, to me it is just like a game when I am moving my bike along the cars and the pedestrians downtown. The objective of the game is not to let them touch you cuz when that happens, you are out," katanya sangat yakin. Ya, mengobrol antara sesama pencinta alam memang mudah sekali mencari bahan yang saling menggembirakan untuk disyer. Itulah yang kami lakukan setelah selesai menyantap hidangan makan malam, lengkap dari mulai appetizer sampai main course sampai ke dessert. Kayu bakar seabrek-abrek dan sudah disediakan alias dipotong-potong oleh pegawai cagar alam Frontenac. Jadi kami tinggal memasukkan potongan kayu itu dari waktu ke waktu di tengah api unggun sambil membagikan kisah pengalaman kemping kami masing-masing.
Ketika giliran Bang Jeha tiba, "modalnya" terkena malaria keluar lagi sebab memang tidak ada di antara mereka yang pernah "menikmati" dinginnya terkena malaria. Kusyer masa-masa kere di jaman dahulu, ketika kami tidak mempunyai tenda dan waktu "kemping" ke Pelabuhan Ratu, kami tidur di atas bale-bale atau persisnya meja penjual dagangan di pasar dekat pantai. Siangnya meja-meja itu dipakai berjualan, malamnya menjadi tempat tidur kami yang hanya beratap ijuk. Itulah sebabnya saya sampai digigit nyamuk karena tidur di alam terbuka seperti itu. Peralatan kami memang sudah 'high tech' tetapi tetap kuingat ketika kemping di jaman SMA dan memasak harus pakai kayu doang. Yang namanya 'foam pad' atau sekarang dikenal dengan nama merknya 'Thermarest' hanyalah secarik plastik dan 'sleeping bag' kami hanya kain sarung belaka :-). Asyiknya memang bernostalgia dan sedikit banyak, dengan mensyer kisah-kisah atau pengalaman kemping kami di masa-masa lalu, hidup kami lebih diperkaya. Namun demikian, karena berasal dari Indonesia, kami tidak pernah kekurangan bahan pembicaraan saat-saat ini. Terima kasih kepada rezim cing Harto dan sekarang kepada herr zigzag pahaBibie, keadaan di tanah airku menjadi diminati untuk diketahui orang dan salah satu bahan diskusi.
Ya, obrolan dan terkadang renungan di muka api unggun adalah salah satu yang membuat saya menyukai kemping. Tetapi, seperti saya syer ke F. di atas, hal yang paling membuat saya menyukai pergi kemping adalah suasana tenang dan damai berada di tengah-tengah alam, istilah sininya 'serenity'. Frontenac kuanggap terlalu "ramai" dibandingkan Algonquin yang memang 110 kali lebih luas sehingga sering, kami tidak melihat manusia lainnya bila kami masuk ke pedalaman. Bila Anda ke gereja di hari Minggu 2 Mei ini, "gerejaku" adalah alam yang sedang kunikmati dan kuheningi di dalamnya. It is the best church.
"I am the way and the truth and the life," kata Doi di dalam bacaan Injil Misa 2 Mei, yang meski tidak kuikuti tetapi sudah kurenungkan selama tiga hari kempingan kali ini. Banyak cara untuk merenung atau melakukan kontemplasi. Anda mungkin melakukannya dengan membaca Injil. Orang lain dengan memandang salib sejam dua jam, Henri Nouwen dengan duduk seharian di muka lukisan Rembrandt 'The Prodigal Son'. Kontemplasi utamaku kulakukan ketika aku bangun pagi di jam 6, dan untuk beberapa jam, tidak ada anak lain yang menemaniku karena masih ngorok :-), ketika bulan sedang bersiap untuk beritirahat di ufuk barat dan matahari sudah menyapa di ufuk timur, ketika kabut di atas danau naik perlahan-lahan dari atas permukaan air, ketika berjenis burung berkicau ria di atas pepohonan, ketika sepasang 'loon' bernyanyi gembira, ketika itulah daku berkata, "Thank you God for your many blessings in my life, thank you for being here with me, thank you for letting me continue in my journey to find your way and your truth and your life."