Pengalaman Canoe Camping XVIII

Seperti biasanya dimanapun aku berada atau tidur, "weker" alias lonceng tubuhku "berbunyi" sekitar jam 6. Burung-burung penyanyi sudah sejak tadi memang menyapaku tetapi kuacuhkan karena semalam aku tidak langsung pules. Mungkin karena masih 'excited' mendayung sekitar sejam di jam 11 malam dan hampir dua kali menabrak karang. Pagi itu giliran kami berdua menyiapkan hidangan, yakni bubur ayam a la Cecilia yang resepnya pernah kami tayangkan di P-Net setelah seorang anak Amrik bertemu dengan tayangan cerita bubur waktu ia melakukan 'web search'. Karena mudahnya memasang api, maka air danau kami masak di atas api unggun dan dengan cepat ia mendidih. Kayu pinus atau kayu cemara seabrek-abrek dan kayu ini bagus sekali menyalanya. Koki utama beraksi terus dan tanpa disadarinya, 'bug jacket' yang sebetulnya suatu kemeja kelambu, ikut berpartisipasi alias terbakar sedikit bagian lengannya pada saat ia mengaduk aron di atas panci. "Kamu engga jemput si Rudy dan yang lainnya?," kata doi kepadaku melihat aku lebih banyak menonton dari membantu :-). "Ah aku mau makan buburmu dulu dong, biarin azha si Rudy tidur lamaan," jawabku. "Lagian engga asyik ngedayung sendiri," kataku lagi. Memang kanu kami bukan kanu solo alias tidak di-design untuk dipakai sorangan. Akibatnya kurang asyik bila dikemudikan atau didayung sendirian, mana panjangnya juga lumayan, 16.5 feet. Kanu-kanu solo umumnya mempunyai panjang sekitar 14 feet.

Baru saja kami mau mulai menyantap bubur ayam berdua saja karena si J. masih tidur, T. yang tidur di campsite satunya lagi datang bertandang. Ia melapor bahwa ia melihat satu keluarga sedang bersiap-siap untuk berangkat di 'put in' di seberang pulau. Tidak salah lagi, pastilah mereka. Jadi kami bergegas menyantap bubur a la kadarnya dan lalu menurunkan kanu ke dalam air. Memang, dari jauh sudah kelihatan anak-anak Melayu yang sedang mulai berkanu. Satu sosok tubuh orang dewasa dan satu anak kelihatan di "pelabuhan". Pastilah itu perenang P-Net yang sudah pensiun dan menjadi takut air :-). Memang kanu yang disewa T. dan A. hanya sanggup memuat satu anaknya karena barang atau perlengkapan yang mereka bawa sama seperti orang mau pindah :-). Mendekati dermaga, kuperhatikan sosok tubuh dan wajah anaknya si Papi Luki satu lagi ini :-). Memang mirip sekali dengan kakaknya bernama Natali :-). Tidak jauh juga bedanya dengan kakaknya yang satu lagi, si Justine yang juga pernah bertandang ke Toronto dan kami buat gempor bersepeda :-). Jadi dari keluarga Papi Luki dengan lima anak istimewanya, sudah 4 yang kami temui, tinggal si Awi Linux dan Mas Djoko Kasut, eh Sandal :-). "Rudy THP?," kusapa doi yang berdiri di dermaga. Ia tentu hanya mampu menyengir dan memang kelihatan anak ini anak bae :-). Seharusnya aku sudah menduga bahwa ia tidak/belum pernah kemping seumur hidupnya, melihat demikian banyaknya 'junk food' dan buntalan plastik alias 'supermarket shopping bag' yang dibawanya :-).

Berangkat ceritanya kanu kami dimuati 2 penumpang dan beberapa perlengkapan maupun makanan bawaan si Rudy. Lengkap sudah semua peserta kemping kami ketika kami berlabuh di campsite nomor 520 di Joeperry Lake. Sambil mempersilahkan mereka yang sudah kelaparan karena kemping di dalam mobil menikmati bubur ayam, lengkap dengan cakwe, bawang goreng, tongcai dan daun bawangnya, kami mendengarkan kisah Rudy yang nyasar dan kisah T. serta A. yang meniup peluit tetapi tidak kami dengar. Setelah menawarkan kue lapis legit dan lapis pruijn yang sudah dibuat Cecilia sebelum kemping, melihat betapa kuyu dan loyonya si Rudy, saya menyuruhnya beristirahat atau tidur dulu di tenda J. Entah apa yang dimimpikan anak bernasib malang itu :-) tetapi menjelang siang hari, ia bangun dan kelihatan segar kembali. Tadinya kami merencanakan suatu trip keliling cagar Bon Echo melintasi beberapa danau dan 2 kali portage. Namun, setelah selesai makan siang di tepi Danau Mazinaw, hari sudah cukup sore alias kemungkinan akan sudah gelap bila kami tiba kembali di campsite. Soalnya rute berkanu itu (Kishkebus Canoe Route) panjangnya 21 km dan diperlukan 6 jam untuk mengelilinginya. Jadi kami memutuskan untuk berkanu di sekeliling Mazinaw Lake itu saja, salah satu danau yang terdalam di Ontario tetapi kulupa berapa km :-). Soalnya lagi, geologi cagar Bon Echo ini istimewa karena terbentuk oleh patahan bumi dengan akibat satu bagian mencuat sebagai bukit karang. Dari waktu ke waktu bukit ini dijadikan ajang latihan para pendaki karang, rock climber. Bila Anda ingin menikmati pemandangan Danau Mazinaw dengan bukit karangnya yang sangat unik itu, Anda dapat mengakses situs http://www.mazinaw.on.ca/bonecho atau http://www.mazinaw.on.ca/fobecho. Nah, selamat ikut mengagumi keindahan cagar Bon Echo ini, yang sudah disinggahi olehku sedikitnya 10 kali dan yang tahun lalu (kisahnya ada di tayangan 'Dua belas hari tanpa televisi') hampir menjadi kuburan ogut dan si empok :-). Sampai tayangan mendatang.

Home Next Previous