Pengalaman Canoe Camping XIX

Ya, sejak kami masih kemping bersama anak-anak, kami sudah sering mengunjungi Bon Echo karena letaknya tidak terlalu jauh dari Toronto, hanya sekitar 250 km atau tiga jam naik mobil. Jumlah campground-nya maupun campsite-nya banyak sekali, lebih dari 500. Hiking trail-nya pun banyak dan bagus-bagus, serba indah bila di musim rontok karena banyak pohon-pohon maple di cagar ini. Pengalaman kami melakukan 'interior camping' atau camping berjalan kaki masuk ke dalam hutan, kami mulai di Bon Echo setelah anak-anak tidak mau lagi ikut kemping dengan akibat kami kemping duaan wae. Rasanya semua tenda kami, 'running in' atau 'inrijen'-nya kami lakukan di Bon Echo termasuk satu tenda baru yang kami beli seminggu lalu :-) dan kami pejeng di campsite 520.

Menjelang sore, karena sekali lagi Cecilia mendapat giliran menyiapkan hidangan malam berupa nasi dengan lauk utama ayam opor kodok, 'stuffed chicken' atau sering juga disebut ayam cabut tulang, kami berdua minta permisi kepada Rudy dkk yang masih menikmati pemandangan Danau Mazinaw. Sekali lagi kami memasak nasi dan kali ini dimasak untuk tidak dijadikan bubur alias sedikit lebih sukar. Selain inrijen tenda, di kemping kali ini kami juga mencoba suatu kompor yang baru kami beli, MSR (Mountain Safety Research) WhisperLite Internationale 600, "Toyota"-nya kompor anak-anak tukang kemping. Jenis atau tipe yang kami pakai itu bisa memakai bahan bakar apa saja, termasuk bensin mobil dan minyak tanah. Sengaja kami persiapkan sebab siapa tahu kompor di tempatnya Mo Kus di Roma nanti tidak berfungsi bila kami datang bertandang di tgl 10 Mei tahun 2000 ke rumah beliauw :-). Nasi sudah matang, gravy atau kuah ayam opor kodok tinggal dipanaskan, lalu Cecilia mulai memotong-motong sang ayam agar dapat kupanaskan di atas penggorengan. Perencanaan yang tepat memang sebab semuanya serba "computerized" :-) menghasilkan peserta yang tidak sampai kelaparan sebab begitu mereka mendarat, hidangan malam sudah tersedia. Sebagai appetizer ataupun pendamping, Cecilia masih mengeluarkan "ilmu simpanannya" berupa otak-otak ikan tengiri yang dibuatnya di rumah di hari Kamis lalu. Syukurlah bahwa baik J. yang pernah ke Indonesia dan mendayung di Pasar Ikan bersamaku bulan Januari lalu :-) maupun T. yang juga pernah sampai ke Ngayogyakarta, senang sekhalei akan hidangan Indonesia. Sambal otak-otak yang dibuat si empokku mereka laburi sampai otak-otaknya tidak kelihatan :-). Mereka memang belum mempunyai mertua tetapi kuyakin, meski calon mertuanya lewat saat itu, tidak akan digubris juga. :-) Test betapa kenyangnya mereka, terutama Rudy, dengan mudah kulakukan ketika kutawarkan kue lapis lagi dan Rudy dengan sopan menolaknya. Perutnya memang kelihatan melembung, mirip seperti Papinya :-).

Hari masih dini dan acara api unggun lalu dimulai. Baru pertama kali ini, aku kempingan dengan anak-anak yang tak pernah kupedulikan apa agamanya dan siapa Tuhannya, kami menyanyikan lagu-lagu rohani! Tidak salah lagi, semuanya karena si Rudy yang dari waktu ke waktu mengajak menyanyikan lagu-lagu gereja. Kumelongo juga mendengar T. dan J. mampu menyanyikan beberapa lagu dan cukup bersemangat. Setelah cukup lelah bernyanyi sekitar 1 jam, tidak ada cerita setan, gossip atau humor jopor yang bisa disyer, maklum pengaruh bernyanyi lagu-lagu suci :-), sebagian orang sinting berkanu lagi dan saya, Cecilia serta T. "beli karcis planetarium". Ya, kami tiduran di atas batu karang di pinggir danau, di tengah malam gelap pekat namun sejuta bintang menghiasi angkasa. Planit Venus di ufuk barat merupakan benda langit yang paling terang dan beberapa gugusan bintang seperti Cassiopeia, Big Dipper, Gemini :-) (bohong, kutak tahu persis dimana bintangku ini letaknya) ikut mejeng di planetarium-Nya. Sesekali lewat satelit dan kami saling menunjukkan lintasannya, terkadang ada yang menjerit melihat meteor atau 'shooting star'. Karena sudah cukup lelah maka tidak lama kemudian, tanpa menunggu mereka yang berkanu keliling danau sambil mengantarkan T. pulang, kami cabut ke peraduan terlebih dahulu. Terlalu pagi atau awal aku tidur malam itu sehingga keesokan paginya, jam 4 saya sudah terbangun.

Home Next Previous