Pengalaman Canoe Camping XX

Karena masih pagi seperti itu, pastilah nyamuk masih berjutaan yang akan menemaniku bila aku bangun juga, kutunda keluar tenda sampai sekitar jam 5. Kabut dari danau masih tampak naik ke atas, dan langit sudah mulai terang. Ya inilah saat-saat untuk bermeditasi dan berdoa seperti diwejangkan oleh si Mo Kus beberapa hari yang lalu. Beliau bermeditasi tetapi aku lebih senang menyebutnya sebagai melamun :-). Ikan-ikan kecil berlompatan di ujung danau. Tak heran bila tak lama kemudian aku melihat beberapa kanu lewat berisi para tukang pancing amatir. Tukang pancingku masih asyik tidur di tenda barunya, yang jauh lebih luas dari tenda 'honeymooner' kami yang sekarang di-PHK-kan. Sambil melamun, tak lama kemudian kumulai membaca beberapa bahan bacaan yang kubawa dari rumah. Majalah TIME yang kubawa terlambat menarik isinya sebab di edisi 17 Mei itu soal Inggris dan Scotland yang diberitakan, bukan edisi 24 Mei yang memuat kekayaan si manusia serakah Suharto :-(. Tetapi untung jugalah isi atau berita yang memuakkan dan membuatku jadi THP lagi setiap kali membaca laporan keserakahannya, tidak menemaniku di pagi hari yang cerah dan indah itu. Masih ada beberapa pohon yang belum marak tumbuh daunnya tetapi warna yang dominan di saat-saat ini adalah warna bernama 'spring green' yakni warna hijau daun yang kekuning-kuningan dan sangat khas. Burung-burung berlompatan pindah dari satu pohon ke pohon yang lainnya sambil tetap bersiul, tak jemu-jemu, sepanjang pagi, bukan di pucuk pohon cempaka tapinya.

Menjelang jam 7, perutku mulai berbunyi dan T. yang mendapat tugas menyiapkan hidangan belum kelihatan batang hidungnya. Sebetulnya lagi, sambil tersenyum, aku dapat mendengar bunyi beberapa puluh decibel yang dipancarkan dari dalam tendanya. Teringat buku komik Petruk Gareng dengan gambar gergaji di atas kayu :-). Tidak tega tentu membangunkan doi yang sedang asyik seperti itu, kuambil air danau dan kusiapkan hidangan supermie. Ditambah sisa ayam semalam bawang goreng dan daun bawang sisa bubur ayam di pagi hari, mie "bakso" yang kubuat sendiri itu, sungguh sangat asyik. Kopi 'three in one' Indocafe buatan si Oom Liem yang namanya muncul di edisi TIME 24 Mei itu, yang kubawa hasil berbelanja di Makro pada kunjunganku terakhir ke Betawi, kuseduh. Seruput- seruput bunyi kopi yang kuminum, serudut-serudut bunyi supermi yang kugasak. Baru mendekati jam 9, rakyat mulai bangun termasuk T. koki yang kesiangan. Kubantu sedikit-sedikit usahanya untuk membuat mie rebus a la Korea. Itulah menu utama hidangan pagi meskipun tidak lama kemudian T. anak Kanada membuat pancake karena mendengar anak-anak T. dan A. senang akan pancake.

Rudy yang di malam sebelumnya memohon memelas agar bisa berangkat pulang jam 10 pagi, supaya ia tidak sampai kemalaman pulang ke Pittsburgh-nya, masih tidur meskipun arlojiku sudah menunjukkan jam 9:30. Alhasil, baru sekitar jam 12 kami dapat membereskan semua perlengkapan dan mulai berkanu lagi meninggalkan sang pulau yang menjadi "rumahku" selama 2 malam. Portage sepanjang 500 meter sekarang makanan empuk untuk Cecilia sebab bolak balik ia yang menggotong kanu alias melakukan 'portaging'. Hanya celakanya kalau kita portage dan ada anggota tubuh yang dapat disinggahi nyamuk, berhubung kedua tangan memegang kanu, kita tidak dapat menghalau "lintah udara" ini. Akibatnya ia juga mempunyai oleh-oleh bentol yang lumejen banyaknya. It is part of the deal :-). Siapa suruh mau ikut kemping mencari susah.

Makan siang kami lakukan, kembali di tepi Danau Mazinaw, kali ini di tengah-tengah angin yang bertiup dengan kencang. Saya dan Cecilia menjadi teringat kembali saat kanu kami hampir terbalik di tempat yang tidak jauh letaknya dari tempat makan siang itu, karena kami nekad berkanu di angin kencang. Pita dan 'flat bread' beserta cem-macem lauknya yang dipersiapkan A. dan T. cukup membuat kami kenyang sehingga kumanfaatkan menjadi 'siesta time', mumpung nyamuk tidak ada yang mampu untuk terbang di angin sekencang itu. Celana renang sudah kupersiapkan sebelumnya sebab kemarin dulunya, daku berenang 'au naturel', ditonton oleh si bojo dan T., waktu saya berenang bersama J. di Joeperry Lake. Wah angin yang kencang di danau yang luas dan dalam itu membuat air sedingin air es. Acara renang kubatalkan dan setelah cukup mengobrol seusai makan, kami saling berpelukan untuk berjanji bertemu lagi di Killarney tanggal 10 Juni mendatang. Akan halnya Rudolf Rudy, begitu kanu mendarat dari pulau, ia sudah kabur berangkat bersama Corollanya, cabut ke Pittsburgh, suatu perjalanan sepanjang 1000 km. "Kapok Oom," katanya. Mari kita lihat bersama, apakah kapoknya benar-benar atau kapok lombok anak Semarang yakni bila tanggal 10 Juni ia nongol lagi di Toronto :-). Sekian kisah canoe campingku yang kedua kalinya di tahun ini, sampai berjumpa lagi.

Bon Echo, 16 Mei '99

Home Next Previous