Pengalaman Canoe Camping VII

First day trip log. Route: Chikanishing River off George Lake to Georgian Bay to Collins Inlet. Portage length: 0 km, canoe route: 6 km, paddling time: 3 hours, swimming time: 3 hours, other fun time: 12 hours. Weather: warm and pleasant, dry. Breakfast: Polish kielbasa (sausage), scrambled egg and rice. Lunch: Indonesian bihun kuah with bakso ayam, stir fried mixed vegetables aka capcay goreng :-). Dinner: baked fish sole with yam and roasted corn. Ya, begitulah yang akan saya tulis di log book seandainya saya harus membuat log dari hari pertama trip kami. Memang semuanya serba perfecto, udaranya luar biasa nyaman, panasnya tidak membakar, makanannya yum yum yum, hasil kerja sama koki-koki ahli. Acaranya sehat-sehat semua, berenang, mendayung, berenang, mendayung, ditambah 'side trip' mencari atau lebih tepat memetik blueberries. Setiap hari kami menikmati blueberry, sejak hari pertama s/d hari terakhir sebab banyaknya tanaman liar tersebut di sepanjang rute kami. Makanan pagi di hari kedua pun blueberry pancake dimana blueberrynya lebih banyak dari pancake- nya :-). Bila Anda tidak/belum tahu jenis buah ini, bentuknya bundar, besarnya seperti buah seri atau buah ceremai, sekitar 0.5 cm diameternya, warnanya hitam atau biru tua dan bila dimasak menjadi ungu. Rasanya manis dan sedikit asam bila belum matang. Di Amrik/Kanada sering dipakai sebagai flavour untuk es krim maupun dicampur dengan es krim.

Selain giliran menyiapkan makanan yang sudah diatur oleh Silvana sehingga setiap orang kebagian, kami juga bekerja sama dalam banyak hal lain selain tentunya mendayung kanu dan mengangkuti perlengkapan. Interaksi para pencinta alam ini selalu, di setiap trip, menghasilkan "ilmu-ilmu" baru bagi kami satu sama lain. Bagi saya misalnya, saya baru tahu caranya menghilangkan getah dari pohon cemara atau getah pinus (dengan alkohol), hasil menguping Sensei Silvana menjelaskannya kepada Craig. Karena karya insinyur Craig dan Doug, saya sempat menikmati WC terindah sepanjang hidupku :-). Bagaimana tidak indah. Mereka berdua membuat WC, ketemu atau ada bahan utamanya berupa alas duduk dan tutupnya, bekas dipakai mereka yang kemping sebelum kami. Rangkanya pun sudah ada untuk menaruh sang WC. Tinggal mencari tempat yang strategis dan menggali lubang yang dalam. Nah, waktu saya "test", benar-benar asyik :-). Pemandangan istimewa sebab kami akhirnya kemping di suatu pulau kecil mungil, paling sebesar villanya Papi Luki :-). Pandangan luas kemana-mana tetapi tetap ada privacy, udara sejuk dan segar. Yang lebih hebat, selama "testing", selain burung-burung bernyanyi bagi hamba, ada beberapa yang mampir dan 'say hi', antaranya sekeluarga yellow warbler yang mungkin tinggal di pepohonan di atas singgasana kami itu :-).

Entah beberapa puluh kali saya pernah kemping, mungkin sudah mendekati 100 kalau dihitung dari sejak di Indonesia tetapi jarang sekali saya melihat ada orang serajin Doug di campsite. Tidak pernah ia berhenti bekerja. Kalau tidak mengumpulkan sampah yang ditinggalkan "orang kurang ajar" yang kemping sebelum kami, ia membuat macam-macam kenyamanan untuk komunitasnya :-). Selain WC di atas, ia juga membantu menyiapkan sistim tali untuk mengerek makanan ke atas udara di malam hari, agar beruang dan binatang lainnya sungkan mampir. Ia membuat canopy atau atap di atas tenda-tenda agar tidak kepanasan dan bila hujan, tidak terlalu basah. Ia mengumpulkan kayu-kayu kering dan memotong- motongnya untuk persediaan bahan bakar. Sungguh "tidak rugi" mempunyai orang seperti Doug di komunitas kami :-). Ia juga guru yang halus dan sopan. Sebelum mengajar atau memberitahukan saya, ia minta permisi dulu. "Can I tell you something about your stroke?" "Go ahead," kata saya. "The most efficient paddling is from about your knee to about your hip, after that you may as well lift the paddle from the water." Di bawah pengawasannya, akhirnya saya mendapatkan kuncinya melakukan apa yang bernama J-stroke. Memang membaca buku atau melihat orang, sepertinya gampang, pokoknya mendayung seperti huruf J, gitu. Tetapi ternyata seninya adalah timingnya, yakni sekitar sedetik dua, harus kita hentikan sebelum dayung kita bengkokkan. Ini ditekankannya dan sekarang saya sudah dapat melakukannya dengan lumayan, tinggal latihan beberapa puluh kali lagi :-). J-stroke ini sangat penting atau bermanfaat bagi pendayung di buritan kanu.

Keahlian saya di kemping adalah menanak nasi atau ngeliwet, istilah Indonya. Yakni beras dimasukkan ke panci dan diisi air setinggi tertentu (patent si jusni tingginya :-)). Panci berisi beras dan air ditaruh di atas api dan bila air sudah mendidih, beras diaduk-aduk sampai airnya kering. Bila jumlah air ideal, maka boleh dipastikan beras akan sempurna menjadi nasi alias tidak berbiji dan bukan menjadi bubur atau nasi tim :-). Seni yang lainnya lagi adalah mengecilkan apinya sekecil mungkin dan menutup panci tersebut rapat- rapat. Dalam waktu 15-20 menit, nasi sudah akan siap untuk digasak, tanpa pakai gosong atau berkerak bagian bawahnya. Nah, kalau Anda juga bisa memasak nasi seperti itu, memang Anda orang Indonesia :-). Soalnya, anak-anak Canada sering kalau memasak, jadinya nasi berbiji atau masih ada berasnya, nasi mentah kata ibu saya. Di camping trip kali ini, saya berkesempatan memberikan mata kuliah 'how to cook rice 101' kepada para peminat :-) disamping "memperbaiki" suatu tanakan nasi yang waktu dimasak awalnya kekurangan air. Karena kemungkinan Anda sudah lapar mendengarkan dongengan menanak nasi, maka saya ingin mempersilahkan Anda semua beristirahat. Sampai di cerita lainnya yang lebih seru-seru termasuk acara berenang 'au naturel' :-). Salam dari Toronto.

Home Next Previous