Pengalaman Canoe Camping VIII

Anda yang diberkahi tinggal di desa atau tempat terpencil, mungkin sudah terbiasa melihat langit dengan sebilyun bintang termasuk gugusan Bimasakti. Saya yang tinggal di kota dengan sebilyun lampu selalu terkagum-kagum bila dapat melihat angkasa penuh dengan bintang. Nah, selama 2 malam berturut-turut sepanjang trip kali ini, kami disuguhi dengan langit setengah bulatan penuh yang tidak berawan sama sekali alias dipenuhi bintang-bintang. Jadilah salah satu acara malam hari, setelah perut kenyang diisi dan gelak canda sudah cukup dinikmati, untuk berenam tiduran di batu karang di tepi pantai, melihat ke atas ke angkasa raya menikmati "planetarium" karya-Nya sendiri. Dari waktu ke waktu, satelit-satelit melintasi mata kami dan siapa yang lebih dahulu melihat- nya, mendapatkan kebahagiaan sesaat :-). "Satellite!" "Where?" "On top of our head around 11 o'clock position going to the west." "Oh yeah, I see it." "Good eyes." Meteor atau "bintang jatuh" sekali-sekali juga melintasi pemandangan kami. Melihat dan menyadari betapa serba astronomisnya ukuran ruang angkasa, kita selalu merasa bak debu di dunia ini, tiada apa-apa dibandingkan segala kebesaran ciptaan-Nya.

Hari kedua, giliran Doug menyiapkan sarapan pagi. Seperti juga saya, ia pun termasuk 'early riser', orang yang bangun lebih pagi dari yang lainnya. Sebetulnya saya sudah bangun sejak jam 5-an tetapi karena "bacotku yang gandeng", maka sengaja saya tidur-tiduran bebek :-) (tanya Cecilia apa bedanya dengan tidur ayam :-)) sampai sekitar jam 7. Meskipun Doug bangun pagi, ia tidak berisik dan ketika saya keluar ia sudah mulai bersiap untuk menyediakan makanan pagi. Dibantu 2 burner atau kompor gas, saya bersama dia menyiapkan makanan pagi blueberry pancake ditambah dengan sisa sosis kemarinnya. Kami kehabisan minyak karena konon di Ottawa terjadi penyensoran mereka yang semua membawa butter dan margarine. Karena screening dari "boss" maka alhasil hanya 1 kotak mentega yang terbawa dan habis di hari pertama. Saya tak kekurangan akal. Masih ada 2 sachet minyak bihun dari bihun yang belum dibuka dan beberapa sachet yang meski sudah terpakai dan ada di kantong plastik sampah, tetapi lumayan bersih :-). Jadi dari minyak kaisan sampah dan minyak 2 sachet itu, dihasilkan blueberry pancake yang bukan main lezatnya dan wangi minyak kacang.

Setelah cukup kenyang makan blueberry :-) di menu pagi hari itu, semuanya lalu tidak mau melewatkan kesempatan untuk menikmati jernihnya air di Collins Inlet. Kami berenang dan menyeberang ke suatu pulau karang mini. Kata saya ke Silvana, "Pasti Theo belum pernah ke pulau ini dan kita bertiga adalah orang Indonesia pertama yang menginjakkan kaki disini." Tentu saja Mbak Admin kita mengangguk tersenyum dan menambahkan, 'boldly' :-). Puas berenang, sebetulnya sudah saatnya untuk berangkat, 'to go where no Indonesians have ever gone before':-), tetapi sebagian menjadi lapar lagi dan kami melakukan polling. Siapa yang memilih makan siang dahulu, siapa yang ingin berangkat saja dan makan di jalan. Saya dan Cecilia yang kembali bertugas menyiapkan makan siang, tentu lebih senang kalau semuanya sudah beres alias makan siang dahulu. Alhasil, mayoritas penuh menginginkan makan dulu dan jadilah kami menikmati semur ayam a la Cecilia dan nasi liwet a la jeha :-) plus asinan acar yang menjadi favorit rakyat terutama Joel yang sampai meminta resepnya per email di japri :-). "Kog cerita makan mulu sih," kata yang lebih senang cerita petualangan :-). Tunggu sambungannya ya, dimana kami semua berjuang di tengah rawa-rawa penuh buaya :-) dan ogut sempat kecebur ke air danau yang bau gituannya buaya. Sampai bertemu di PCC IX, salam dari Toronto.

Home Next Previous