Craig, teman sekanu saya di hari Minggu siang 3 Agustus lalu mempunyai indera keenam untuk melihat peta dan mengetahui route kanu yang benar. Siang itu kami memutuskan untuk bertualang, mencari jalan pintas dari Collins Inlet dekat pulau dimana kami kemping ke arah Georgian Bay di selatan. Tidak berapa lama mendayung, kami sudah menjumpai "jalanan" yang dapat dipakai untuk memintas. Namun airnya semakin lama semakin dangkal dan dipenuhi rerumputan. Craig memutuskan berpisah dari yang lainnya dan mengambil arah paling kiri, ke daerah dengan rerumputan gelagah yang paling lebat. Saya tentu percaya penuh dan hanya sekali melihat peta, lebih untuk membuat hatinya senang bahwa keputusannya saya dukung dengan logika :-). Air semakin dangkal saja, paling sekitar 20 cm tingginya dan rumputnya sudah setinggi manusia. Dibutuhkan suatu teknik mendayung khusus untuk maju di atas air lumpur ini, yakni sambil dayung kami kayuh pantat kami angkat dan tubuh kami ayun ke depan seraya ditidurkan. Sedikit demi sedikit kanu maju namun dengan pengorbanan :-). Ya, rumput gelagah itu tajam bukan main dan jari-jari tangan kami sampai luka teriris. Kata Craig, "This grass eats people." Kata saya, "We are in crocodile country, this land is not meant for people to pass by." "Yes, we are bearing the brunt." "It is good for those 2 other canoes though." Ya, Silvana bersama Joel dan Cecilia bersama Doug menyusul di belakang kami, menjalani lintasan yang sudah ditebas.
Tidak berapa lama, sekitar setengah jam pakai istirahat :-), akhirnya kami menjumpai rerumputan gelagah ini semakin tipis dan kami menjumpai sungai yang menuju ke Georgian Bay. Namun, begitu lolos dari rerumputan gelagah, mata para "bajak sungai" melihat ada tebing cadas yang dapat didaki. "Let's do some rock climbing," kata Silvana yang segera disetujui oleh mayoritas :-). Kanu kami parkir di tepi tebing dan setelah kami ikat, kami lalu mulai mendaki. Lah, baru saja mendaki beberapa meter, rakyat bertemu lagi dengan ribuan blueberry sehingga pendakian dihentikan untuk sementara. Alhasil semuanya bekerja gotong royong mengumpulkan blueberry untuk sarapan nanti. Tidak lama mendaki, karena satu dua sudah rindu untuk mendayung lagi, kami turun kembali ke air. Saya yang pertama masuk ke dalam salah satu kanu dan berusaha untuk melepaskan tali ikatannya. Karena semangatnya melepaskan tali, tahu-tahu kanu kehilangan keseimbangannya karena saya membuatnya miring. Gejebur! Nah, saya terbalik masuk ke dalam air sungai atau rawa itu. Kakiku terbenam hampir sepinggang dan airnya lumayan baunya karena tidak mengalir, mungkin banyak gituannya :-). Rakyat kesenangan melihat tontonan gratis :-). Karena kurang persiapan, maka semua yang ada di kanu dan jatuh ke air menjadi basah, isi dompet, kamera, segala macam barang di dalam tas ransel saya, dan tentu baju serta celana saya. Silvana berkomentar, "Well, this is solidarity! Last trip the wife went to the water and now the husband." Nasibbbb :-). Satu dua orang mengambil foto ogut yang pasti mirip dengan kucing kecebur. Namun, tidak lama membuang air dari kanu yang sudah penuh dengan air kotor itu, Silvana dewi penolongku ikut menyebur ke air dan berdua kami membalikkan kanu itu sehingga dengan segera menjadi oke kembali. Lumayan juga pengalaman kecebur itu. Karena pernah mengalaminya, sekarang saya lebih PD (percaya diri) kalau sampai nasib tercebur lagi. Juga merupakan pelajaran (sudah tahu sebetulnya) untuk memasukkan barang- barang yang tidak boleh terkena air seperti kamera ke dalam suatu kantong plastik kedap air. Pokoknya masih banyak untungnya kecebur kali ini :-)!
Sambil meneruskan kayuhan, lalu saya memetiki bunga teratai putih dan kuning yang berserakan di sepanjang rawa dan sungai itu. Sudah lama sekali tidak menciumi wanginya bunga teratai dan sungguh sedaaaap, penghibur duka lara :-). Tidak terasa mendayung, kami lalu sampai di Georgian Bay kembali, dengan pemandangannya yang serba aduhai. Air hampir tidak berombak dan serba jernih. Matahari bersinar tetapi tidak terik. Meskipun tubuh basah dan kedinginan, hati tetap hangat bahagia. Terima kasih Tuhan, Engkau memberikan banyak karunia di hari-Mu kepada kami berenam. Meski otot terasa lebih penat dari kemarinnya karena harus berjuang di rumput gelagah itu, kami tiba kembali di pulau kami dengan wajah berseri-seri. Sekian dahulu, sampai berjumpa di serial berikutnya, salam dari Toronto.