Saya tidak tahu Anda para warga CC apakah anak-anakmu yang cowok meneruskan "karirmu" di CC atau masuk ke sekolah lain, amit-amit sekolah campuran :-). Ya, karena otakku sudah dicuci oleh Pater Krekelberg dan Jeuken serta para "begundalnya" maka si saya percaya bahwa sekolah teroke di dunia adalah yang isinya cowok semua. Oleh karena itu, ketika kedua anak laki-lakiku akan masuk 'high school', sahaya berusaha untuk menjual kebagusan 'all boys school' kepada mereka. Sayangnya mereka mewarisi gen kakeknya yang demen banget ama perempuan alias ogah untuk masuk ke sekolah cowok doang. Akibatnya rusaklah kedua anakku tersebut :-). Seriusan prens sadayana, saya pernah masuk sekolah campuran sebelum ke CC dan menurut saya, sekolah dimana tidak ada persaingan frontal karena urusan seks lebih oke dibanding sekolah dimana orang saling bunuh-bunuhan hanya karena laki-laki, eh perempuan. Di CC-lah kita semua bisa konsen belajar dan kalau masih ada waktu, silahkan gih ngerumpi dengan anak Sanur, Sanmar, TarQ deeste deesbe. Saya tidak tahu di jaman kini tetapi meski CC adalah sekolah cowok, perilaku homo alias cium-ciuman antara para manukers adalah hal yang tabu sekali. Soalnya saya terpicu oleh kapal cruise yang barusan saya naiki. Cruise berikutnya setelah kami mendarat, akan pergi ke Alaska dengan penumpang 1000 warga homoseks, istilah sopannya gay people. Meski ada 1000 warga SMP SMA CC, saya percaya tidak ada yang homo ketika saya masih bersekolah disitu meski saya bisa salah.
Ketika saya masih di CC, kami semua yakin bahwa sekolah kami adalah yang terbagus prestasinya dari seluruh SMA se-Jakarta. Para warga SMA negeri boleh merasa bersaingan tetapi lihat saja hasil ujian negeri warganya dibandingkan dengan anak-anak CC. SMAK I yang konon sekarang 'creme de la creme' se-Betawi masih belum terdengar namanya, hanya mashur pestanya dan bahenolnya dandanan para ceweknya. Tentu saja prestasi ini adalah rata-rata dan bukan individu per individu sebab akan banyak anak-anak jenius dan berprestasi, ogah masuk ke CC karena engga ada ceweknya :-). Sebetulnya prestasi suatu sekolah atau bagaimana sekolah bisa ngetop bukanlah rahasia. Bila mayoritas muridnya merasa sekolahnya adalah yang terhebat, mau tidak mau mereka akan berusaha keras untuk membuktikannya. Tak ada yang aneh. Kemampuan otak manusia pada umumnya tidak berbeda jauh satu dan yang lainnya. Yang membedakan adalah ngototnya si otak untuk melatih diri, berdisiplin dan tekun belajar. Kenapa lalu CC sejak Bang Jeha keluar jadi merosot? :-) Walahualam, ente-ente generasi muda sesudahku mungkin tahu mengapa SMAK I bisa mengalahkan prestasi almamatermu.
Belum lama ini saya ngerumpi dengan ABG lulusan SMA Theresia. Katanya membenarkan sinyalemen seorang pren saya, anak-anak sekolah disitu engga ketulungan hobi pamernya, show off a la peragawan peragawati. Konon lagi, banyak dari mereka yang benar-benaran foto model atau penghias kulit muka majalah. Jangan tanya kepada saya majalah apa, wong saya cuma nguping doang tetapi saya yakin belum ada foto model Indo yang di Penthouse atau Hustler. Konon lagi, para lulusan SMA Theresia itu akan melanjutkan karir atau sekolah mereka ke Universitas Trisakti yang sudah terkenal sebagai universitas dimana pendidikan utamanya adalah berpamer :-). Nah, kembali bagusnya sekolah yang bermanuk semua, kite mau pamer ame siape prens, bener engga? :-) Emangnya burung perkutut bisa manggung. Itu juga sebabnya, menurut si saya sih, di dalam lingkungan CC, anak-anak yang pinter kaya para temanku, termasuk yang bintang pelajar seperti Benjamin Pessy Paradja, engga sok banget-banget :-). Paling-paling kalau ditanya Pak Tarjo, akan ngacung bahwa tahu jawabannya. Satu lagi yang juga suka tampak di lingkungan CC adalah anak yang besar kemaluannya, maksudku bila menghadapi perempuan, menjadi terlindung banget. Itu sebabnya CC merupakan sekolah yang sangat nyaman bagi mereka yang merah mukanya kalau sampai dicium perempuan :-). Tidak akan ada cowok homo yang akan menciumi kita semua.
Menyinggung Pak Tarjo, jadi teringat lagi kepada Pak Wahab idolaku :-). Suatu ketika guru kita itu yang seperti banyak koleganya, elit alias ekonomi sulit, tampangnya kulihat sedih sekali ketika saya mau pulang dan mengambil sepeda. "Kenapa Pak," tanya Bang Jeha kepadanya. "Motor saya bocor tuh karburatornya," tunjuk Pak Wahab dan memang saya melihat bensin rada banjir disitu. "Oh, pakein sabun Pak," kata saya lagi ke beliau. "Masa?", tanyanya. Keesokan harinya ketika saya bertemu lagi di garasi sepeda CC, Pak Wahab kelihatan hepi sekhalei dan langsung berkata kepada saya, "sabunnya manjur banget" sambil menunjuk ke karburatornya yang kelihatan sudah kering. Ya, memang anak-anak CC bukan saja rajin belajar tetapi pengetahuannya di bidang ilmu persabunan ngetop mek :-). Baik saya sudahi kalimat atau paragraf ini supaya ente-ente yang sekolah di CC tidak berpikiran yang aneh-aneh :-).
Satu hal lagi yang teringat sebelum saya mengakhiri seri keenam ini. Anda semua masih ingat ketika saya bersama Hanny Fang dan Sri Sabur nyawer minta sumbangan buat CC? Ingat bahwa saya sesumbar suka datang ke rumah Hanny setelah acara itu selesai? Bang Jeha Anda amblassss prens diketawain semilis ketika satu orang yang jail menerkakan satu foto dan saya masa tidak mengenal si Hanny. Gile banget. Dalihku, dari wajah Tionghoa yang kuingat atau tersimpan di memory-ku, kog kulihat seorang perempuan berwajah anak Sunda :-). Ya, saya masih suka ke rumahnya di tahun 1964, hampir 40 tahun lalu dan memory kita manusia, meski kita anak CC :-), sudah sangat tidak reliable alias bisa dipercaya lagi. Itu sebabnya kalau saya dikirimi foto prens saya semasa masih di CC, saya senang sekali sebab bila sampai bertemu, saya tidak dibilang sombong atau dijuduli ber-false memory syndrome seperti oleh teman saya TTA, mungkin karena naksir si Hanny jadi dongeng suka ke rumahnya :-). Sekian dulu, kalau kalau ada 'true memory' yang memicuku lagi untuk menulis, akan kuteruskan serial ini. Bai bai lam lekom.