Suzhou yang kata si pemandu lokal bernama Tony, gudang cewek-cewek cantik Tiongkok, lebih dikenal sebagai kota sutera karena produksi suteranya yang menghidupi kota tersebut. Pemeo lebih GR lagi, "Paradise above, Suzhou and Hangzhou below". Artinya kedua kota itu adalah seindah kahyangan. Untuk ukuran RRT, Suzhou kota kecil, cuma 7 jutaan penduduknya. Begitu kami sampai disana, kesempatan untuk para pengikut Budha mengucapkan terima kasih mereka di kelenteng Han San yang sangat bersejarah. Keesokan paginya di hari keempat di RRT, kami dibawa ke suatu taman yang konon salah satu dari 4 taman klasik terkenal se-Tiongkok, Lingering Garden. Entah apakah standard saya yang ketinggian atau saya rada sinting kalau urusan alam, sebagus-bagusnya taman di tengah kota, mana bisa ngelawan cagar alamnya Kanada :-). Jadi cukup satu kalimat pujian kutuliskan, kolam ikan di tengah-tengah taman menggugah hati untuk kapan kami bisa canoeing. Bila saya bisa menemani isteriku mancing di danau yang luas. Yang menarik di dalam taman buatan, eks rumah cukong di Suzhou yang kata Tony jadi milik pemerintah pada tahun 1949, maksudnya disita, adalah jendela lukisan sutranya. Bagus-bagus dan khas sebab bersifat 'see through' maupun menjadi 'one way mirror'.
Kesempatan yang selama ini ditunggu-tunggu para nyonya, termasuk isteriku, tiba ketika kami mengunjungi pabrik sutera di Suzhou. Si Tony cukup hebat kecapannya, tidak kalah dari IBM sales rep yang terkenal kepiawaiannya di dalam berjualan. Bukan saja ia pandai mengagulkan kehebatan sutera, ia juga bisa menjual tukang pijit Suzhou sehingga semalam sebelumnya, puluhan peserta tour jadi tertarik untuk dipijit. Cukup murah sih, 2 jam dipijit ongkosnya cuma US$ 20. Hanya itu kan pendapatan seminggu rata-rata rakyat Tiongkok. Alhasil, ketika puluhan pembelanja membanjiri toko sutera, setelah puas melihat proses pembuatan cem-macem bahan dari sutera, sebagian jualan toko itu diborong habis para Melayus. Opo ora hebat rek :-). Sarung bantalnya konon laris karena semua bermimpi tidur di awan yang lembut seperti kecapan si Tony "Ha" pemandu kami. Ya, hampir setiap kalimat Tony, ia tambahkan kata 'ha' seperti anak Kanada menambahkan 'eh'. Untunglah Tony cuma memandu kami selama 3 hari dan hanya sutera yang digandrungi isteriku. Kalau belanja doi setiap hari sama dengan yang ia konsumsikan di toko sutera itu, ongkos trip akan jatuh jauh lebih murah dari pengeluaran untuk belanja :-).
Makan siang kami santap di toko sutera tersebut, di lantai atas gedungnya, di suatu restoran cukup bagus. Ya semuanya serba praktis di RRT ini, pelayanan atau tepatnya penjualan jasa mereka gabungkan dengan barang dan perut. Kenyang makan, acara berikutnya sudah menanti yakni "cruise" di kanal Venice-nya RRT bernama Suzhou. Kanal atau sungai buatan itu coklat airnya, lebih bersih dari Kali Ciliwung sebab tak ada gituan yang mengambang. Karena kapalnya bermotor, kurang asyik buat beta. Yang menarik, si engkoh tukang perahu memberi kesempatan agar turis dari Mei-kuo, Amrik di dalam bahasa Mandarin, untuk menyumbang periuk dapurnya. Ia berjualan kartu pos dan kartu per serta sedikit memelas agar rakyat membelinya. Rakyat yang tak tega hampir semua mengeluarkan dompet, membeli kartu seharga sedolar, kartu pos sedolar 50 sen.
Acara selanjutnya adalah ke suatu "embroidery museum". Pakai tanda kutip sebab lebih tepat disebut pabrik sulaman plus toko tentunya. Sulaman sutera di toko tersebut istimewa memang. Di satu sisi Anda melihat gambar kucing, di sisi lain gambar anjing, kaga pakai ilmu sulap. Benangnya cuma selembar, jarumnya cuma satu sehingga memang serba ajaib. Ada juga gambar kucing bermata coklat di satu sisi, di belakangnya kucing bermata hijau. Kesempatan berbelanja tak bisa dilewatkan oleh ibu-ibu dan satu oom bule yang selalu membeli di setiap kesempatan sehingga di toko sutera, ia perlu membeli satu koper lagi untuk belanjaannya. Kelihayan pemerintah RRC yang mendiskon ataupun menjual tour ke China sedemikian murahnya, mereka imbali dengan cem-macem barang dagangan seperti itu. Tidak mustahil kalau Anda rajin menjumlahkan berapa dolar dikeluarkan untuk membeli mutiara, kumala, sutera, sulaman, deeste, akan melebihi ongkos perjalanan sang pembelanja. ... (bersambung) ...