Inilah tayangan terakhir serial di atas yang akan kututup dengan beberapa pengamatan tambahan Bang Jeha yang belum saya singgung atau rincikan di kisah terdahulu. Di banyak tempat umum, seperti di kelenteng Buddhist yang kami kunjungi, di tempat tunggu lapangan terbang, banyak kulihat keran air panas atau tangki kecil berisi air panas. "Buat apa?," tanya Anda. Ternyata untuk memasak mie instan favorit mertuaku :-). Ya, saya mulai mengenal dan memperhatikan mie di dalam mangkuk plastik atau styrofoam yang tinggal diseduh, ketika mertuaku memperkenalkannya dari Indonesia. Praktis banget atau sangat memenuhi kebutuhan penduduk sehingga pantaslah negara tersebut disebut republik rakyat.
Anda boleh tidak percaya akan bualan si Tony pemandu lokal kami yang bertugas di Shanghai, Suzhou dan Hangzhou, bahwa setiap hari ada bangunan bertingkat 10 ke atas yang selesai dibangun di Shanghai. Ketika saya melihat keluar jendela kamar hotel Holiday Inn-ku, yang terletak di pusat kota, ada sekitar 10 'construction crane' sejauh mataku bisa memandang. Demikian juga kalau kita berkendaraan, bukan saja di Shanghai tetapi dimana-mana, demam konstruksi sedang melanda Tiongkok. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena mereka menang undian Olympiade 2008 di Beijing dan World Expo 2010 di Shanghai. Bila Anda lupa, dua kota terakhir yang bersaingan di dalam kontes untuk dipilih jadi tuan rumah Olympiade musim panas 2008 adalah Toronto dan Beijing. Syukurlah kita kalah prens, Toruntung menjadi lebih bebas debu dibandingkan Beijing sebab di hari pertama di kota tersebut, hidung tenggorokan saya ngadat, bersin terus hingga perlu dijinakkan dengan obat alergi Nasonex.
Dari pengamatan dan pengalaman kami selama 6 hari 5 malam ikut China Tour ini, hampir mustahil lah untuk melakukan trip dhewek-dhewek ke RRT yang asyik, murah, bagus, kumplit seperti dambaan setiap insan Indonesia. Taruh kata Anda mahir berbahasa Mandarin, bisa membaca huruf naga, tak mungkin Anda bisa mendapatkan ongkos semurah bila memakai biro perjalanan karena harga bandrol. Untuk saya dan nyonya yang bukan saja kosa-kata bahasa Mandarin kami sama seperti bayi Tionghoa berumur setahun :-), juga hanya bisa membaca huruf atau angka di batu mahjong, forget it lah :-). Namun, satu kesan lagi, mungkin hanya terjadi di tiga peserta tour ini, saya, isteri dan si Jojos puteranya Wei-wei dan Johnny pemimpin kelompok kami, tour semingguan ini sudah lebih dari cukup. "Too much China Mom," kata Joseph anak umur 4 yang semart ke ibunya di hari-hari terakhir perjalanan kami :-). Ya, kecuali Anda senang sejarah, kesengsem dengan budaya Tiongkok yang usianya ribuan tahun dan ... senang syoping, trip seminggu sudah cukup untuk 'look and see'. Saya mau melihat seindah apa RRT dan sayang semua tempat yang kami kunjungi, sori prens di ICAA yang jadi seksi repot, tidak ada yang menggugah hati sehingga saya mau pergi lagi. Kecuali krim mutiara yang dibeli isteriku manjur :-).
Sudah saya syer di tayangan terdahulu bahwa setiap hari kami makan enak, 10 rupa masakan di saat makan siang dan malam. Namun, kalau kami teliti, ingat-ingat, sekitar setengahnya sayuran yang mestilah murah di RRT. Bok choy adalah sayuran yang s e l a l u ada sehingga mungkin itu yang membuat si Jojos sebel :-). Pernah di satu restoran, 9 rupa sayuran dan satu ikan. Oya, ikan selalu ada, umumnya direbus dan sesekali dimasak asem-manis. Ayam jarang sekali, babi lebih sering, bebek sesekali, daging sapi juga kaga keinget kapan dihidangkannya. Kesimpulan, flu burung sudah menyapu populasi unggas di RRT dan babi yang kuat, tetap bertahan. Apakah saya akan survive trip seminggu bila harus makan di luar restoran atau di jalanan? Saya kira ya, lebih banyak pilihannya untuk kita wong Indo membeli makanan yang cocok dengan selera kita di China dibandingkan dengan di Jepang. Ketika suatu kali saya mampir di Tokyo dan nginap beberapa malam, saya hanya bisa membeli egg sandwich yang dijual di warung-warung di pinggiran jalan. Akan halnya minuman, bila Anda penggemar bir, Anda bisa menghabiskan 2 botol seorang diri sebab itulah yang disediakan setiap kami makan, plus sebotol Coca-cola atau Sprite. Hampir semua meja Melayus menukarkan 2 botol birnya dengan sebotol Coca-cola sebab segitulah persamaan nilai kedua jenis minuman tersebut.
Sebagai pengamat psikologi terutama yang menyangkut manula, saya cukup kaget melihat puluhan manula berkumpul di pelataran suatu kelenteng, bermain kartu doang padahal sebagian masih muda. Ternyata usia wajib pensiun di RRT adalah 55 tahun, dilakukan agar para kawula muda mereka memperoleh kesempatan kerja. Terbukti memang dari banyak anak-anak muda yang sudah bekerja dimana-mana. Good idea. Jadi dimana-mana di banyak tempat kita bisa melihat para pensiunan Cungkuo menikmati hidup mereka, main kartu, mahjong, main burung, taichi, dst.
Akhir kata, atas nama semua peserta yang tidak diberikan kesempatan untuk memberikan kritiknya di trip ICAA ini :-), saya ingin mengucapkan terima kasih sudah diberikan kesempatan oleh Anda semua para pengurus dan pemberi subsidi. Berkat trip ini, saya mampu lebih memahami bagaimana kalau suatu ketika nanti, RRT bisa menyaingi Amrik di dalam menjadi negara adikuasa. Tak heran sebab dari mulai tukang tas aspal sampai ke pak menteri, mereka memakai teori-teori psikologi di dalam berkarya :-). Bai bai lam lekom, salam dari Los Angeles.