21 Desember 2001
Karena jauhnya jarak kedua pulau di atas, yang satu adalah di awal perjalanan dan yang lainnya di ujung barat kepulauan Karibia dibutuhkan waktu satu hari 2 malam untuk kapal kami menempuhnya. Total jarak kedua pulau di atas adalah 545 nautical mile atau sekitar 1000 km. Dengan kecepatan rata-rata kapal 30 km per jam, berarti dibutuhkan kurang lebih 35 jam pelayaran Itulah sebabnya meski sejak jam 6 sore kemarin kapal sudah berangkat, hari ini seharian penuh di laut, baru esok pagi jam 5 kami akan berlabuh kembali di kota San Juan, Puerto Rico. Tiada minat untuk ikut tour di kota kerangkeng itu, lagipula bosan juga melihat pemandangan yang hampir sama selama seminggu ini di pulau-pulau Karibia. Orangnya hampir sama, kebudayaannya tidak berbeda jauh, demikian pula aksen bahasa Inggrisnya tidak semenarik anak Indonesia.
Semalam kami menjadi finalis "pertandingan dansa". Kupakai tanda kutip sebab saya dan Cecilia dicomot oleh salah satu staf cruise, Katrina, ketika sedang berdansa twist. "You are selected as the finalist couple," kata doi sambil memberikan kami hadiah gantungan kunci. Ada 3 pasangan yang masuk "final" ceritanya, yang satu dari California dan yang satu lagi dari New York. Si pasutri California lalu mulai memperlihatkan kebolehannya, 'not too bad'. Rakyat pemilih memberikan applause, tepuk tangan yang lumayanlah. Tibalah giliran Bang Jeha anak Betawi dan Empoknya asal Pekalongan maju ke tengah lapangan. Berkat berguru kepada Chubby Checker si raja twist dan latihan dansa setiap malam Minggu ketika masih remaja, Bang Jeha Anda tidak terlalu mengecewakan 'performance'-nya hanya sayang sudah tidak mampu (dan engga latihan lach yauw) untuk ber-twist serendah-rendahnya. Tepuk tangan bagi kami berdua lebih banyak dari pasutri pertama tetapi memang si New Yorker cewek, oke sekhalei twist-nya, maklum sekampung dengan pencipta twist. Mereka mendapat tepukan paling gemuruh dan dinobatkan sebagai raja dan ratu sampai cruise berakhir. Anda para fans kami tak perlu kecewa sebab hadiahnya sama saja, cuma diberikan 2 baju kaus berlogo Royal Caribbean bergambar di belakangnya, dan kepada si New Yorker tambahan topi raja dan ratu kaya pemain lenong :-). Belakangan ketika kami diputarkan contoh video cruise ini, tukang dongeng Anda ada di dalam video itu yang kemungkinan akan banyak dibeli para peserta cruise melihat ada anak Asia ber-twist oke punya :-).
Karena luasnya kapal ini, ada saja bagian atau tempat yang belum pernah kami kunjungi. Jadi sehari semalam kami berkelana kemana-mana maupun ke tempat-tempat rutin yang selalu kami kunjungi seperti kelab kebugaran di jam 5 sore. Sejak beberapa hari terakhir ini, si noni bahenol pelatih diganti oleh cowok anak Ruski juga bernama Martin. Ia lebih banyak menerangkan manfaat suatu gerakan, otot mana yang dilatih atau menimba manfaat dibandingkan Darina si cewek. Seperti kukatakan, lebih banyak cewek yang ikut fitness dibandingkan cowok sehingga kelas pimpinan si Martin yang mirip Steve Reeves selalu penuh. Belum kuceritakan rasanya, setiap kami selesai latihan, kami mendapat kupon se-dollar per orang yang dapat ditebus. Di akhir cruise, Cecilia dan saya mempunyai 12 kupon. Kami lalu pergi ke 'country club' yang terletak di bawah suatu golf-driving-range. Ada topi berlogo kapal, 6 kupon. Ada baju kaus, butuh 11 kupon. Ada tas pantai, 9 kupon. Serba tanggung. Eh eh eh, ada 2 noni gemuk tapi ramah, biasa memang orang gemuk ramah-ramah yang berkata, "We have 3 extras here if you need them, we only want key chains." Pas banget, dapet 1 topi untukku dan tas pantai idaman Cecilia yang disayang Oom Han.
Seperti sudah kusinggung di atas, pelayaran dari Barbados ke Puerto Rico ini adalah yang terpanjang atau terlama dibuai ombaknya. Entah karena itu atau karena seminggu penuh ajojing dibuai ombak, ketika kami menginjak daratan kota San Juan, maupun sampai saat berjalan di airport, jalan rasanya mirip kelasi mabuk :-), serba oleng. Sebetulnya ada obatnya untuk menghindari jadi pelaut mabuk gitu. Kulihat dipakai satu dua orang di cruise, yakni suatu patch atau plester sebesar coin 25 sen yang ditempelkan di bawah kuping mereka. Kutak-tahu cara bekerjanya karena saya maupun Cecilia cukup oke dengan buaian kapal cruise. Semakin besar suatu kapal, mestinya semakin kecil olengnya. Ketidak-mampuan untuk dibuai ombak ini yang mungkin menyebabkan orang kapok atau tidak berani untuk ikut cruise. "Pren, saya biasa tuh main perahu dan minat juga nih ikut cruise, boleh tahu berapa duit Anda bayarnya?," tanya mereka yang kepincuk setelah membaca 7 serialku ini. Harga cruise ini seperti sudah kusinggung, variasinya bukan main. Tergantung besar kapal, umurnya sudah berapa tahun dan pelayarannya di bulan apa. Semakin tua dan kecil sang kapal semakin murah, semakin panas musimnya demikian pula. Menurut brosur Air Canada yang memasarkan Radiance of the Seas, harga resmi alias di katalog per orangnya, dari mulai kamar yang paling bawah di deck 2 sampai ke yang paling mahal di deck 10, berkisar dari $ 2300 s/d $ 7400. Harga resmi kamar yang kami pesan pada awalnya di deck 4 adalah sekitar $ 2800 all inclusive. Harga kamar di deck 9 dimana kami "dilontarkan" adalah $ 3200. Itu harga resmi tetapi di koran, sering diobral dan karena sudah survey kesana-kesini plus keahlian menawar anak Betawi, saya dan Cecilia cuma membayar $ 1750 per orangnya. Semoga menjawab pertanyaan Anda peminat cruise.
Kalau San Juan di Puerto Rico disebut 'cruise capital of the Caribbeans', memang tidak salah. Sejauh mata memandang di pelabuhannya, berbiji-biji kapal cruise bertengger di dermaganya. Dengan kapasitas 1000 2000 penumpang atau lebih, bayangkan dampaknya terhadap perekonomian pulau-pulau di sekitarnya. Tidak pernah sekalipun saya membaca berita kriminil terhadap turis di Caribbean Islands, ya sekali-sekali di Mexico. They cannot afford it, maksudnya kalau mereka tidak mau melihat turis asing menjadi nol seperti di Tanah Toraja, mereka harus bersama-sama menjaga keamanan pulaunya. Obrolan di perumpian sekitar meja makan mengetengahkan obyek-obyek turisme di dunia yang sudah menjadi tidak aman. Untung Indonesia tidak disinggung sebab terlalu jauh atau belum dikenal oleh para bule semeja-makan kami. Dasar wong Amrik, ada benarnya tapi, "How can they cut the hands that feed them?," kata seseorang. Maksudnya kira-kira, "Gue kasih elu makan, masa elu embat gue." Masalahnya adalah bila nila setitik merusak susu se-Melayu seperti terjadi di tanah air kita semua. Entah berapa puluh persen menurunnya pendapatan dari turisme sejak Indonesia menjadi sarang penyamun dan provokatur di siang hari bolong :-(. Sekian dulu, sampai berjumpa di kisah terakhir.