Ikut Cruise ke Mediterranean # 1

Sudah lama saya berangan-angan mengunjungi Mediterranean, Laut Tengah dalam bahasa kita, tetapi baru sekarang kesampaian. Pertama cruise kesana relatif lebih panjang atau lama waktunya, kedua pilihan atau variasi kota yang dikunjungi banyak sekali, ketiga dompet atau ongkosnya juga paling "panjang". Lah naik kapal terbangnya saja sudah ke Eropa dan saya sedikit salah timing. Kalau saja kami berangkat di bulan Mei, bukan saja ongkos cruise lebih murah 100-200 $, juga tidak ada "demam bola" Piala Dunia yang mengakibatkan tidak ada lagi kapal terbang murah ke Eropa di bulan Juni ini. Tapi prens, buat apa uang disimpan doang di bank, iya engga :-) , kalau tidak dibelanjakan dipakai jalan-jalan mumpung Bang Jeha Anda masih kuat nguber bis setiap hari. Ya, dua bulan lalu saya masih naik bis kota dan subway, sebelum memutuskan ogah menghabiskan waktu di dunia terus-terusan nyangkul dan mendingan pensiun lagi agar bisa jalan-jalan berminggu-minggu kemana saja sekehendak beta.

Ketika salah satu perusahaan cruise dengan kapalnya Grand Princess menginformasikan jadwal perjalanan dari Venice ke Athens, Kusadasi (Ephesus di Turki untuk Anda para penggemar Injil), Istanbul, Mykonos (salah satu kepulauan Yunani), Naples, Roma, Livorno, Marseille, sampai ke Barcelona, kriteria saya terpenuhi semuanya. Pilihan kota dan negara ideal, lamanya oke 12 malam dan ongkosnya masih kebayar :-). Pergilah kami berdua, saya dan nyonya di hari Kamis 8 Juni lalu, numpak montor mabur dulu dari Toronto ke Venice lewat lapangan terbang kuno Charles de Gaulle di Paris. Sengaja saya tekankan kekunoannya sebab untuk turun naik dari kapal terbang, kami perlu naik bis alias tidak ada 'jetway' langsung ke kapal. Akibatnya kasihan melihat mereka yang sudah jompo di kursi roda ataupun yang harus memakai tongkat untuk turun naik tangga. Selain merasa demikian, di segi lain kami jadi merasa bersyukur diberi kesempatan oleh Oom Han untuk jalan-jalan lagi di saat fisik masih prima seperti sekarang.

Air France yang kami pakai memberikan kemudahan bisa melakukan 'check-in' dari rumah lewat Internet dan memilih tempat duduk sendiri. Sayangnya tidak seperti Air Canada, mereka tidak memberikan kesempatan untuk sekalian mencetak 'boarding pass'nya. Perjalanan 12 jam sampai ke Venice lewat CDG airport di Paris tidak ada keanehan lainnya. Koper kami dua-duanya sampai dengan selamat, tidak sampai babak-belur. Barulah kali ini kami naik kapal terbang ke Venice, pertama kali dahulu naik kereta api ketika kami backpacking di Eropa di tahun 2002. Bila Anda mempunyai pilihan, naik kereta api sampai ke Venice merupakan pengalaman tiada duanya. Karena ikut cruise, transfer berjalan mulus, lagi pula imigrasi Itali engga rewel ataupun sama sekali tidak memeriksa paspor kami ketika sampai di Venice dari Paris di hari Jum'at tanggal 9 Juni. Kami langsung check-in di dermaga Venesia setelah bis yang membawa kami dari airport sampai disana. Karena saat itu masih relatif awal untuk tibanya para penumpang cruise, prosesnya cukup cepat sehingga sekitar jam 1 siang kami sudah mulai bisa bersantap di salah satu restoran kapal Grand Princess ini, restoran buffet Horizon Court.

Ya, makan adalah salah satu faktor kenikmatan duniawi yang penting di dalam cruising. Artinya kalau hidup Anda di dunia ini untuk makan, disitulah letaknya keasyikan nge-cruise. Sebab bukan saja 24 jam sehari Anda bisa makan minum sepuasnya, "gratis" alias sudah termasuk ongkos, juga Anda bisa makannya di restoran yang 'full serve', makanan lengkap a la carte. Seusai makan siang, kami langsung cabut naik kapal kecil yang dicharter Princess Cruise, untuk sight-seeing di Piazza San Marco, sesuatu keharusan untuk mereka yang pergi ke Venice. Disitu terletak gereja terkenal, Basilica San Marco dimana tulang-belulang Santo Markus dikubur. Tak salah bila Anda menduga, santo tersebut adalah pelindung kota Venesia. Sebagai layaknya saurang Katolik, salah besar kalau bertemu gereja sebagus basilika itu, apalagi di dalamnya ada relikwi orang suci, untuk tidak mampir dan tak lupa komat-kamit sebentar. Silahkan menunggu Bang Jeha dan empok Cecile berdoa, sekian dulu kisah pertama perjalanan kami ini. Bai bai lam lekom, sampai kisah berikutnya.

Home Next