Ikut Cruise ke Mediterranean # 10

Hari ke 10 kami di atas laut, Minggu, 18 Juni 2006. Makanan kapal yang serba wah sudah membosankan hamba anak kampung Betawi. Untungnya saya tidak terlalu mesti makan nasi sih tetapi setiap hari makan 'fine dining' ini terasa bego juga lama-lama :-). Saya sungguh menyesal tidak membawa ... indomie goreng. Padahal air panas banyak tersedia dan bisa kami rebus kocok-kocok, jadi dah hidangan yang sedap, bernostalgia bak serasa kemping di kapal cruise :-). Inilah cruise kami yang terlama sebab kedua cruise yang sebelumnya, cuma semingguan. Kemarin si B. dan si M., satu pasutri Inggris semeja bertanya seberapa rating saya akan cruise ini. "So far, I give them 6 out of 10, 10 being the best," jawab saya. Mereka memberi angka 5 katanya alias banyak yang mereka tak sukai. Salah satunya, suasana yang berisik sebab kebanyakan ABG dan anak-anak, kata mereka lagi yang memang sudah tua. B. pemakai hearing aid jadi saya maklumi bahwa konon lingkungan berisik sangat tidak nyaman untuk orang yang memakai alat pembantu pendengaran itu. Memang kapal Grand Princess ini bisa dibilang ribut sekali, bukan hanya karena banyaknya anak-anak tetapi ada bunyi seperti peluit dari bagian mesinnya sepanjang siang dan malam.

Sebetulnya kami sudah memasuki etappe terakhir dari cruise menyusuri pantai Laut Tengah bagian utara. Hari ini kapal berlabuh di Civitavecchia, tanjung prioknya kota Roma. Namun, tidak seperti Tanjung Priok dimana saya dulu suka bersepeda dari rumah ke Pantai Cilincing untuk mancing, Civitavecchia ke Roma membutuhkan waktu sekitar 1.5 jam dengan mobil alias jauh prens. Kalau naik kereta, butuh 15 s/d 30 Euro pp tergantung dari jenis kelas keretanya. Karena saya dan nyonya sudah pernah ke Roma selama semingguan di tahun 2000, tahun suci Gereja Katolik sehingga banyak tempat yang khusus dibuka hanya di saat itu, maka kami memutuskan untuk jalan-jalannya di Civitavecchia azha. Jadi kalau Anda para pemirsa mengharapkan ada dongengan mengenai Roma, dipersori berat prens :-). Namun, bila Anda bermaksud suatu ketika mengunjungi Roma naik kapal cruise, sediakanlah sekitar US$ 300 per orang untuk ikut tour ke Colosseum, Vatican Museum, Sistine Chapel, St. Peter's Basilica dan Trevi Fountain. Bisa lebih murah bila Anda hanya ingin melihat salah satu atau dua dari atraksi tersebut.

Rupanya perilaku ngobyek tidak cuma di Indo prens sadayana. Ketika kami naik 'shuttle bus' gratis dari samping kapal di dermaga ke pusat kota, yang cuma 2 km sebetulnya, sebelum semua penumpang turun satu noni naik ke bis. Katanya, kalau ada yang mau naik bis ke Roma, ke St. Peter's Square, ongkosnya cuma 20 Euro p.p. Memang murmer tetapi ada risiko ketinggalan kapal meskipun kata dia lagi, jam 4 sore bis akan berangkat kembali dari Roma (kapal berangkat lagi jam 6:30). Karena tujuan kami cuma mencari gereja untuk Misa, ngapain jauh-jauh cari perkara. Jalan kaki beberapa menit, sudah ketemu satu gereja, Madona de la Pieta, Our Lady of Sorrows dan disitulah kami rada jadi kambing congek sebab misanya bahasa Itali :-). Engga juga, bacaan sudah tahu sebab hari ini pesta Corpus Christi, liturginya bisa kami ikuti penuh karena yah itulah untungnya jadi Katolik, di gereja mana juga di dunia, sama jalannya sang upacara.

Seusai Misa, kami kelilingan di "prioknya" Roma ini yang karena hari Minggu, kebanyakan tokonya tutup. Beberapa ada yang buka, barangkali 20% dah. Resto dan cafetaria tentu semuanya buka. Dapat sahaya laporkan bahwa tidak ada satupun mobil yang setirnya dipakain kunci setang, apalagi yang a la Napoli dimana seluruh setir dibungkus sarung logam. Rupanya kota ini aman damai dan memang sepi dibandingkan dengan kota-kota besar di Itali. Kabar baik lainnya, WC umum ada dimana-mana. Di stasiun kereta api di pusat kota tak jauh dari standplaat bis, di restoran McDonald sekitar 50 meter dari situ, di tepi pantai 50 meter lagi ke arah selatan. Cuma ketemu 3 gereja di seluruh bagian kota yang kami jalan-jalani selama 4 jam-an termasuk misa 1 jam. Salah satu dari ketiganya katedral, lumayan indahnya tetapi masih kalah dari gereja biasa di Napels yang kami masuki. Acara rutin membakar kalori kami lakukan di sore harinya, renang melawan arus sekitar 20 menit, main pingpong dua set, main paddle tennis setengah jam, shuffleboard setengah jam. Semoga kalori cheesecake yang dimakan isteriku hampir setiap malam, sudah terbakar. Sampai kisah mendatang.

Home Next Previous