Selasa, 13 Juni 2006, hari kelima cruise kami ke Laut Tengah. Welcome to Kusadasi, ditulisnya jadi satu, tapi dibacanya kush-adasi yang berarti pulau burung. Dari mulai kota pelabuhan untuk ke Ephesus ini, sampai sepanjang perjalanan, bahasanya lebih-lebih aku mboten ngertos rek :-). Kalau di Athens dimana kapal hanya berlabuh dari jam 9 s/d jam 5 saya tidak menganjurkan tour dhewek, apalagi di Kusadasi yang berbahasa Turki dan kapal cuma disitu setengah harian. Oleh karena itu sahaya juga sudah memesan tour sebelum cabut, yakni yang ke kota Ephesus, St. John's Basilica dan konon rumah Bunda Maria. Anda para pencinta Injil tentu tahu Ephesus ya. Saya cuma tahu bahwa disitulah Santo Paulus berpidato serta Santo Johanes dan Bunda Maria meninggal dunia. Baru hari ini saya tahu dan melihat sendiri, reruntuhan kota yang pernah beken tersebut sebab ia adalah ibukota Asia Kecil (Asia Minor).
Sama seperti di Acropolis, yang tertinggal cuma reruntuhan semuanya, baik sang stadion dengan kapasitas 25 ribu penonton maupun basilika megah itu. Hanya rumah Bunda Maria yang berupa bangunan kuno tetapi suatu hasil pemugaran. Yang membedakan peninggalan arkeologi Acropolis dan Ephesus, yang pertama kalau kita berani pegang batu pualamnya, kita disemprit penjaga yang sangar. Di Ephesus jangankan meraba, kita bisa duduk-duduk di atas batu-batunya sebab dipersilahkan. Konon Ephesus suatu ketika diberikan oleh Yunani kepada Romawi pada suatu masa sehingga kebudayaan maupun arsitektur serta bosnya ya orang Romawi. Akibatnya banyak peninggalan hasil teknologi Romawi disitu, misalnya aquaduct atau saluran air dan ... WC. Ya, kami-kami yang jadi pada norak, diperlihatkan bagaimana dulunya orang Romawi buang hajat berjejer duduk di atas batu pualam yang ada lubangnya. Konon cewek cowok jadi satu dan kata si tour guide entah ngibul entah serius, untuk bisa be'ol disitu mesti memesan tempat 15 hari sebelumnya berhubung jumlah lubangnya terbatas dan peminatnya banyak :-). Si pemandu anak Turki bernama Cengis (c mereka sama seperti huruf c kita dibacanya), juga memperlihatkan satu gambar kuno di batu, berukiran cewek dengan kaki sebelah kanan terlihat melonjor, di tangan kirinya ada semacam kartu, di sampingnya ada gambar hati dengan titik-titik. Ia menjelaskan bahwa itu adalah iklan bahwa Anda memasuki kompleks 'red light' di jaman Romawi dengan jumlah cewek yang tersedia sebanyak titik-titik di dalam hati dan keterangan di kartu adalah mereka mendapat ijin kopkamtib :-).
Juga sama seperti kota-kota yang dikunjungi penumpang kapal cruise, terlihat sekali kota Kusadasi menjadi maju ekonominya karena turisme. Jalanan sejalur dari Kusadasi menuju Ephesus sepanjang 17 km, sedang diperlebar sehingga akan menjadi 2 jalur searahnya. Tidak seperti di Athens dan sekitarnya yang serba tandus, lumayan banyak pepohonan disana-sini, meski tidak serindang di kampung kita. Bila Anda sudah rindu melihat sampah di sepanjang pinggir jalan, jalanan dari Kusadasi ke Ephesus akan membuat Anda jadi betah :-). Penjaja di tempat parkir bis mirip dengan di Melayu tetapi mereka jauh lebih sopan dan engga maksa banget, tidak ada yang memelas minta dibeli. Ternyata meski mata uang mereka Turkish Lira, mereka menerima bayaran dalam Euro maupun US dollar sehingga tidak merepotkan di dalam berbelanja. Beli air di botol setengah liter, 50 sen Euro, dikurs jadi 75 sen dollar Kanada atau Rp 6 ribu. Jadi harga di Turki ini sepertinya sudah harga negara Barat, yang kasihan bensinnya sekitar 2 Euro per liternya.
Mong-ngomong duit atau ongkos hidup, kemarin saya complain ke Princess Cruise, tepatnya ke Purser's Desk. Saya bilang, "Nyang bener aja gue bayar Internet buat 30 menit, 15 menit kepake cuma buat bengong kaga dapet sambungan. Harap elo refund atao ganti rugi 15 menit entu". Tentu di dalam bahasa Inggris sebab mana mereka ngerti bahasa Betawi :-). Memang pelayanan kapal cruise sih umumnya di atas standard. Setelah mereka "minta maaf" alias berdalih bahwa 'connection is not guaranteed' (dan mereka kasih lihat dimana mereka tulis begitu dan saya bilang engga dijelasin sih :-)), mereka membayar kembali ongkos Internet wireless dari laptopku. Jadi dompet Bang Jeha bertambah lagi dengan 30 menit kali 35 sen US semenitnya. Sampai berjumpa di kisah berikutnya.