Cruise ke Panama # 2

"Duit kenal barang" adalah istilah anak Betawi untuk memberi komentar kalau membeli jasa atau barang yang murah dan mutunya kurang oke. Itulah yang terjadi dengan cruise kami ini. Kapal terbang murah-meriah WestJet, kursinya sih gaya pakai kulit, tetapi makan siang bayar rek. "Are you going to serve lunch?", tanyaku ke si noni pas kapal terbang sudah mulai cruising. "Yes, we will sell sandwiches and drinks," katanya. "How much?," tanya Bang Jeha si hemat. "Five dollars for sandwiches, two dollars for drinks," jawabnya. Yah, begitulah keadaannya prens, mau murah, makanan mesti bawa dhewek hanya begonya di jaman teroris sekarang ini, air minum saja tidak bisa dibawa dari rumah ke dalam kabin pesawat. Inilah pertama kali seumur hidupku, air minum yang kami bawa kami habisi di security gate. Kalau itu mengenai murmernya WestJet, lain lagi dengan murmernya MSC. Yang paling tampak nyata adalah 'meal availability hour' maupun jumlah restoran gratisan yang tersedia. Royal Caribbean Cruise saya kira memberikan servis penyajian makanan yang paling bagus, boleh dibilang 24 jam kita bisa makan enak kalau mau. Selain soal makan, juga program gym maupun acara untuk penumpang lainnya, amatlah kurang di MSC Lirica, putus dibandingkan dengan Royal Caribbean atau Princess.

Sahaya jadi berkenalan dengan Ketut anak Bali yang menjadi bartender di ruangan 'coffee shop' dimana setiap pagi saya manggung untuk nge-Net karena disitu sambungan wirelessnya oke. Seperti sudah kulaporkan ada 200-an Melayu awak kapal ini dan mayoritas Bali serta Madura. Akan halnya Bali, mereka cabut setelah pulau itu kena bom teroris dan bisnis terutama dari turisme menjadi hidup enggan mati tak mau. Ketut sebetulnya sudah berkeluarga dengan dua anak. Tetapi katanya, ia harus "lari" dari Bali karena turis pada kabur. Hampir semua yang bekerja di cruise ship ini lulusan Akademi Perhotelan. Selain jadi THP, The Hurting People, jelas dari nadanya ia syering, Ketut juga dikompas oleh agennya, sekitar 30% dari gajinya. Mereka berada di pihak yang lemah, tanpa agen tidak mungkin mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan si agen tidak punya saingan padahal gajinya engga gede-gede banget untuk ukuran Amerika Utara, sekitar 1200 $ sebulan katanya sebelum dipotong. Yang tampak nyata dan tidak pernah terjadi di kapal cruise lainnya yang kami tumpangi adalah jumlah perempuan eks Indo yang bekerja di kapal ini, puluhan. Selama saya mengobrol dengan mereka, semuanya dari Bali dan sebagian bekerja di spa. MSC Lirica memperkenalkan Balinese massage dan tentu bukan seperti pijitan hostess di Mangga Besar Raya, tetapi massage yang direstui Oom Han. Yup, itulah satu lagi dampak terorisme di tanah air kita, yang juga ditekankan oleh para awak kapal anak Madura yang mengatakan sudah sukar mencari pekerjaan di Indo, terutama di bidang turisme.

Kita tinggalkan kisah THP di atas dan kita jelang pulau yang akan kami darati hari ini, Jamaica. Pulau atau anak pulau tersebut tidaklah asing untuk kita warga Toronto sebab hampir semua anak item yang kita ketemui, berasal dari situ. Salah satu warga Jamaica yang terkenal sedunia adalah si Ben Johnson hanya sayangnya, terkenalnya engga oke karena peristiwa dopingnya. Jamaica dahulunya jajahan Inggris dan sampai sekarang kepala pemerintahannya adalah gubernur jendral wakil raja Inggris. Penduduknya menurut brosur kapal berjumlah 2.6 juta, hampir sama dengan kota Toronto, tetapi luas pulau itu 11 ribu km persegi, sekitar 20 kali TO. Penduduk aslinya adalah suku Indian Arawak, yang kehilangan kemerdekaannya ketika Christopher Columbus mendarat pada tahun 1494, dilanjutkan dengan berkuasanya wong Inggris pada tahun 1660.

Jamaica adalah pulau terbesar ketiga dari seluruh kepulauan Karibia dimana Cuba yang terbesar dan Dominican yang nomor dua. Kapal kami akan mendarat di Montego Bay di sebelah utara sedang ibu kota Jamaica, Kingston, letaknya di pantai selatannya. Montego yang berarti mentega, memang disontek orang Spanyol dari bahasa kita sebab ketika itu banyak babi celeng yang bisa diburu disana dan minyaknya mereka jadikan mentega. Karena booking untuk tour di Jamaica ditutup jam 8 malam di hari kami masih di Ft. Lauderdale dan lagipula tidak ada yang menarik banget-banget untuk kita anak dari kepulauan tropis, maka saya memutuskan untuk city tour dhewekan di Mentega, eh Montego Bay. Untuk itu, kita cukup membayar US$ 4 per orang sejalan, naik shuttle bus dari cruise ship ke pusat kota. Olahraga setiap pagi 30 menit sudah cukup lach yauw :-). Oya, hampir lupa. Mulai hari ini, Selasa 28 Nopember, ada kabar baik, baru kabar untuk isteriku dan kakaknya terutama. Setiap pagi jam 9 ada Misa Kudus untuk para wong Katolik sehingga semua "dosa" kumpeni MSC Crociere sudah mereka ampuni :-).

Tour dhewek ke pusat kota Montego tidak jauh dari apa yang saya bayangkan. Serasa pulkam prens kalau dilihat kejorokannya alias sampah yang bertebaran di dalam salah satu sungai yang kami lihat. Karena ini mah negeri orang, hati tidak sepilu melihat sungai di Ngarai Si Anok di Bukit Tinggi yang penuh dengan sampah sejauh mata memandang. Tidak lama keleleran di pusat kota, masuk keluar di beberapa toko dengan harga turis, isteriku tidak betah dan mengajak pulang. Oya, panasnya juga membuat ente-ente Melayu akan kerasan sebab puanas rek. Disitulah keasyikannya nge-cruise, habis kepanasan balik ke kapal dan nyemplung di kolam renangnya yang airnya selalu sejuk. Bertigaan (doang) kami bolak-balik di kolam renang yang seceplikan tapi pas dah. Modal ikut cruise mulai terasa pulang setelah puas bolak-balik, sahaya tidur celentang di atas air yang asin, memandang langit biru tak berawan dengan matahari bersinar cerah tapi tidak membakar. Tiada rotan akarpun jadi, engga bisa kemping canoeing di danau-danau di Kanada karena musim dingin akan segera tiba, inilah alternatif oke punya.

Sering seusai makan siang saya menonton pertunjukan band anak Pulau Barbados, Destiny Island yang membuat modal untuk hari tersebut kepulangan :-). Kalau Anda tahu irama lagu-lagu mereka, sangat lah hidup, lain dari yang lain. Sudah begitu, si biduan sering membawakan beberapa lagu Harry Belafonte seperti Island in the Sun, Kingstown Town, Jamaica Farewell, dsb. Tetapi tidak seperti (di) lirik Oom Harry ... sad to say I am on my way, won't be back for many a day ... sahaya bisa bersenandung, glad to say, I am on my way, won't be back for twelve days :-). Hidup sungguh menjadi bermakna, apalagi sambil didendang ria, ada santapan pasta dan pizza a la Italia :-).

Home Next Previous