Cruise ke Panama # 4

Jum'at 1 Desember 2006, tinggal sebulan lagi berakhirlah tahun ini dan para prenku yang punya banyak sedulur di Greater Toronto Area, sudah menghitung tinggal berapa hari lagi, shopping days before Christmas. Saya dan nyonya kabur menghindari mulai macetnya lapangan parkir di mal-mal kota kami, eh masa kami dibawa keluar masuk toko, duh keterlaluan banget ye :-). Itulah yang membuat kami kesal kalau ikut tour, hampir pasti akan dibawa masuk ke dalam toko sebab disitulah baik si guide maupun si penyelenggara tour akan mendapat bagian rejeki, komisi dari sang toko. Kembali ke walking tour kemarin di Cartagena, ketika saya complain ke si Tatyana anak Slovenia dari MSC Cruise yang menjadi salah satu guide tour tersebut, ia mengatakan bahwa mereka tidak bisa apa-apa. Maksudnya, ketagihan belanja para penumpang perlu dimaklumi dan didahulukan dari kepentingan 'sport addict' si Bang Jeha :-).

Alah bisa karena biasa, mungkin itu sebabnya ketika kami mendarat di salah satu kepulauan San Blas di Panama, di perkampungan suku Indian Kuna, apa yang kami jumpai tak lain tak bukan, pasar orang Indian :-). Mereka berjualan cem-macem kerajinan tangan mereka, baju-baju, manik-manik, gelang kalung, topi dan tentu baju kaus impor dari daratan :-). Si bojo kulihat cuma membeli rumah keong, katanya mau ditaruh bersama bebatuan souvenirnya kalau kami bepergian atau kemping ke daerah pantai. Suku Indian tersebut konon mendapat otonomi penuh alias tidak boleh ada orang selain suku mereka yang bisa tinggal disana. Kepulauan San Blas terdiri dari 365 pulau menurut brosur kapal dan dihuni oleh sekitar 20 ribu Indian. Profil atau wajah mereka mirip dengan suku Indian dari Amerika Selatan lainnya, hitam dan yah kaya Indian. Satu hal yang patut dicatat, terutama bila Anda anak Sumatera Barat, suku Indian Kuna juga menganut sistim matriarki, perempuan di keluarga yang memiliki harta kekayaan dan si suami cuma ikut isteri. Jangan tanya saya kenapa MSC Lirica memilih San Blas sebagai salah satu pelabuhan singgah mereka, meskipun kapal tak bisa merapat ke darat alias kami harus naik motorboat eks kapal.

Dari segi mendapatkan berita dunia, kapal MSC ini cukup bagus servisnya. Yakni setiap hari para penumpang bisa mengambil koran edisi mini dari USA Times, (New York) Times Digest, The Canadian, dan beberapa koran Eropa lainnya. Itu sebabnya kami tidak ketinggalan berita, dari mulai Paus Ben XVI mengikuti jejak Bang Jeha ke Istanbul dan masuk ke Blue Mosque sampai ke laporan cuaca, harga saham sedunia hingga ke skor NHL (hockey). Satu hal yang juga baru pertama kali kualami dan ikuti, ada fashion show di cruise ini. Memang wong Eropa budayanya tinggi zeg :-). Sebagai seorang anak yang emaknya dulu modiste, istilah kerennya untuk tukang jahit, saya dapat lebih mengeritik baju yang dikenakan oleh para peragawan/wati tersebut. Tidak ada yang bagus design-nya, yang paling mending yang style-nya a la Venesia. Sami mawon peragawatinya engga ada yang bahenol, tampak jelas ketika mereka memperagakan pakaian renang.

Masih satu hal lagi yang berlainan di cruise ini dengan ketiga cruise terdahulu adalah tidak ditahan atau diambilnya paspor kami. Padahal sepanjang pengetahuan kami, paspor selalu ditahan karena merupakan persyaratan imigrasi dari negara-negara yang dikunjungi sang kapal. Namun, nasib dah si Tante Jeanne yang masih berpaspor burung garuda, paspornya ditahan dan kata Francis cuma kami-kami yang berpaspor Amrik dan Kanada yang paspornya dikembalikan. Sebelum kami pergi, Francis dan saya cukup repot telepon kesana-kesini, email ke beberapa pihak menanyakan apakah diperlukan visa bagi pemegang paspor RI yang mau turun ke darat di semua pelabuhan yang disinggahi kapal ini. Infonya cukup simpang-siur, termasuk dari Kedutaan Besar Panama maupun konsulatnya yang mengharuskan WNI punya visa meskipun ikut cruise. Yang lebih menarik, kata Francis, ia mau dikenai pungli. Ada tarip untuk ekspres dan ada tarip normal, yang normal tentu butuh waktu 3-4 minggu, yang ekspres 3-4 hari. Dari data perbandingan ketika saya telepon konsulat mereka yang di Toronto, tidak ada informasi maupun tawaran demikian, kemungkinan mereka tahu Francis banyak duitnye, becande :-).

Home Next Previous