Masih tiga harian penuh kami nge-cruise, hari ini seharian di lautan, esok mendarat di Roatan Island, Honduras, kemudian seharian lagi di lautan dalam perjalanan menuju Ft. Lauderdale, pelabuhan akhir perjalanan. Kapal akan tiba disitu pada hari Kamis, 7 Desember alias itulah hari terakhir trip kami ini. So far so good, sudah 8 malam 9 hari kami di atas kapal sejak berangkat hari Minggu 26 Nopember lalu. Karena sejak semalam kapal yang kecil ini ajojing, ketiga ceweks Melayu pada pusing dan eneg lagi, nenek moyang mereka barangkali sudah lama hidup di darat sedangkan sepertinya kakek moyang Francis dan saya pelaut kawakan :-). Mungkin juga karena kakek nenek mereka sudah lebih lama jadi imigran ke Indonya, sekitar 10 ribu tahun lalu ketika migrasi besar-besaran pertama wong Indo dari daerah selatan Indochina terjadi. Yah, seperti kita ketahui, suku bangsa negroid yang tiba lebih lama sebelumnya, sudah tersingkir antara lain ke Papua dan Ustrali/Selandia Baru. Saya jadi teringat soal ras tersebut karena si Ursula kemarin mensyer betapa campur aduknya asal keturunannya maupun warga Costa Rica pada umumnya. Dari yang mulai bule mata biru katanya, sampai yang keling, semua merasa sebagai WNI, eh Warga Negara Costa Rica :-).
Kepulauan Teluk, Bay Islands dimana Roatan adalah salah satu dari pulaunya, ditemukan oleh Columbus pada tahun 1512 dan sejak itu, untuk selama 200 tahun tentara Spanyol dan bajak laut Inggris terus berkelahi memperebutkannya. Mereka ingin berkuasa di kepulauan tersebut yang letaknya di Teluk Honduras, sekitar 60 km dari daratan, karena menjadi sumber kayu dan makanan maupun pelabuhan tempat beristirahat dan pangkalan perdagangan perbudakan. Di tahun 1859, kepulauan tersebut diserahkan oleh Inggris, penguasa terakhir, ke Honduras. Pulau Roatan yang terbesar, panjangnya sekitar 55 km dan lebarnya rata-rata 5 km alias pulau ceking. Penduduknya cuma 30 ribu dan akhir-akhir ini banyak dihuni oleh orang Amerika Utara maupun Eropa. Sebagian membuka usaha di bidang turisme karena pantainya konon bagus-bagus. Kemungkinan salah seorang dari mereka adalah prenku eks IBM Lab, si Dave Pontefract. Suatu ketika ia syer ke saya, mau pindah ke Honduras sebab katanya 'live is easy' disitu dan akan menjadi 'diving instructor' sebab ia jatuh cinta ke hobi itu. Sejak si Dave pindah, saya jadi tahu bahwa konon Honduras merupakan surga para penyelam di Amerika Tengah. Itu juga sebabnya, kami bertiga sudah ngebook tour terakhir kami di cruise ini untuk snorkeling di Roatan Island.
Pastor di Misa pagi yang setiap hari kami hadiri, sudah 8 kali jadinya sejak hari Senin lalu, namanya bernilai 4 di dalam hitungan bridge :-). Jakni Jack King. Ia memperkenalkan dirinya itulah namanya, Jack King without Queen alias kaga kawin :-). Kepada awam yang tidak mengenalnya, kalau ditanya ia tinggal dimana, di suatu rumah untuk 'unwed fathers' di kota New York, kampungnya. Anda dan saya mengenal istilah 'unwed mothers' dan ia memperkenalkan istilah tersebut di dalam gaya humorisnya. Memang ia seorang pria peria dan tukang ngebanyol. Itu sebabnya ia kelihatan masih muda, meskipun sudah 15 tahun ia menjadi 'chaplain' di cem-macem kapal cruise, sejak ia pensiun. Ia pastor ordo Maryknoll, suatu ordo yang imamnya tidak menjadi misionaris di Indo alias kemungkinan tidak Anda kenal bila dikau bukan tinggal di Amrik. Mereka banyak berkarya di Amerika Selatan, antaranya di tengah-tengah suku Indian. Salah satu pengalaman Fr. Jack yang sesekali disyernya kepada kami, adalah ketika ia hidup selama 10 tahun di antara suku Indian Maya di Guatemala. Sama seperti Francis yang pernah tinggal beberapa tahun di antara suku Inuit, Anda tahunya Eskimo, semakin sederhana hidup seseorang, semakin ia baik ke sesamanya manusia. Homili Fr. Jack yang serba singkat karena Misa cuma setengah jam, cukup bagus. Misalnya ketika ia membacakan ayat dari Injil Lukas tentang mengampuni musuh. Ia katakan, sukar untuk ia melakukan homili sebab perintah Mas Kris itu saja sudah 'impossible'. Jangankan musuh katanya, lah banyak abang ade empok saling tidak mau berbicara alias musuhan di antara saudaranya. Mungkin dengan berjalannya waktu, baru ada kemungkinan kita bisa mengampuni musuh, eh sudare kite :-).
Seperti pernah saya syer di cruise-cruise kami sebelumnya, bila tujuan hidup Anda bukannya untuk makan, ikut cruise dimana makanan seabrekan alias 'all you can eat', setelah seminggu eneg-mbleneg lah sampeyan :-). Kami lupa lagi membawa indomie goreng, saking rakus serakah engga mau rugi :-). Isteriku konon sudah mulai hilang nafsu makannya, apalagi kepalanya mabok, perutnya mual mulu. Kalau saja ia mengalami apa yang pernah dialami Francis, berlayar dari Jakarta ke Hong Kong dan 5 hari 5 malam mabuk laut karena kapal di waktu itu kecil serta Laut Tiongkok Selatan tidak bisa dianggap enteng, mungkin ia akan kurusan :-). Francis bilang boro-boro makan, minum pun keluar lagi katanya sehingga ia memilih tidur terus dan baru ketika mendarat, ia hidup lagi. Boleh dipastikan, kalau bojoku sudah sehat kembali, kue favoritnya, New York cheesecake akan dipesannya lagi. Katanya berjanji ke dirinya sendiri, "I will start my diet when I return home". Percayailah mulut wanita :-).