Gros Morne Park I

"Dendengmu udah dibawa belon?," tanya saya di awal keberangkatan kepada 'da boss'ku. Itulah salah satu benda dari antara 200 jumlah 'items' di 6 halaman checklist kami. "Aduhhh, kog bisa kelupaan," katanya sehingga balik lagilah kami ke arah rumah sebab belum terlalu jauh. Meskipun dendeng 2 kg bikinan si bojo tidak akan rusak, tetapi menu makanan apa saja yang akan kami santap, sedikit banyak sudah didiskusikan antara keluargaku dan keluarga Benso. Kukira 'stand' adu-adu kepikunan antara isteriku dan sahaya 1-0 sampai sekitar 100 km dari rumah, ketika saya mau memperlihatkan plotting GPS di laptopku ke Benny, membuat stand terpaksa jadi 1-1. GPS sudah ku-check sebelum berangkat dan ada di ranselku. Tetapi si blo'on lupa bahwa kabelnya tertinggal di lantai rumah, lupa dikembalikannya ke dalam ransel tersebut. Biasanya kabel sambungan antara GPS dan laptop itu selalu ada di dalam daypack-ku tetapi karena canoeing belum lama ini bersama anak-anak eks Kanisius se-Toronto, kabel saya keluarkan dari daypack yang saya bawa canoeing. Ketika pulang, saya yang sudah ketularan si Petrus, sudah TOP alias tuwek ompong dan pikun, yah lupa memasukkannya lagi. Jadi itulah prens sadayana, dua 'event' di awal perjalanan kami menuju pulau Newfoundland, 5000 km lebih p.p. tanpa kemungkinan adanya bantuan dari GPS.

Untunglah doa-doa Anda senantiasa bersama hamba sehingga saya puter otakku sedikit, gimana caranya menyambungkan sang GPS dengan laptop, persisnya ke 'Microsoft Street and Trips' yang saya pasang di kompi itu. GPS akan selalu memberikan koordinat kita ada dimana. Kalau saja saya tahu lewat peta digital itu, dimana kami berada, bujur dan lintangnya di dalam ukuran derajat, menit dan detik, pastilah bisa dicocokkan. Voila eureka, bukan nama tenda si Benso yang baru tetapi ketemu fungsi di software Mikrosop tersebut untuk menemukan ada dimana di peta bila kita berikan latitude dan longitude- nya. Kupelajari lebih lanjut syntax atau format yang diminta sebagai input, bagaimana men-set GPS-ku supaya memberikan angka posisi di dalam format derajat menit dan detik. Akhirnya GPS "tersambung" lagi ke laptop melalui indera Bang Jeha Anda. Ctrl-F atau fungsi 'find' dari Microsoft Street Trips, select Lat/Long menu item, masukkan koordinat dari angka posisi si GPS, bles keluar posisi kita ada dimana di peta. Sambungan kampungan seperti itu sudah memberikan manfaat yang pertama ketika kami salah exit, padahal sudah mengikuti petunjuk peta menuju Des Voltigeurs campground di Quebec, penginapan pertama kami. Benny berhenti sebentar dan meminta saya mencocokkan ada dimana sebenarnya kita di peta. Dalam waktu sekejap, saya sebagai kenek pada saat itu dapat memberikan petunjuk kepada pilot, maksudnya supir Benny untuk kembali balik ke arah campground. Akhirnya kami sampai di gerbang campground, pada jam 4:30 sore alias 7,5 jam di jalan termasuk waktu yang dipakai untuk makan, stop kencing sekali dan stop isi bensin juga sekali.

Akan halnya harga bensin rek, seperti sudah kuduga, begitu mobil masuk kota Montreal, semua pompa bensin sepakat memperlihatkan harga 92.9 sen per liternya. Harga termahal sepanjang sejarah hidupku, tapi mental kami memang sudah kami siapkan sebab sebelum cabut sudah tahu bahwa harga minyak mentah sedang terus naik memecahkan rekor setiap hari. Lagipula bayar pake kartu plastik alias ngutang memang tidak terasa memberatkan meskipun harganya lumayan $ 67 sahaja. Karena ada 4 perempuan yang ikutan trip ini, so pasti kesempatan bisa belanja tidak boleh dilewatkan. Di pojokan pompa bensin ada tukang jagung sehingga patut dibeli, biarin mereka memakai bahasa tarzan lantaran si nyonya bule kang jagung cuma ngerti bahasa Perancis tok. Alhasil makan jagung bakar di atas bara api unggun merupakah salah satu 'highlight' makan malam kami disamping menikmati baladonya Janti yang sengaja dibuat tidak pedas untuk sahaya. Sekian dulu laporan etappe pertama turne Jeha Outfitter ke Newfoundland ini, sampai jumpa, bai bai lam lekom.

Home Next