Gros Morne Park X

Kalau Anda sudah lama tinggal di Kanada, pastilah pernah mendengar apa yang namanya 'newfie joke', suatu humor yang isinya sedikit banyak pelecehan akan ketelmian keblo'onan penduduk Newfoundland. Apakah memang mereka blo'on, who cares. Yang paling penting yang ingin saya saksikan resapkan amati adalah perilaku penduduk pulau ini ketika kita sehari-hari berinteraksi. Apakah memang mereka seramah seperti kabar burung maupun berita disana-sini? Meskipun baru beberapa hari dan juga saya cuma ngobrol umumnya dengan turis lainnya, feeling saya memang penduduk pulau ini lebih ramah dibandingkan warga Scarborough :-). Mereka yang tidak makan bangku sekolah (dugaan saya), aksennya khas, mirip dengan Irish campur Scottish accent, pokoke rada sukar ditangkap oleh kuping kotaan saya :-). Anak-anak muda seperti yang melayani di resto/toko maupun punggawa Parks Canada, bahasa Inggrisnya muanteb. Saya mempunyai pren pasutri yang bininya asli anak pulau Cape Breton. Tahun lalu pertama kalinya mereka mengunjungi Newfoundland dan ke Gros Morne juga. Itu sebabnya mereka memaksa kami agar jangan tidak pergi tahun ini. Rupanya mereka feeling sebagai sesama manula, tahun-tahun depan kemungkinan mah kami gempor bener melakukan pendakian penurunan sebanyak 4.5 km. Mereka juga bersaksi, karena sebagai sesama bule kalau malam nge-bir ke pub, bahwa penduduk pulau ini jauh lebih ramah dari warga Cape Breton dimana hampir setiap tahun mereka pulkam karena masih punya rumah di dekat North Sydney.

Pulau ini memang 'rugged' atau kasar indah mencekam pemandangannya tetapi rupanya disayang banget oleh para penghuninya. Barulah pertama kalinya saya kemping, dimana-mana di sekitar campground ada rumah-rumahan kecil dari kayu dengan logo selang buat memadamkan kebakaran. Rupanya sedapat mungkin mereka berusaha mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan karena ulah manusia. Sesuatu yang rutin di British Columbia maupun di Ontario setiap musim panas. Kalau kita intip ngelongok ke dalam rumah-rumahan di antara celah-celah kayunya, yang tersedia bukannya selang air tetapi tabung pemadam kebakaran yang berisi busa. Memang tidak cukup buat memadamkan kebakaran hutan tetapi bukankah setiap kebakaran, berasal dari api yang kecil termasuk "kebakaran rutang" tetangga ente :-). Sebelum tayangan melenceng jadi ngegosipin si Inem dan si Badu yang seabis kawin berantem mulu, kita balik ke relnya lagi.

Pada tahun 1987 badan PBB, UNESCO mencanangkan cagar Gros Morne sebagai World Heritage Site alias suatu tempat yang perlu dipelihara selain dinikmati pemandangannya. Bila Anda seorang geolog alias makan bangku sekolah geologi, tentulah Anda akan lebih maklum mengenai kehebatan peninggalan "pusaka alam" di pulau Newfoundland ini. Misalnya, hiking trail Tableland disebut sebagai 'a geologist's dream' bisa melihat contoh 'plate collisions' ketika kedua benua Amerika bagian utara dan Afrika bertabrakan dan membuat batuan karang yang tadinya ada di bawah air laut mencuat ke posisinya yang sekarang disitu. Kemarin sudah saya singgung fjord yang berubah menjadi danau dan beberapa danau seperti itu memegang peranan dalam menjadikan cagar ini suatu 'heritage site', warisan sejarah geologis. Masih ada beberapa peninggalan sejarah yang dirawat rapi oleh Parks Canada, antaranya Lobster Cove Head Lighthouse yang usianya sudah lebih dari 100 tahun tetapi masih berfungsi. Rumah tukang jaga mercu suar itu dijadikan museum yang kami kunjungi Senin pagi ini.

"Jumlah moose yang kamu tulis salah, bukan satu moose per 6 km persegi tetapi 6 moose/km persegi," kata si bojo yang membaca tayanganku yang ke sembilan setelah saya posting di suatu Internet cafe tak jauh dari mercu suar. Memang banyak kritikus dongenganku sebab pada umumnya mereka membacanya setelah saya tulis sebelum ditayangkan. Mereka juga yang mendukung dan menyemangati saya untuk terus mendongeng ketika saya katakan, siapa tahu suatu ketika tulisan saya bisa mendapat Hadiah Nobel di bidang Kesusasteraan tetapi khusus untuk orang sinting :-). Sudah ratusan jumlahnya foto-foto yang diambil Benso dan ia bercita-cita untuk memilih 12 yang terbagus agar dijadikan kalender sintingers tahun 2005 tak peduli ada yang mau beli atau kaga. Seriusan, kalau Anda seorang fotografer, apalagi sekelas seperti si Hadi Deegos warga serviamTO, saya yakin Anda tidak akan berkeberatan dilepasin di jalanan cagar alam Gros Morne.

Seperti saya singgung di tayangan terdahulu, kemungkinan pasti (bahasa apa pula itu :-)) kamilah pasutri manula Indonesia pertama yang pernah mendaki Gros Morne Mountain dan hari ini kami konfirmasikan di peta dunia pengunjung mercu suar di atas. Para pengunjung dipersilahkan menusukkan suatu jarum pentul berwarna ke kota asal mereka dan tak ada satupun jarum yang sudah tertancap di peta Nusantara, dengan kekecualian satu di Denpasar, Bali. Jadi kami tancapkan satu jarum di Jakarta dan satu lagi di Medan sehingga Indonesia terwakili oleh 3 jarum. Lumayan sebab memang tiada jarum dari kawasan Asia, yang penuh adalah dari Amerika Utara doang. Sekian dulu dongengan dari Gros Morne di hari ini, 30 Agustus 2004, sampai berjumpa di kisah selanjutnya. Bai bai lam lekom.

Home Next Previous