Gros Morne Park XI

Kemping di negeri Kanada ini sangatlah mencerahkan atau 'educational' bagi para kawula muda, anak-anak sekolah maksudku. Hari ini, 31 Agustus, acara utama kami adalah hiking sepanjang Tableland Trail dipandu oleh pak guru dari Parks Canada. Istilahnya 'guided walking tour' dimana kami diberikan crash course dari mulai ilmu geologi ke flora, fauna, sampai ke meteorologi. Yang paling mencekam adalah bahwa kita berkesempatan melihat batuan dari dalam bumi yang umurnya 600-an juta tahun yang terbentuk ketika dua benua Amerika Utara dan Afrika berciuman, seperti sudah saya singgung. Kata si bulek pemandu, di hanya 1% dari permukaan bumi ada daerah yang memperlihatkan batuan seperti itu. Disamping kecapannya mengenai geologi dan cem-macem batuan, yang hanya kuhapal yang bernama serpentite karena kaya ular, ia juga menunjukkan beberapa macam tanaman dan bunga yang biasanya tumbuh di iklim kutub tetapi karena khas dinginnya iklim di Tableland, bisa tumbuh disitu. Ketika ia menjelaskan bagaimana tanaman disitu berperilaku agar 'survive', saya teringat kepada para kolegaku sesama imigran Indo di Kanada. Kami semua "tercabut akar" kami ketika pindah ke negeri yang baru ini, yang terkadang keras seperti iklim di Tableland. Seperti juga tanaman bernama juniper dan lumut yang beradaptasi menjadi kecil, ceking rendah agar bisa hidup dari alam di sekelilingnya, karena mereka sudah diprogram untuk tidak lekas menyerah, demikian pula kita para imigran dimana saja, selayaknya bisa belajar dari tanaman seperti di Tableland.

Satu kejadian menarik ketika kami mulai berangkat tepat jam 10 pagi dari parking lot di awal trail Tableland. Pada saat yang bersamaan kami parkir, satu bis sekolah berisi beberapa puluh mayoritas manula, masuk ke parking lot. Karena kami antri untuk kencing dimana WC-nya cuma satu, dipakai borongan buat cewek atau cowok, maka pada saat kami siap, rombongan tersebut sudah mulai berjalan. Tentu saja kami susul untuk tidak mau ketinggalan pelajaran dari sang park ranger. Sampai di etappe atau perhentian kedua, si ranger lalu menjelaskan mengenai geologinya Tableland secara rinci, pake demo segala. Ketika ia selesai, jam 10:30 saat itu, ia lalu berkata kepada hadirin, acara sudah selesai dan silahkan pulang kembali ke kapal. Weladalah, ternyata kami ikut rombongan kapal cruise dan berhenti di Gros Morne (entah di pelabuhan yang mana). Pantesan ude pade tuwek sebab kawula muda umumnya masih ngumpulin duit buat bisa ikut cruise. Nah, di awal perjalanan, saya ada di belakang seorang oma-oma yang jalannya pakai tongket tertatih-tatih. Tidak lama di perhentian kedua, si oma dan si opanya balik kembali ke arah bis, mungkin medannya terlalu berat untuk mereka maupun angin kencang dan suhu dingin tidak lagi bisa mereka hadapi. Di dalam hati saya bersyukur dapat pergi bersama-sama keluarga muda seperti Benny dan Janti dimana prioritas hidup mereka bukan ngumpulin duit untuk 30 tahun lagi ikut cruise ke Gros Morne pakai tongkat, tetapi dibelanjakan sekarang mumpung masih sehat kuat.

Satu interaksi menarik lainnya adalah di binatu di Rocky Harbour ketika kedua nyonya sedang mencuci baju kami di laundromart. Seorang bapak juga ikut nyuci baju dan lalu saya ajak ngobrol ketika ia keluar. Ternyata ia juga dari Ontario, persisnya dari kota North Bay. Yang unik, ia naik motor sendirian ke Gros Morne dan isterinya nyusul naik montor mabur, turun di airport Stephenville. Airport itu kami sadari ketika sedang menuju Gros Morne dari Port aux Basques, kog tahu-tahu jauh dari kota mana saja ada airportnya. Ternyata kata si Malvern anak North Bay itu, sang airport tadinya pangkalan angkatan udara Amrik, US Air Force Base yang guedhe sekhalei, kemungkinan ketika Amrik masih berperang-dingin lawan Soviet. Ngobrol-ngobrol dengan doi senang juga mengetahui bahwa ternyata ada lagi yang lebih sinting dari kami, naik motor dari North Bay ke Gros Morne Park. "My wife has a business in North Bay, so she cannot afford to take the time all the way with me in the motorcycle," katanya berdalih untuk bininya. Masih mending lah si bos mau dan sempat juga jalan-jalan bersama suaminya.

Di beberapa tayangan terdahulu, saya mensyer satu dua peristiwa yang pertama kalinya saya alami di dalam perkempingan, meskipun saya dan nyonya sudah sekitar 100 kali pergi kemping. Misalnya dibangunin oleh weker, ketemu moose lelarian di dalam campground, adanya tabung pemadam api dimana-mana, deeste. Belum saya ceritakan bahwa kami sudah ke banyak cagar alam di Kanada, dari barat ke timur, baru pertama kali ini berjumpa dengan kolam renang di Gros Morne Park. Kolamnya juga lumayan besar, tidak kalah dengan kolam renang di L'Amoreaux Collegiate dekat rumah, tempat saya rutin berenang. Kebetulan cuaca di hari-hari terakhir di Gros Morne tidak mendukung alias lebih pas untuk acara indoor seperti berenang. Jadi kesanalah kami kemarin untuk menikmati berenang di air tawar tidak berombak. Airnya lumayan dingin tetapi karena referensi dingin kami kemarinnya adalah air Samudera Atlantik, sekitar setengah jam saya berenang laps plus 15-an menit bolak balik ke kolam whirlpool menghangatkan tubuh sedingin air Atlantik. Masih dalam rangka pengalaman pertama, sejak dari Ingonish campground sudah saya lihat ketika ibu-ibu sedang memasak di dapur umum. Di tengah-tengah tersedia sebuah tungku untuk masak atau oven jaman dinosaurus alias pakai kayu. Saya kira itu hanya benda pajangan untuk para campers manula bernostalgila. Tidak tahunya bisa dipakai dan kami lihat dimanfaatkan di campground Lomond River ini. Ketika saya wawancara si bule yang pake, "Why you prefer to cook with the woodstove instead with ordinary fuel?" Kuharapkan jawabannya karena lebih wangi harum masakannya, kaga tahunya karena mereka kehabisan bahan bakar. Sekian dulu dongengan di hari ke 11 trip kami, esok kami akan dibangunkan lagi oleh weker jam 4 pagi mengejar ferry di Port aux Basques. Bai bai lam lekom.

Home Next Previous