"Weker ada dimana Yen?," tanya Benny ke isterinya. "Wah, rasanya ada di tas di belakang mobil bagian bawah," jawab Janti. Kalau susah atau kaga ketemu, ga pa pa Ben, aku bisa bangun sebelum jam 4, kata saya ke mereka berdua. Secara mental, saya set weker alamiah di tubuhku jam 3 dan akibatnya meskipun kemudian tahu bahwa Benny sudah men-set weker jam 4, di jam segitulah saya bangun di hari ke 12 trip kami ini, 1 September 2004. Acara utama di pagi buta adalah bongkar tenda dan cabut langsung ke Port aux Basques sebab jaraknya dari campground kami di Lomond sekitar 325 km dimana sebagian dari route-nya jalanan kampung sehingga menurut Mikrosop, kami butuh 4 jam-an. Bongkar tenda, beresin sleeping bag, ranjang kami alias therm-a-rest, serta acara rutin di kamar kecil di pagi hari, membutuhkan waktu sampai jam 5 pagi. Itulah jam start kami dari campground dan berkat kepiawaian maupun kegesitan Benso nyetir, jam 8 pagi kurang 10 menit kami sudah sampai di terminal ferry Marine Atlantic, Port aux Basques. Meskipun booking kami sebetulnya untuk ferry yang jam 10:30, sejak sejam sebelumnya Benny udah ngebut 130-140 km/jam agar bisa numpak yang jam 8 pagi. "Good morning, how are you today," kata doi yang memang ramah ke petugas di loket gardu. "We have the booking for 10:30 but are wondering if we could go with the 8 o'clock ship," katanya lagi. "Sorry we are full," kata si bulek. Alhasil, kami nginyem, parkir mobil di jalur yang ditetapkan untuk rombongan jam 10:30. Saya memakai kesempatan untuk mandi di bawah pancuran di terminal, santaian saja. Selesai mandi, beli kopi sebab tak sempat masak air di campground, lalu nyerudut sambil nyalain kompi. Tahu-tahu si Benso ngelapor bahwa ia melihat mobil kita tinggal sendirian di jalur nomor 2 tersebut, yang lainnya sudah pada dimasukkan ke dalam palka ferry. Ja'ul, kataku, si bule kaga jelasin bahwa bisa 'waiting list' kaya begitu. "Pantes, itu orang di depan di samping kita pada nunggu di dalam mobil," kata Benny. "Rupanya meskipun mereka juga rombongan 10:30 mereka udah ngerti bisa nungguin, kalu-kalu jadi muat," katanya lagi. Masuk di akal memang sistim si tukang ferry sebab panjang setiap mobil yang udah booking/masuk untuk jam 8, tidak bisa mereka hitung persis sampai semua sudah masuk palka. Namun karena tidak mau menguciwakan para kustomer, mereka tidak berani menjamin atau mengatakan bahwa bisa nunggu. Tetapi karena namanya kumpeni, mencari keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuan mereka, selama nanti ada tempat buat dijejelin, mereka akan masukkin dong. Nah, sampai jam 8:45 kami masih tenang nungguin di dalam terminal. Tahu-tahu bojoku yang memang suka ngotot, nongol ngelongok keluar dan doi lihat kog masih ada yang pada masuk. Lalu ia blingsatan nyariin Benny dan ngumpulin kami untuk lari keluar menuju parkiran mobil (yang lumayan jauhnya, 100-an meter). Untungnya Benny supir utama kami juga berpikiran yang sama, ia sudah di mobil dan mendapat ijin untuk kalau dalam waktu semenit bisa ngumpulin semua penumpangnya, boleh masuk ke palka. Alhasil mobil kamilah yang terakhir masuk ke kapal MV Caribou dengan Internet servis gratisnya.
"Do you have potatoes with you?," tanya petugas di terminal ferry sebelum kami masuk ke lataran parkir. Ternyata ada pemeriksaan dari Canadian Food Inspection Agency yang mengawasi lalulintas kentang di seluruh Kanada. Ternyata lagi, kentang yang selama ini kami beli dan santap di Newfoundland, penyakitan prens :-). Gile juga. Pantesan kite semakin sinting azha rasanya. Seriusan, kentang berpenyakit itu cuma mempengaruhi kesehatan kentangers rupanya dan ga mempan terhadap sintingers :-). Sebagai ganti rugi 1/2 kantong kentang yang disita oleh CFIA, mereka memberikan kami brosur berisi info, bahwa ada cacing bernama golden nematode yang menjangkiti tanaman kentang di pulau Newfoundland dan Vancouver. Satu penyakit lagi yang hanya merasuki kentang Newfie adalah potato wart alias kutil kentang yang pasti tidak akan membuat kami kutilan. Pokoke prens, kalau Anda warga Toruntung dan sudah kangen untuk bersalaman pelukan dengan kami, dijamin keenam sohibmu bebas hama kentang.
Enam malam di Newfoundland, sempat menyimak mengalami betapa 'vulnerable unpredictable'nya cuaca di pulau itu, kami sungguh mensyukuri anugerahNya bahwa kami diberiNya kesempatan untuk mengunjungi tiga situs paling penting di cagar Gros Morne. Yang pertama tentu pendakian gunung Gros Morne yang meskipun cuma 800 meter, tidak bisa dianggap sepele. Sekarang kami maklum ketika sedang mendaki dan berpapasan dengan beberapa bule (sekali lagi kami satu-satunya wong Asia) kog mereka cuma bawa air minum (dan sudah turun dari puncak). Sekarang kami mengerti, dengan tidak membawa beban, cabut ketika udara cerah, mereka bisa naik turun dalam waktu 4 jam-an atau setengah-hari. Di buku petunjuk dicantumkan 7-8 jam sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mendaki sang gunung. Di cagar Gros Morne, suatu hal yang langka untuk sepanjang hari udaranya cerah. Hal itu kami alami di hari terakhir ketika kami hiking ke Tableland, situs 'must see' lainnya. Suhu tidak ideal, angin bertiup kencang dan pas setelah 'guided walking' berakhir, kami selesai makan siang di pinggir air terjun di ujung trail, hujan turun dan kabut menyelimuti Tableland. Situs satu lagi yang wajib dilihat adalah Western Brook Pond dengan airnya yang murni H2O alias tidak ada mineral-mineral lain di danau itu disamping keindahannya yang mencekam mata dan hati. Semuanya sudah kami sempat kunjungi tak lain berkat kerajinan Anda berdoa :-) dan terlebih kebaikanNya. Sampai berjumpa di kisah selanjutnya, bai bai lam lekom.