Gros Morne Park XIII

Tidak terasa sudah 13 hari lamanya kami kemping keliling propinsi-propinsi bagian timur Kanada. Seperti sudah Anda lihat lewat foto yang saya syer, kami membawa 2 peserta mewakili generasi ABG. Meskipun mereka relatif masih kinyis-kinyis alias baik, nurutan banget, udah gitu akur lagi antara empok adiknya, tidak semua anak seusia demikian tahan untuk dibawa naik mobil ribuan kilometer, terkadang beberapa jam non-stop seperti kemarin pagi ketika babenya ngebut dari Lomond River jam 5 sampai di Port aux Basques jam 8. Ada beberapa kiat untuk membuat anak-anak betah diajak berjalan jauh-jauh, antaranya sediakan mainan yang banyak. Satu hal yang penting dan terjadi di dalam trip kami adalah memasak makanan yang enak-enak yang mereka sukai. Meskipun mereka tidak rewel di dalam menu masakan atau makanan yang disajikan tetapi memang enyak maupun Tante Cecile-nya pandai masak (dipuji dikit sebab perjalanan masih beberapa hari :-)). Seriusan, merekalah yang mengusulkan agar saya mensyer menu enak-enak yang setiap harinya mereka nikmati. Karena soal masakan saya tidak terlalu rewel sih, indomie goreng setiap pagi juga oke maka tidak saya catat atau hapal 'gourmet food' apa saja yang kedua ibu di trip ini sajikan. Yang teringat adalah ayam teriyakinya Janti, nasi kuning bojoku (yang kemarin encore performance alias kami santap lagi), mie pancake kreasi mereka berdua, pita berisi kentang ham karya Janti, pasta a la Cecilia dan nasi goreng beberapa kali. Oya, saya membuat appetizer, garlic bread yang memicu mereka agar supaya saya mensyer makanan enak apa azha yang kami santap. Sebagai ibu isteri yang baik, kedua bos juga tidak lupa menyajikan atau buah atau sayuran cah atau sup sehingga kami semua mendapat gizi yang cukup. Jadi itulah, anak-anak perlu diperhatikan di dalam setiap trip sebab kebutuhan mereka sering berlainan dengan kita, untungnya soal perut mah sama :-).

Hati kami bahagia sekali kemarin setelah diguyur disiram hujan yang tak henti-hentinya seharian semalaman sampai pagi di Gros Morne, untuk tiba di Nova Scotia yang bersinar cerah. Dengan sigap tenda-tenda yang basah kami pasang setelah selesai memilih lahan yang sip di cagar Whycocomagh di suatu 'Indian Reserve' di pinggir Highway 105, Cape Breton Island. Tali jemuran juga dengan sigra dipasang sehingga dari mulai CD sampai ke handuk yang basah dari Newfoundland dapat kami jembrengkan. Selesai beberes kami keluar syoping di supermarket terdekat tak jauh dari campground. Menu utama makan malam adalah 'fish and chip' dimana tinggal digoreng blas. Saya juga bisa kalau begitu mah tetapi anak-anak kembali senang sebab suatu variasi bagi mereka alias tidak membosankan setelah lebih sering makan nasi mulu :-). Bagi Meilisa dan Clarisa, campground ketujuh di dalam trip ke Gros Morne ini adalah 'da best' katanya sebab washroom dengan showernya super duper clean, kata mereka lagi. Salah satu kiat lainnya untuk kemping dengan mereka yang belum sinting, agar kerasan di campsite adalah mencari tempat gituan yang oke punya. Juga jangan lupa bahwa anak-anak perlu kita beri tugas dari waktu ke waktu sehingga hidup menjadi tidak 'boring' bagi mereka. Nah, tugas dari Bang Jeha yang sudah semakin sinting makan kentang Newfie penyakitan adalah nge-shoot keadaan WC perempuan. Soalnya banyak cowok yang ampe mati kepengen sebetulnya ngeliat masuk kedalam WC cewek, apakah betul sas-sus bahwa di WC tersebut suka disediakan sofa buat mereka ngerumpi dan gosipin kite cowok :-). Ternyata, laporan kedua wartawati cilik yang saya kasih PR ngambil video WC perempuan di Whycocomagh mengkonfirmasikan adanya sofa tersebut :-). Kaga percaya ya ga pa pa sebab namanya juga dongengan. :-)

Hari ke 13 di trip ini kami manfaatkan, ditemani udara yang cerah, untuk mengelilingi bagian tengah Cape Breton Island dimana sebelumnya sudah kami jelajahi Cabot Trail-nya. Tujuan utama adalah ke suatu warung lobster, konon satu-satunya di pantai barat pulau Cape Breton, bernama Margaree Lobster Pound. Soalnya ada 5 peserta, 3 bangkotan, 2 cilik yang demen banget lobster. Setengah jam setelah saya selesai makan, bangkotans masih ngeganyang lobster bertelur yang tentu segar, asyik berenang sebelum nasib malang menimpa keempatnya di hari ini, masuk kuali perebusan dan disantap prens Anda. Untuk saya sih, kalaupun menunya indomie, akan tetap asyik sebab pemandangan di warung di tepi Margaree River itu indah permai, lautnya menggelora dengan ombak bergelegar sehingga mirip Pantai Pangumbahan di Sukabumi selatan. Pemandangan sepanjang Lake Ainsle dalam perjalanan dari Whycocomagh sampai Margaree Forks boljug tetapi karena angin yang kencang di pagi hari itu, airnya berombak dan tidak mengundang menitik-liurkan untuk canoeing. Pas sampai di dekat perpustakaan umum, Benso sponsor utama penayangan serial ini menjerit ke saya yang sedang nyupir untuk berhenti karena terlihat poster adanya fasilitas Internet. Dasar gila Web, sahaya langsung masuk ke warnetnya, dimana mereka pasang fee, padahal kalau masuk ke perpustakaan, ada sambungan free wireless Internet, trims kepada pemerintah Nova Scotia. Ga pa pa lach yauw, kecanduan Anda membaca dongengan serial ini perlu dipenuhi supaya Anda tetap rajin mendoakan perjalanan kami yang masih beberapa hari lagi. Sampai kisah berikutnya, bai bai lam lekom.

Home Next Previous