Gros Morne Park II

Hari kedua di perjalanan dimulai Minggu pagi 22 Agustus dengan udara yang cerah, sejuk, kaga ada nyamuk apalagi black flies-nya. Inilah saat-saat kemping yang mulai ideal sebenarnya. Malam semakin panjang alias kesempatan untuk merenung di muka api unggun semakin banyak, ditambah camilan seperti jagung bakar atau di hari-hari mendatang, sosis, marshmallow, ubi, kentang, dan semua makanan asyik yang bisa masuk ke api, itulah salah satu kenikmatan acara kemping. Sebab-sebab utamanya sudah pernah saya kemukakan, yakni bernostalgia sesuai dengan sisa-sisa neuron purba yang masih ada di otak kita, sejak jaman kakek nenek moyang kempingan terus di dalam gua :-). Tentu saja sesuai dengan teori 'evolutionary psycho' alias adaptasi intinya, sudah banyak orang yang emoh jijik kemping dan di antaranya mereka teman-teminmu kalau bukan ente sendiri ye :-).

Dongengan kuteruskan mumpung masih ada sambungan DSL serba wus-wus-wus di kampung Fredericton ini. Kaga tahu kenapa sambungan Internet di Kanada, kog kalau dari ndeso kaya Fred dan Winnipeg yang tahun lalu kukunjungi, luar biasa cepatnya tetapi kalau di kota metropolitan kaya Toronto, seperti kocoran air ledeng di rumah nyokapku di Jakarta. Eniwe, kumulai melenceng dah dari judul dongengan. Kembali ke rel, hanya kami satu-satunya orang non Perancis, non-Quebecois di campground tersebut, apalagi yang matanya rada sipit dan kulitnya kuning langsat. Yup, oui, semuanya bule-bule, ada yang kelihatannya judes alias kaga mau negur, ada yang balas manggut nyengir kalau disapa. Fasilitas washroom-nya putus dibandingkan dengan, cuma, cagar alam Killarney atau George Lake campground yang belum lama ini dipromosikan di milis serviamTO oleh Bang Roli. Suwer, air panasnya macet kaga jalan alias dimatiin, WC-nya cuma ada satu, urinoir buat kencing juga satu. Untungnya saya kaga pernah kebelet mau boker sebab kalau sudah kepaksa, saya mah akan masuk azha ke WC cewek, urusan belakangan :-).

Makan pagi pertama di acara kempingan ini, kalau Anda melihat bawaan atau load kami di mobil, dimana canoe pack saya mesti naik ke atas atap saking berjubelannya, adalah yup Indomie goreng. Ada sekitar 2 dos yang dibawa oleh Janti, yang memang merupakan sub-agen Indomie di GTA, Greater Toronto Area untuk para pembaca bukan anak Kanada. Hesbatnya variasi jenis indomie yang dibawa adalah dari 27 propinsi sebab konon, berkat masukan dari kita-kita anak Indo di luar batang yang sering kangen masakan eks kampung kita, Indofood menciptakan 27 flavour. Sudah bisa dipastikan, sahaya pilih yang versi Jawa azha dibandingkan yang akan pedes seperti yang a la Padang. Berkat kegesitan atau lebih tepat kekompakan 2 keluarga yang kemping, acara rutin di pagi hari selesai, sedemikian sehingga pas jam 8 pagi kami sudah meninggalkan campground menuju Fredericton.

Inilah etappe atau trayek terpanjang kami dalam perjalanan perginya sebab total jarak dari desa Saint-Charles-de-Drummond ke Fredericton lebih dari 700 km. Hampir 400 km ditempuh sepanjang highway 20 di pesisir selatan St. Lawrence River. Pemandangannya lumejen, semakin mendekati muara atau Riviere-du-Loop/Rimouski, semakin asyik. Di du-Loop kami berbelok ke arah tenggara menuju Fred. Tidak lama masuk di highway 105 dan menjelang propinsi New Brunswick pemandangan semakin indah. Ya, selain Ontario, propinsi ini adalah yang terindah di Kanada deh, hanya warga BC/Alberta yang mungkin tidak setuju dengan pernyataan 'biased' Bang Jeha Anda. Masalahnya prens, berape duit buat ke BC, naik mobil seminggu baru sampai, naik montor mabur sediakan 500 dollar saja seorangnya, paling murah.

Saya dan nyonya mempunyai kesan pemandangan indah karena terakhir kami ke New Brunswick, melewati pesisir pantai timurnya di tepi Samudera Atlantik dari kota Moncton ke utara. Pada saat itu pemandangan musim rontoknya sedang 'peak' atau dalam keadaan puncaknya, tidak kalah dari pemandangan 'fall' dimana saja di Ontario, kalau tidak lebih spektakuler karena luasnya. Kalau lagi peak, pemandangan musim rontok di Ontario yang bagus bisa kita jumpai di cagar alam Algonquin, antaranya di daerah Rock Lake. Kami stop makan siang di salah kota yang cukup besar, Edmunston tetapi cabut lagi ke Fred sebab nyonya rumah sudah lama menanti-nantikan kunjungan Bang Jeha dan empoknya, sejak doi cabut dari Melayu, karena peristiwa laknat Mei 1998. Dengan hanya nyasar sekali sebab Benso sopir kami exit di Highway 8, yang tak ada di route Streets and Trips kunoku, tak jauh dari rumah tujuan kami, berkat GPS dan tahu ada dimana kami, jam 5 pas waktu setempat, kami tiba di tujuan etappe kedua perjalanan kami ini. Sekian dulu, sampai di kisah selanjutnya, bai bai lam lekom.

Home Next Previous