The Hurting People XIV

(Suatu Renungan Kitab Ayub)

Sudah 13 tayangan yang saya tulis mengenai 'hurting people', orang terluka hati. Lalu ada yang bertanya, "Eh jus, apa kamu sendiri tidak pernah terluka hati tuh, sehingga orang lainnnnn aja yang diceritakan?" "You've got to be kidding." Mana ada manusia hidup yang tak pernah terluka hatinya atau dilukai. Seperti pernah saya singgung, apabila hidup Anda cukup aktif, pergaulan Anda cukup luas, karya Anda bukan saja di rumah dan di kantor, sering menulis tayangan :-), pasti Anda akan melukai hati orang maupun dilukai. Itulah hidup dan sungguh hidup menjadi lebih bermakna bagi saya daripada "melungker" saja.

Di dalam hidup saya yang sudah hampir setengah abad, ada dua tiga pengalaman sakit hati traumatis. Ada satu dua yang saya sudah melampaui proses 70 x 7 pengampunan alias sudah saya lupakan dan tidak menghantui saya lagi. Ada satu dua yang saya masih di dalam proses 70 x 7 pengampunan. Salah satunya adalah karya saya di antara Umat Katolik Indonesia di Toronto ini. Ya, sebetulnya saya sudah non-aktif atau berhenti dari kepengurusan tetapi masih ada saja "panah beracun" yang menghunjam hati saya. "Panah" yang terakhir sbb.

Saya dan Cecilia kan jauh-jauh hari sudah merencanakan untuk pergi ke Ottawa ikut Winter Festival bernama Winterlude week-end tanggal 7 Pebruari lalu. Apa mau dikata, saya terjatuh pada saat latihan skating dan kaki saya patah seminggu sebelum itu. Alhasil saya tidak jadi pergi kan. Nah, apa lalu "gossip" yang sedang beredar di Toronto? "Si jusni patah kakinya karena mau melarikan diri dari UKI," begitu kira-kira. Mengapa ada "gossip" itu? Karena kepergian saya jatuh bertepatan dengan perayaan HUT UKI ke 17 dan memang saya tidak akan menghadirinya atau "kabur". Saya sedang mencoba menambahkan ke angka di atas pengampunan saya kepada sumber "gossip" maupun ke yang sedang menyebarkannya. Bisa saja saya bertanya, "Apa maksudmu di luar UKI Toronto tidak ada rahmat dan orang yang non-aktif lagi patut dipatahkan kakinya?" Kalau saya bertanya seperti itu, saya membuat orang bersangkutan terluka hatinya, terlebih kalau ia secara jujur tidak bermaksud melakukan apa yang namanya 'instilling guilt feeling' ke dalam diri saya. Lalu Anda berkata, "Eh jus, kamu merasa bersalah apa tidak aktif lagi?" "You've got to be kidding again. Saya ingin mengalihkan kegiatan saya memang di luar UKI dan saya percaya rahmat-Nya ada dimana-mana."

Hehehe, sudah jatuh tertimpa tangga ya, patah kaki dan sekarang di"gossipin". Nasib saya jauh lebih bagus dari si Ayub, namun daripada saya marah-marah tidak keruan, lebih baik saya menulis dan membaca kembali Kitab Ayub :-). Ada 3 teman Ayub yang juga kurang ajar. Seorang bernama Elifas berkata begini, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi tanganNya menyembuhkan pula" (Ayub 5:17-18). Jawab saya ke Elifas: "Hogwash, sontoloyo, apa kamu kira luka dan pukulan datangnya dari Allah?" Apa jawaban Ayub yang sedang menderita sederita-deritanya? "Ah, kiranya terkabul permintaanku dan Allah memberi apa yang kuharapkan! Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tanganNya dan menghabisi nyawaku! Itulah yang masih merupakan hiburan bagiku, bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan, sebab aku tidak pernah menyangkal firman yang Mahakudus (Ayub 6:8-10).

Kasihan memang engkau Yub, nasibmu sudah sedemikian malang, mempunyai teman- teman yang kurang ajar lagi. Nasibku masih jauh lebih baik, Tuhanku masih tidak kupertanyakan 'why', namun aku percaya kemalanganku akan membawa berkah bagiku di kemudian hari. Apa itu aku tak tahu tapi aku yakin. Yub, temanmu si Bildad tidak kalah kurang ajarnya dari si Elifas. Katanya, "Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air? Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain. Demikian pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba" (Ayub 8: 11-14). Jawabanku: "Bildad, Bildad, kamu memang 'self-righteous', seperti banyak orang di Toronto ini, pandangan kamu jadinya serba sempit. Kamu menganggap hanya rawamu dan airmu yang membuat hidup, tidak ada keselamatan di luar yang kamu yakini dan anut. Kasihan orang sepertimu." "Tetapi Yub, engkau memang hebat, patut kupuji. Bukannya kamu sikat orang seperti si Elifas dan si Bildad, tetapi engkau berkata, "Sungguh aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah" (Ayub 9:2). Terima kasih Yub, aku akan merenungkan lagi jawabanmu yang terakhir ini." Salam dari Toronto terutama kepada Anda-anda yang sedang "sudah jatuh tertimpa tangga". Semoga "tangga" berikutnya tidak akan membuat saya mengulangi lagi membaca Kitab Ayub dari awal sampai akhir :-).

Home Next Previous