The Hurting People XIX

Di tayangan serial ini yang terdahulu, saya pernah bercerita tentang ibu sendirian, 'single mother' yang terluka. Ayah sendirian tentu tidak kalah banyaknya. Nah, ayah sendirian ini, di Kanada maupun saya kira di Amerika Serikat, umumnya sama nasibnya. Saya berbicara mewakili ayah sendirian yang saya kenal, yakni yang "orang baik-baik" alias bukan yang abusive. Bukan yang menyiksa isteri dan anaknya, tetapi yang pernikahannya amburadul karena hubungan suami-isteri yang sudah tidak menjadi sakramen lagi melainkan menjadi "musuh di dalam selimut", dalam arti sebenarnya. Apa maksudnya senasib? Ayah sendirian, dari apa yang saya lihat dan alami dan baca, umumnya dikalahkan di pengadilan kalau itu menyangkut 'children custody', pengasuhan si anak. Hampir selalu anak ikut sang isteri dan sering, ini adalah fakta, bahwa sebetulnya sang ayah lebih mampu untuk membesarkan anaknya dibanding sang ibu. Nah, saya mempunyai teman yang agar supaya anonim, saya sebut saja namanya Ramidjo Hadiprodjo. Kalau sampai sama dengan nama orang yang Anda kenal, itu hanyalah kebetulan belaka.

Setelah menikah beberapa tahun dan mempunyai anak, Mas Ram cekcok terus dengan isterinya yang sudah tidak tercinta lagi. Isterinya sakit. Yah, saya kenal keduanya dan sejak dahulu saya bilang ke Cecile, "Itu Mbaknya Mas Ram sakit Yang." Melihat ulahnya, Cecilia setuju dengan pendapat saya. Karena tidak mau mencampuri urusan "dalam negeri" teman saya tentu saya tidak berani mengatakan kepada Mas Ram pada saat hubungan mereka masih oke kelihatannya. Sampai suatu ketika saya mendengar ia dalam proses bercerai. Cerita-cerita yang dibagikan- nya kepada saya mendukung teori atau pendapat saya. "Isterimu memang sakit Mas," kata saya kepadanya dan ia setuju. Karena yang bersangkutan tidak merasa sakit, tentu Mas Ram tidak dapat memaksa untuk mencari pengobatan, apalagi sakitnya bukan sakit fisik tetapi psikis. Wah, cerita mengenai anak-anaknya yang tidak mendapat ijin pengadilan untuk bertemu dengannya, apalagi tinggal serumah benar-benar membuat hati saya ikut nelangsa bersamanya. Isterinya dibantu dengan lawyer yang memang ahli atau lihay dalam soal begini untuk mencari-cari kesalahan Mas Ram (yang memang ada) dapat membuat beliau hanya gigit jari. Belum cukup sudah jatuh tertimpa tangga 2 kali, isteri sakit, pernikahan amburadul dan anak tidak boleh ditemui, gajinya pun sebagian besar harus disetor atau dipaksa-setor oleh pengadilan untuk membiayai hidup rumah tangga isteri bersama anak-anaknya. Dimana letaknya keadilan? Siapa yang bilang hidup di dunia selalu adil? Ya, orang terluka tidak berkehabisan saya temui dan setiap kali saya mendampingi mereka, secara ironis dan tragis saya mensyukuri nasibku. Saya sering mengatakan kepada diri saya sendiri atau berbagi dengan Cecilia, bahwa salibku atau salib kami tidak ada artinya dibanding sebagian teman-temanku manusia terluka. Semoga demikian pula halnya Anda, mampu bersyukur kepada Yang Mahakuasa bahwa percobaan atau salib Anda, masih sanggup Anda pikul dan Anda masih diberikan kesehatan untuk membaca tayanganku ini :-). Salam dari Toronto, jangan lupa untuk mengingat dan mendoakan manusia yang sedang terluka, kali ini bagi para ayah sendirian.

Home Next Previous