Sudah agak lama saya tidak berjumpa dengan teman saya ini. Enaknya kita panggil siapa dia ya? Oget deh, nanti Anda akan jelas kenapa saya panggil ia Oget :-). Beberapa waktu lalu saya mendatanginya dan seperti biasanya, dengan ramah ia menyambut saya, "How are you jusni, haven't seen you for a while." "I am fine Oget, thanks, good to see you and you are smiling too." "Yes, of course I need to smile." "How are things?", tanya saya. "Well, as you know, I told you last time about her (salah seorang anaknya, remaja perempuan), she is now back at home. Things could be better, but I am managing." "What happened?", kata saya lagi. "I became a grandfather." "What?" "Yes, she was pregnant and delivered a baby." "Oh my. Do you know the father?" "I think so but he left her as soon as he found out she is pregnant." "Does the baby live with you?" "No, she gave him up for adoption." "Oh my. So how do you feel now." "I am OK, she chose to live that way but now that she wanted to go back to school, I took her in. Her life is still a bit of a mess though."
Ya, itulah temanku Oget, Opa kaGET, alias menjadi opa secara mendadak begitu. Waktu saya berkenalan dengan dia, ada 2 anaknya, remaja perempuan. Yang sulung memilih untuk hidup normal tetapi yang bungsu memilih hidup abnormal meskipun keduanya, tentu menurut Oget dan saya percaya dia, mendapat perlakuan sama. Cukup panjang kisah sengsara Oget tetapi satu hal, yang ia selalu syukuri, pernikahannya tidak tergoncangkan oleh badai demi badai yang melandanya. Ia selalu berpikir positip. Saya tidak pernah membawa-bawa Tuhan atau agama di dalam berdiskusi dengan dia karena saya memang tidak berminat menginjilinya. Jadi meski Roh Kudus tidak menyertainya :-), berkat ilmu kehidupan yang sudah dimilikinya pada waktu anaknya menjadi "toxic" ia selamat dan pernikahannya tidak sampai amburadul.
Pulang ke rumah, saya bercerita kisah Oget (yang juga dikenal Cecile) dan tragedi kehidupan yang menimpanya namun ia tetap bersikap positip. Isteriku mempunyai salah satu "misi" mendoakan ibu-ibu seperti anaknya Oget. Di kota ini ada rumah penampungan kepunyaan yayasan Katolik bernama Rosalie Hall. Ibu-ibu kaget pergi kesitu untuk melahirkan dan lalu mempunyai pilihan, apakah sang anak akan diasuhnya terus, atau memberikan si bayi untuk diadopsi. Sebetulnya di tanah air pun pasti ada sebab puluhan tahun lalu, ibu kaget seperti itu pernah ditampung ibu saya untuk menginap beberapa malam dan lalu di-transfer ke tempat melahirkan bayinya di sekitar kota Bogor. Juga, saya yakin banyak oget-oget (opa dan oma kaget) di tanah air. Apalagi narkotik seperti dilaporkan Jim ternyata sudah mulai melanda. Soalnya sering pecandu narkotik dan ibu serta ayah kaget berjalan seiring alias orangnya dia-dia juga. Hanya tragis sekali kalau membaca cerita mengenai bayi yang sampai dilahirkan oleh seorang ibu pecandu narkotik :-(.
"Mengapa anak sekarang kog memakai narkotik untuk melamun dan anak generasiku membaca komik?", kata Noordin. Karena kata sementara orang membaca komik buruk sekali akibatnya! :-) Jadi ia menghindari "setan komik" tetapi jatuh ke dalam perangkap setan narkotik. Seperti pernah saya sitir di dalam tayangan serial saya 'Addiction', itulah kenyataan. Generasi sekarang, protes pembangkangannya tidak cukup hanya dengan mengisap rokok, atau membaca komik di loteng seperti generasinya Noordin :-). Mereka "harus" melakukan hal-hal yang lebih "hebat" dan mencengangkan termasuk membuat ortu menjadi oget-oget. Nah, bila Anda adalah ortu anak remaja, memang harapan kita semua Anda tidak sampai menjadi oget tetapi bila sampai terjadi, it's not the end of the world! Anda mempunyai banyak sekali pilihan, termasuk pilihan untuk menjadi atau tidak menjadi manusia sakit hati dan menjadi tokoh tayangan serial ini. Semoga memang tidak akan pernah terjadi pada diri kita semua warga Net ini. Salam dari Toronto.