The Hurting People XXV

Kriingggg ... kriinngggg ... "IBM Lab, jusni speaking." Bukan, ini bukan 'double posting' atau sama isinya dengan THP ke 24 tetapi tayangan baru :-). Ya, di hari yang sama dengan V. yang menelepon saya kemarin dulu, saya mendapat telepon dari C., lagi-lagi mantan anak buah saya. Sekali lagi, C. pun menjadi mangsa down-sizing, ya ngga heran, ratusan manusia di-PHK-kan oleh kantorku waktu sahamnya anjlok luar biasa. Seolah-olah kedua anak itu tahu bahwa saya meski ada di kantor sedang cuti. "Jusni, I got an interview for tomorrow." "Good for you, what kind of company?" "An agent that is supplying programmers for IBM Rochester." "Good, so your experience should be beneficial." "Yes, but what can I say?"

Sekali lagi, C. ini PD-nya masih rendah :-(. Selama ini ia lebih banyak ikut kursus disana-sini dibandingkan dengan bekerja. "You can say a lot C. Tell them about your experience with me in that S/36 project. S/36 is a viable platform under OS/400. Tell them about the library control system that you once helped support. All development laboratories need it." "Yes, but what if they ask me whether I can write C programs? I have only written some in my courses." "Then tell them that." "Should I ask them whether they will provide education and training?" "What?, oh my, now I know why you haven't been successful so far." "Yes, in my interviews, if they ask me whether I can do something and I don't know, I ask them whether they will provide training." "I wouldn't ask my interviewer whether he/she will provide training. I will tell them either I have no experience or I don't know much about that. If they are not interested in or do not need skills I have, likely they will not hire me. But if there's skill I just need to hone I would say I have some experience and tell them what kind. Tell them what you have done, not what you have read. The last one doesn't count. Also, I would never mention words training and education. If the company is a good one, they will provide."

"Oooh jusni, why is it so difficult to get a job." "Yes, it could be. You said you had 3 interviews few days ago. Tell me more about it." "One company offered me a job that is too low, some kind of data entry, repetitive." "Is it a good company? I wouldn't say a job is too low, even data entry. I would rather check how good or what kind of company and if there's an opportuniy for me to be promoted, I would grab that data entry job. You've got to start somewhere. Tell me C. do you really need to work?" "What do you mean? Of course I need to work." "I mean, do you financially have to work. I believe your husband works full time." "Yes, but I am not use to stay at home doing nothing." "Well, you don't have to stay at home and doing nothing. If you don't need the money from working, there are thousands of volunteer jobs you can do. Food banks, hospitals, home for the elders, they all need people." "I don't like that type of job, I want job with money."

Ya, itulah cuplikan dialog saya dengan C. yang semangatnya untuk bekerja lagi luar biasa besarnya sehingga ia terus bersekolah. Sialnya, perusahaan selalu mencari orang yang sudah berpengalaman dan ilmu dari sekolahnya "tidak laku". Ditambah dengan 'luka hati' yang dideritanya C. memang termasuk kelompok yang tidak bernasib baik. Sudah begitu, saya yakin kurang PD-nya itu tampil di dalam interview-interviewnya seperti diceritakannya ke saya. Pagi ini saya menikmati pekerjaan yang namanya 'ngecat'. Ya, saya mencat pintu garasi dan satu dinding di muka rumah. Sambil asyik mengayunkan kwas ke kiri dan ke kanan, saya lalu teringat kepada film klasik Tom Sawyer. Kalau Anda juga masih ingat, si Tom yang badung dikenakan hukuman oleh ayahnya untuk mencat pagar rumah. Nah, dasar ia cerdik, begitu ia melihat temannya datang, ia lalu bersandiwara. Dengan asyik dan santainya ia mencat, seolah-olah ia sedang di kahyangan :-). Tentu saja temannya terheran-heran dan tertarik untuk juga melakukannya. Alhasil, baru sesudah si Tom "dibayar" (kalau tidak salah ia mendapat kodok) maka temannya diijinkannya menikmati 'ngecat' pintu pagarnya. Ya, itulah bedanya seseorang yang mencintai pekerjaannya, apapun pekerjaan itu, dengan yang memandang sesuatu pekerjaan rendah atau hina.

Saya cukup berhasil dalam membantu V. kembali ke PD-nya. Dari waktu ke waktu saya meng-'appraise' dia di Pizza Hut. "You are doing good V., I am proud of you." Saya belum berhasil membantu C. dalam PD-nya. Ia terluka lebih dalam dibanding V. Hal ini tampak dari beberapa temanku yang lainnya juga. Mereka sering menanyakan kabar dari juragan yang "mendepaknya" keluar. Sering saya berkata, "Forget him/her, continue with your life." Tapi disinilah uniknya manusia, ada yang mandeg dan terus terluka hati dan mengingat-ingat, mengenang- ngenang pengalaman traumatisnya, ada yang mengampuni, belajar dari pengalaman dan "tinggal landas" menuju tempat lainnya. Semoga Anda dan saya ada di kelompok yang terakhir sebab kita semua, sedikit banyak adalah manusia terluka. Menurut saya, bersikap "tiada maaf bagimu" menandakan kita tidak ber-PD dan tidak "PD" (Percaya Dia, Sang Mahapengampun). Salam dari Toronto.

Home Next Previous