The Hurting People XXVI

Terlalu banyak melamun :-), serial THP ini sudah sekitar sebulanan tertunda padahal dari waktu ke waktu ada saja 'THP' yang melintasi jalan hidupku. Apakah Anda mempunyai teman atau anggota keluarga dimana Anda atau yang lain harus berhati-hati bila berbicara dan bersikap di depan beliau? Takut kalau- kalau membuat ia tersinggung dan marah dan moring-moring? Syukurlah kalau Anda dapat dengan lantang berkata, "Temanku ndablek semuanya, ngga ada yang tersinggung meskipun aku bilang amoy dan akew dan entong asal jangan dirampok dan dibakar rumahnya," kata Natali. Saya tidak beruntung seperti Natali dan mempunyai anggota keluarga model tersinggungan seperti itu.

Kata anggota keluargaku yang lain, ya kita cuma bisa berdoa saja, suatu waktu pasti ia akan berubah. Memang saya percaya akan kuasa doa tetapi lalu saya katakan, "Tidak, kita dapat berbuat sesuatu." Kadang-kadang, orang yang sering tersinggung, dilanda kekurangan PD (percaya diri). Bisa juga ia sedang dalam keadaan stress, tidak oke dan tidak hepi. Tetapi kalau selalu orang harus berhati-hati berbicara dan bersikap terhadapnya, something is not right. Nah, namanya anggota keluarga, jelas saya tahu latar belakang mengapa ia menjadi seperti itu, memiliki kekurangan PD maha-hebat. Bukan itu yang ingin saya ceritakan dan bagikan, namun mengapa menurut saya ia tetap seperti itu.

Intisarinya adalah karena isterinya seorang 'enabler'. Apa itu? Di dalam THP XVII, pada saat menokohkan buku berjudul 'Codependent No More' oleh Melody Beattie, saya sudah menjelaskan ketergantungan satu sama lain manusia yang berlandaskan sesuatu yang "sakit". Sikap 'enabling' ini pun membuahkan orang yang sakit hatinya dan tidak sembuh-sembuh karenanya. "Wong ngapain aku berubah atau mencari kesembuhan, aku tidak sakit kog, kamu yang sakit yang telah menghina aku," demikian salah satu dalihnya. Yah, manusia kurang PD ini selalu melihat orang lain yang salah dan introspeksi diri sendiri tidak ada di kamusnya. "Kamu harus minta maaf ke aku," katanya lagi padahal ia sendiri tidak ingat berapa seringnya ia menyemprot dan menyikat orang lain :-(.

Karena ulah 'enabling' dari semua orang di sekitarnya yah dari waktu ke waktu ulahnya membuat banyak anggota keluarga lain menjadi 'THP' sesaat juga. Banyak hal yang dapat dilakukan kalau saya menjadi isterinya. Salah satunya adalah menganjurkan beliau untuk ikut session 'healing the inner hurt'. Ini tidak ada urusan dengan rohani sebab memang ia kurang suka akan rohani-rohanian. Saya sendiri belum pernah ikut, tapi hanya tahu dari membaca dan juga dari cerita-cerita seorang sahabatku yang berkecimpung di dalam urusan itu. Salah duanya adalah dengan bersikap, 'your attitude is not acceptable'. Memang ia sering 'abusive' terhadap isterinya dan yang bersangkutan menganggap itu adalah beban salib yang harus dipikulnya :-(. Tentu saja ia akan 'abusive' karena tahu itulah reaksi isterinya yang paling-paling hanya dapat menangis. Salah tiganya adalah dengan mengikuti konseling. Memang orang seperti itu mungkin mesti diseret dan diberi ultimatum untuk ikut konseling sebab kembali, ia tidak tahu bahwa dirinya adalah sumber kesusahan. Hanya, dibutuhkan keberanian untuk bertindak yang kata orang sini, 'taking a stand causes a crisis'. Masalahnya sang isteri tidak senang akan krisis dan lebih suka bersedih dan menangis dan berdoa dengan akibat mereka menjadi 'THP' abadi :-(. Semoga tidak ada satupun di antara Anda yang menjadi 'enabler', "senasib" dengan dia. Untuk itu, saya akan berdoa malam ini. Salam dari Toronto, selamat berakhir pekan.

Home Next Previous