The Hurting People XXVII

Sudah cukup lama tayangan serial ini tidak mengudara. Bukan karena saya sudah tidak berjumpa lagi dengan orang-orang terluka hati, ataupun mengalami luka hati, tetapi yah karena soal luka hati itu hanya mengambil persentasi yang sedikit saja dari waktu hidupku. Itulah sebabnya saya ingin bercerita lagi.

Salah seorang teman yang saya sering bertemu memang termasuk THP. Itu diakuinya sendiri. Karena sudah cukup akrab dengan saya, sebut saja namanya Claire deh sebab saya lihat tak ada warga Net ini yang aktif dan bernama demikian, maka saya suka "gemes" ke si Claire ini. Gemesnya begini. "Claire, how much time do you "dedicate" your life to your "toxic" son while neglecting your "normal" daughter? How many minutes, hours, per day do you keep thinking, worrying, pondering about his future?" "Oh, I don't know jusni; I agree, lots and lots of time." "Do you feel any good from doing it? (Ia menggelengkan kepalanya dengan sedih.) Why, then do you keep doing it while you already know the outcome will be sadness, worry, fear, haunting your mind all the time?" Yah, tentu dialog ini tidak berhenti disitu tapi berdiskusi dengannya, bagaimana agar supaya ia dapat melihat perspektifnya, bahwa hidupnya tidak seimbang. Waktunya yang terbesar dicurahkan untuk anaknya yang sedang awur-awuran, dengan segala akibat negatif terhadap dirinya, hubungannya dengan suaminya, dan masyarakat. Sekarang Claire sudah tidak seperti itu lagi dan ia berusaha untuk juga memberikan perhatian cukup banyak kepada puteri dan suaminya.

Hati saya sedang sedih karena seorang yang dekat dengan saya, mempunyai musuh! Siapa di antara Anda yang masih mempunyai musuh? Kalau usia Anda 20, 30 tahun, saya dapat mengerti dan memakluminya. Kalau usia Anda sudah 80 tahun dan Anda masih mempunyai musuh, there is something wrong with you. Anda mempunyai luka hati yang belum dapat disembuhkan. Yang lebih penting, Anda belum mampu berdoa Bapa Kami. Siapa yang suka mengenyek doa rosario? Semoga Anda bukan salah seorang dari kelompok pengenyek. Selama 7 kali kita berdoa Bapa Kami kalau sedang berrosario. Gilaak juga ya, kalau orang yang masih mempunyai musuh berdoa rosario setiap hari. Ini yang saya sedihkan dan lalu saya dapat maklum kalau si pengenyek berkata, "Tuh lihat katotelek, doa rosario tetapi sikap dan perbuatannya jauh dari apa yang didoakan." Benar, doa rosario menjadi seperti mesin yang otomatis, mirip ticker tape yang saya pejeng di hompejku, terus bekoar sumbanglah Yayasan Silimo :-).

Semoga Anda tidak mengalami nasib seperti saya, tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengubah manusia berusia 80 tahun agar mengampuni musuhnya. Lebih banyak persentasi waktu dari hidupnya yang dipakainya untuk berurusan dengan sang musuh. To forgive is not only a decision, it has to come from within, not from an outsider, because to forgive is a grace of God, given through your heart. Yang membuat saya juga sedih, dan ini dibuktikan oleh banyak kasus yang dijumpai seorang konselor, Dr. Lucia Capacchione dalam bukunya 'Recovery of Your Inner Child', mempunyai musuh dalam bentuk apapun membuat diri kita sakit rohani dan jasmani. Banyak sekali sakit penyakit yang dikemukakan Lucia yang disebabkan oleh luka hati tak sembuh. Dari mulai sakit pinggang, sakit perut, sakit persendian, sampai ke kanker! Sekali lagi, semoga tidak ada kenalan, sahabat, anggota keluarga Anda yang mengalami luka hati dan belum sembuh. Kalaupun Anda, seperti saya, sedang bersedih karena THP-THP di dalam hidup kita, marilah malam ini kita khusus berdoa untuk para THP itu, semoga mereka lekas sadar dan hatinya yang sedang "terbungkus aspal" dapat segera berkomunikasi lagi dengan hati-Nya. Terima kasih, salam dari Toronto.

Home Next Previous