Kalau Anda tinggal di Amrik dan Kanada serta membaca koran, mestinya Anda kenal akan kolumnis bernama Ann Landers. Meskipun sering saya tidak sepaham dengan Ann ataupun nasihatnya sreg di hati saya (umumnya yang bertentangan dengan prinsip imanku), hampir tidak pernah kolomnya saya lewati. Hari ini ia menjawab atau ada kisah dari seorang THP yang sedikit berlainan dari tokoh-tokoh THP saya pada umumnya. Dengan beberapa kekecualian, tokoh THP-ku umumnya menjadi THP bukan karena kesalahan sendiri tetapi akibat ulah orang lain, sering-sering manusia 'toxic'.
Seorang kakek gaek berusia 86 tahun, masih ndablek alias masih terus mau menyupiri mobilnya meski sudah sering mengalami kecelakaan ringan. Anggota keluarga termasuk cucunya yang menulis ke Ann, sudah berusaha dan berupaya agar SIM si kakek dicabut atau asuransinya dihentikan perusahaan asuransi. Karena kehebatan hukum di Amrik alias hak individu sangat dihormati, dalam hal ini hak si kakek, maka tetap saja ia dapat mengemudi. Sampai suatu hari.
Kakek ceritanya bertandang ke rumah keluarga anaknya, ibu si penulis untuk makan malam bersama. Seusai makan dan ketika hendak pulang, ia masuk ke dalam mobilnya yang diparkir di belakang mobil anaknya, perempuan. Si cucu dan sang ibu mengaku bahwa dengan sangat goblok, mereka berdiri di depan mobil kakek sambil melambai-lambai, dadaag kata anak Indonesia. Kakek salah memasukkan persnelling ke posisi maju dan mobil meloncat ke depan. Kedua anak dan cucu berusaha lompat tetapi kakek dalam kepanikannya malah menginjak gas bukannya rem. Ibu dan anak tergencet dua mobil. Kaki si ibu amblas dan menjadi cacat, kaki si cucu remuk tetapi berkat beberapa kali operasi ia dapat menggunakannya lagi. Yang disedihkan cucu penulis, meskipun mereka berdua sudah memaafkan kakek, ia sendiri menjadi THP.
Kakek tidak pernah datang lagi, tidak pernah menjawab telepon. Jadi lebih gaswats dari Romo Oei-nya Natali. Si cucu memohon Ann untuk menasihati para kakek yang masih bandel menyupir untuk bertanya ke diri sendiri, apakah kebebasan untuk mengemudi senilai dengan risikonya? Di dalam rangka tayangan ini, pertanyaan menjadi, apakah kita mau menjadi THP seumur hidup atau naik taksi, bis, subway, disupiri oleh orang lain? BTW, Ann juga menyerah alias ia berkata bahwa sudah bertahun-tahun ia berusaha, tetapi memang para kakek dan nenek di Amrik/Kanada, ndablek semuanya. Berdoa, seperti dilakukan si cucu dan ibunya sebelum kecelakaan, tidak "didengarkan" juga oleh-Nya. Mungkin Anda mempunyai usul yang dapat membantu Ann Landers? Salam dari T.O.