Ann Landers hari ini tahu bahwa saya ingin menulis THP dan ia menyajikan dua kisah THP di kolomnya. Cerita yang pertama mengenai seorang ibu mantan THP sebetulnya, yang meski anaknya toxic pernah tidak tega untuk menuntut atau membawa si anak ke pengadilan manusia. Itu yang terjadi juga di kisah THP-ku yang lalu, si ibu yang terkena 'triple whammy' tidak tega untuk menelepon polisi. Setelah ibu di kisah Ann berani melakukan "cinta-tega" (istilah ciptaanku untuk apa yang bernama 'tough love') barulah si anak berubah menjadi "anak manis" lagi. Seperti dikatakan dan disemangati oleh Ann, 'tough love' memang suatu yang sedang naik daun di antara para ortu pengikut aliran 'permissive' terkena pengaruh tokohnya, Dr. Spock non-trekkies. :-)
Sebetulnya 'Toughlove' dengan huruf besar merupakan suatu organisasi 'self-help' para ortu di Amrik dan Kanada yang berjalan sangat sukses. Tujuan utama adalah agar ortu dibekali dengan kebolehan dan kepiawaian untuk bertindak menghadapi anak-anak toxic. Organisasi itu dimulai berkat buku yang ditulis oleh ortu bernama Phyllis dan David York, tentu berjudul 'Toughlove', dari pengalaman mereka menghadapi anaknya yang pernah toxic. Kebetulan selama beberapa tahun terakhir ini, sejak saya membaca buku "klasik" itu, saya sering membantu memperkenalkan cinta-tega kepada ortu beranak toxic. Intinya adalah ortu harus tega untuk membiarkan si anak menghadapi konsekwensi dari perbuatannya yang bukan saja meracuni keluarga, juga anggota masyarakat lainnya. Tidak mudah memang sehingga sering menimbulkan krisis berat untuk menjalankan cinta-tega itu. Tetapi bila kita tidak berani berbuat tega, cinta kita terkadang menjadi cinta yang 'enabling' istilahnya. "Melindunginya" secara salah membuat si anak tidak sadar-sadar. Kalau sudah begitu, 'ampe meriem si Jagur bunyi lagi' kata anak Betawi, tidak bakalan anak itu insaf, kalau tidak semakin amblas. Ya, memang sih, terkadang "nasib" baik datang dan si anak dapat sadar dengan sendirinya hanya ini selain pengaruh dewi fortuna, ada kemungkinan terjadinya campur tangan malaikat pelindung, atau memang meriam si Jagur anak itu berbunyi lagi :-). Yang gaswats adalah, sebelum itu terjadi ortu sudah bercerai, atau terkena serangan jantung, atau bangkrut. Saya bukan mengada-ada sebab sudah kusaksikan sendiri semuanya itu. Bila Anda berminat membaca mengenai cinta-tega, pasutri Phyllis dan David York menulis beberapa buku lainnya mengenai 'tough love' selain buku di atas.
Baru saja kemarin kutulis mengenai hal ini dan Ann rupanya anggota P-Net :-). Satu THP lainnya di kisahnya hari ini adalah seorang IRT, pinjam istilah mak comblang Fien :-), yang suaminya pensiun tidak berencana :-). Itulah kalau pensiun tanpa persiapan, akibatnya ia menggerecoki isterinya sehari-hari di rumah dan meski tak pernah ikut kursus masak, ikut-ikutan masak. Cecilia suka bertanya kepada saya, "Kapan kamu mau belajar masak?" "No way jose, I don't like cooking, I only like to eat your food." "Paye lu," paling katanya :-) sebab ia tahu meski saya sudah pensiun tidak bakalan juga saya mau memasak. Nah, kata si IRT, "All of a sudden, I don't know how to cook, do laundry or shop for groceries, even though I have been doing these things for 35 years."
Kasian yach. Jadi para bapak yang sebentar lagi mau masuk MPP, cari hobi yang banyakan dan jangan yang menggerecoki isteri atau membuat yang bersangkutan terkikis harga dirinya. Bisa berabai dan ngga lucu nenek-kakek gaek berkelahi kan. Kalau sih belum ompong, suaranya masih bagus dan maki-makiannya masih mantap. :-) Lah kalau gigi sudah ngga punya, jadi gembos semprotannya dan bisa-bisa ditertawakan tetangga lagi. Apalagi kalau di Indonesia, anak tetangga datang menonton kalau ada yang berkelahi. :-) Salam dari Toronto.