The Hurting People XXXVI

Beberapa hari yang lalu, anak kami yang bungsu, si Toby mendapat kontrak karya dari tetangga sebelah rumah, imigran asal Bahrain :-). Kontraknya hanyalah memotong rumput halamannya, suatu pekerjaan yang tidak sampai 1 jam lamanya dan mesin potong rumput disediakan doi. Upah yang 'non-taxable' ini lumejen alias 20$ dibayar tunai. Hari ini, koran memuat berita, $ Kanada amblas terendah sepanjang sejarahnya yang 140 tahun, menjadi sekitar 68 sen kemarin dan hari ini pasti masih menukik turun. Gara-garanya tidak lain suharto punya ulah tapi bo'ong. Give him a bit of a break, but have to say: koran kuning non-HNN melaporkan doi konon memakai trio Cochrane, Bailey dan Shapiro pembela OJ Simpson untuk menghadapi pengadilan Melayu :-). Gara-garanya pada dasarnya krismon di Asia tetapi berita bahwa Jepang sudah masuk ke dalam masa resesi yang diberitakan kemarin, memang membuat $ Kanada ambles karena Jepang merupakan salah satu 'trading partner' Kanada yang terbesar. Nah, dengan kurs krismon 1 US$ = Rp 15 ribu dan 1 US$ 1.5 (dibulatkan) dollar Kanada, berarti, bekerja tidak sampai sejam hanya bolak balik di halaman belakang rumah tetangga sambil mendorong lawn mower dengan motor bensin alias enteng sekhalei, anak kami dalam waktu sejam sudah lebih besar gajinya dari pegawai negeri di kerajaan melayu (yang sekarang diperintah raja baru yang sama dungkulnya kalau tidak lebih gaswats karena uteknya didikan Jerman :-(), yang bekerja sungsang sumbel dan kalau salah dihantam atasan, selama sebulan. Pegawai negeri berkeringat turun naik bis, kerja senteres, satu bulan, dalam waktu satu jam ia sudah dilewati upah jerih payahnya oleh anak kami, bocah yang memang sudah tidak ingusan lagi, tetapi yang tidak pernah mengalami menjadi kepompong di tanah Melayu. "Dimana letaknya keadilan?," jerit Anda para pegawai negeri. Di tanah terjanji bernama mayapada atau kahyangan dimana Batara Wisnoe yang memberi homili dan bukan Bang Jeha yang berkotbah :-).

Syering lagi dari kehidupan keluargaku di negeri 'wolf-eats-wolf'. Yah memang hidupku, seperti pernah atau sering dikatakan beberapa warga Net ini, mirip buku yang terbuka dimana Anda dipersilahkan belajar atau menimba manfaatnya. Hanya satu dua orang di P-Net ini yang "berani" menulis tentang diri sendiri, makanya waktu Lia Warga, warga P-Net yang tengah berduka karena Romo favoritnya telah tiada, menulis ke jalum kisah bokap dan nyokapnya, saya mesem-mesem karena yakin, pasti email ini salah terkirim ke jalur umum dan betul saja. Besoknya lekas-lekas ia minta maap sambil memelas memohon agar email itu dianggap tidak ada, sayangnya sudah keburu masuk di dalam RAM-nya Bang Jeha sehingga saya mampu menceritakannya kembali :-). Becanda yach Lia, aku dapat mengerti betapa sungsang-sumbelnya kamu waktu itu serba risih mungkin karena masalah keluarga sampai mental ke jalur umum.

Nah, balik ke janji mau syering. Seorang keponakanku yang pernah atau sekubu dengan Mas Pras alias mantan anak seminari :-),sebelum peristiwa 14 Mei lalu, "marahan" dengan Gereja Katolik dan semua "antek-anteknya" :-). Sekarang aku dikabarkan dari waktu ke waktu, ia sudah rajin berdoa disamping siskamling, dan tak tanggung-tanggung, doanya Rosario mek :-). Bukan saja ia ngeri karena Rupiah sedang free-fall seperti saat-saat ini, ia juga ketakutan kena PHK karena memang perusahaannya sedang megap-megap seperti ikan di dalam akuarium yang airnya 32 tahun tak pernah dicuci atau dikuras. Kemarin Mas Noordin menganjurkan rakyat membaca buku terjemahan tulisan Harold Kushner, 'When Bad Things Happen to Good People' yang belum lama ini dibelinya di toko buku Katedral kalau ngga salah :-). Mesem lagi ah, teringat si Rabbi Kushner habis dihantam Bung Analise karena tayangan resensi dari seorang warga P-Net ini. Namun, kuyakin sekarang Bung Analise sudah memiliki juga buku anjuran Mas Noordin itu sebab saya setuju, isinya tidak kalah bagusnya dengan buku Tao.

Seperti sering juga saya katakan, kalau Anda sudah mampu untuk berhenti bertanya 'why (me)?' dan dapat merenungkan, 'what can I do?', tidak lama lagi Anda akan keluar dari jurang atau lembah kekelaman, sedikitnya di dalam perjalanan merangkak keluar. Masih ingat tayangan serial terjemahanku, resensi dari otobiografi Mother Teresa? Itu juga salah satu wejangan beliau, agar bila kita di dalam kesusahan, berusahalah menolong orang lain yang (lebih) susah. Sedikit banyak, hal itu akan berdampak positip. Anda mencari damai, peace? Ini lagi kata Mother Teresa: The fruit of silence is prayer, the fruit of prayer is faith, the fruit of faith is love, the fruit of love is SERVICE, the fruit of service is PEACE.

Banyak hal yang positip yang terjadi karena peristiwa 14 Mei di Jakarta. Keponakanku, semoga semakin, menjadi dekat ke Tuhannya yang selama ini tidak ia "butuhkan". Keponakanku yang lain menjadi rajin berdoa dan saling membantu teman-temannya yang kesusahan, satu dua hanya mempunyai baju yang dipakainya saja ketika rumahnya habis terbakar. Ibuku menjadi sadar bahwa memang Tuhanlah harapannya semata-mata karena semua manusia yang dipercayainya akan dapat membuatnya 'berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata', sudah tak kelihatan congornya kecuali dibayar beberapa juta Rp seharinya :-(. Tetangga, teman, sedulur, malah orang asing, saling bantu-membantu, rasa belas kasih, compassion, menjadi meningkat. Di dalam kegelapan, lebih mudah melihat terang meski tak benderang. There is always a silver lining on the cloud, kata anak Kanada. Pinggiran awan memang sering berkilau gemerlap. Dollar Kanada yang amblas membuat turis Amrik berbondong-bondong masuk ke Toronto melalui Niagara Falls atau kota perbatasan lainnya. Turis yang uangnya kepalang tanggung dari Kanada, musim panas ini kuyakin tidak akan ke Amrik tetapi akan ke Muskoka Lakes saja, "Tretes"-nya atau "Cipanas"-nya Toronto. Meme warga P-Net sudah merencanakan kemping ke Algonquin bersama kelompok MUDIKA-nya. Itulah intinya hidup, mencari kemungkinan suka di tengah duka, melihat yang positif dari yang negatif, mengambil sikap aku tidak akan menjadi korban terus menerus, sekali sudah cukup, tidak membiarkan manusia yang sudah mengambil korban, mendapat "bonus" dari ke-THP-an diriku, menyadari bahwa tiada yang adil dan abadi di dunia ini. After all, we were created with choices to make. Kita dapat memilih menjadi THP terus dan membalas luka-hati kita dengan melukai orang lainnya, atau kita dapat berhenti menjadi THP dan memaafkan yang telah bersalah. Sekali lagi tidak mudah, orang seperti Mas Noordin dalam beberapa hari/minggu sudah dapat melakukannya karena ia sadar akan jati dirinya. Orang boleh merampok dan merampas hartanya, tetapi martabatnya akan senantiasa teguh, hatinya tidak bisa dirusak menjadi hati yang somplak. Sementara orang membutuhkan waktu berbulanan bertahunan dan satu dua menjadi THP abadi alias manusia yang tidak pernah dapat memaafkan kesalahan dan dosa orang lain menghantui dirinya dan membuatnya tidak sesuai dengan citra Tuhan sang Pencipta selain berakibat buruk bagi jasmani dan rohaninya. Apa yang Anda pilih, itu adalah hak Anda ketika Anda Ia ciptakan, karena memang besar kasih-Nya untuk manusia sehingga ia tidak menciptakan robot-robot THR (the hurting robot). Salam dari Toronto.

Home Next Previous