The Hurting People XXXVII

Bila Anda seorang perempuan dan memutuskan tidak akan menikah, saya dapat mengerti. Bila Anda laki-laki dan memutuskan untuk menjadi lajang seumur hidup, saya lebih-lebih dapat mengerti :-). Ada pemeo yang lazim diucapkan ortu Amrik Utara, 'boys will be boys, girls will be girls', bila mereka melihat anak laki-lakinya badung tak karu-karuan dan anak perempuannya manis-manis, jadi kebanggaan ortu :-). Nah, judul berita utama di halaman pertama koran Toronto Star hari ini adalah 'Girls will be ... boys and it's not a pretty sight'.

Isi berita adalah suatu ringkasan laporan penyelidikan 77 universitas di Amrik mengenai anak perempuan. Bukan saja anak perempuan sudah sehebat anak laki-laki di dalam hal ilmu sains dan matematika, mereka juga sudah sama jagonya di dalam hal merokok, minum alkohol dan memakai narkotika. Meskipun mereka belum sekejam anak laki-laki, mereka sudah sering berurusan dengan polisi atau hukum. Meski mereka semakin mirip dengan anak laki-laki di dalam hal di atas, mereka tetap berbeda. Mereka dua kali lebih mudah senteres atau mengalami depresi dibanding anak laki-laki. Sekitar 34% dari anak-anak cewek sekolah menengah umum menganggap diri mereka 'overweight' atau kegendutan dibandingkan dengan 22% anak laki-laki yang merasa demikian. Dua pertiga dari kelompok awewek itu berusaha mengurangi berat badan mereka.

Nah, berita di atas bukan suatu 'surprise' bagi saya sebab setiap minggu saya bertemu dengan ortu mereka. Kemarin saya bertemu dengan temanku, sebut saja namanya Maria. Paling sedikit ia "berbintang tiga" di dalam hal minoritas alias tak kalah dengan Bu Wuri :-), kalau tidak segera ia akan diprosmotsi ke "jendril bintang empat". Ia perempuan, jelas, ibu sendirian alias 'single mother', dan seorang 'French Canadian' di kota yang mayoritas Inggris ini, serta sebentar lagi akan masuk minoritas karena kulitnya putih. Nah, dengan "pangkat" seperti itu, ia sedang mengalami, sedikitnya 'quadruple whammy'. Anaknya perempuan berumur 13 tahun sedang toxic-setoxic-toxicnya, mungkin dengan dalih bahwa ayah dan ibu baru saja bercerai. Palu godam atau 'whammy' kedua, perceraiannya, seperti dikatakan orang sini,'nasty'. Kata Maria, mirip "War of the Roses" (nama film). Syukur ia masih bisa tertawa waktu berkata demikian, tak heran ia belum sinting. Jadi bukan saja hartanya amblas ditipu sang suami, setiap saat ia dikirimi email, ditelepon dilecehkan, ditinggali pesan ancaman, diteror, dsb. Si anak perempuan sudah tidak mau bersekolah dan terakhir sempat masuk penjara sehari sebelum di-'bail' atau diberikan uang jaminan oleh Maria. Doi mengancam mau membunuh kedua ortunya, dan tiga guru sekolahnya sehingga langsung diangkut oleh polisi. Sudah empat belum palu yang menimpa Maria? Belum? Ia baru saja amblas sekitar 5000 $ untuk membayar lawyer agar si suami yang abusive membayar 'child support' 400 $ per bulan (Maria masih mempunyai satu anak laki-laki yang oke, baru berumur 8 tahun).

Nah, sudah kuduga, orang seperti Maria, PD-nya sedang di awang-awang, rasa bersalahnya setebal lemari besi. "How can I feel not guilty, of course I feel guilty, all the time," katanya. "You must not feel guilty," kataku memulai litani penyegar diri kaum THP. Supaya Anda tidak bosan, kalau Anda lupa apa saja litani itu, silahkan Anda mulai membaca ulang serial THP ini yang kumuat di hompejku dan rupanya salah satu yang disukai warga P-Net :-). Akhir kata, penutup litani juga kuucapkan untuk Maria, "You are your only best friend these days, so please be good to yourself. That is one of your homework". :-) Memang ia membawa PR dua-tiga lainnya, agar setapak demi setapak, ia dapat keluar merangkak dari jurang kekelamannya dan semoga suatu saat tidak menjadi anggota paguyuban THP. Jadi kalau pangkat Anda masih belum berbintang 4 dan palu godam kehidupan Anda ringan-ringan saja, ingatlah untuk berdoa bagi kaum THP seperti Maria dan jangan lupa temannya, Bang Jeha,:-) Salam dari TO.

Home Next Previous